Kamis, 02 Juni 2011

Kumohon. Aku tak ingin melecehkan aqidahku atau meremehkan keislamanku hanya karna psahabatan ini. Mengertilah sobat! Kumohon mengertilah...

Apa itu persahabatan? Mengertikah kamu kawan, apa itu persahabatan?

Mengertikah kamu tentang persahabatan berbeda gender?

Aku sempat merasa itu hal menarik. Tapi pada akhirnya aku merasa itu hal yang tidak mungkin. Karna pada akhirnya saat aku mempunyai seorang sahabat cowok dan aku menyukainya lebih dari sekedar menyukai sebagai teman. Tapi saat itu sahabatku pun ya pacar. Sungguh aku merasa bodoh. Tapi cinta (itu yang kusebut dulu. Yahh saat ini ku sadari mungkin itu hanyalah cinta monyet. HahaJ) ternyata memang telah hadir dipersahabatan kami. Setelah beberapa hari aku merasa bodoh, sahabatku putus dengan pacarnya dan aku menjadi orang pertama yang ingin dia beritahu. Tapi mungkin sudah terlambat karna aku sudah mencoba menyukai orang lain. Tapi bermula dari aku yang telah menyukai orang lain itulah, aku malah akhirnya pacaran dengan sahabatku. Satu tahun lebih kami bersama akhirnya berakhir dan sampai sekarang kami menjadi seperti orang yang tidak saling kenal. Padahal kami telah bersama selama tiga tahun. Saling mendukung dan memberikan semangat. Saling mengingatkan. Berdiskusi. Meminta saran. Saling mengajari pelajaran yang tak mengerti. Tapi tertawa dan marah bersama. Tapi setelah putus, itu semua seperti hanya sebuah mimpi kalau kami pernah kenal apalagi pernah dekat.

Oleh karna itu, aku merasa persahabatan berbeda gender adalah hal yang ga mungkin. Pasti akan muncul cinta didalamnya.

Sampai pada suatu saat, aku disatukan dengan sahabat-sahabatku sekarang.
Sejak itulah aku merasa persahabatan beda gender adalah mungkin.
Entahlah sebenarnya kami ini bisa dikatakan sahabat atau apa. Karna dalam membina hubungan persahabatan kami adalah dengan saling ‘ceng-cengan’. Anggap saja inisialnya wy n za (cewe), ndy n jul (cowo). Aku, za, ndy adalah teman satu SD. Lalu saat SMP aku, wy n ndy satu SMP IABS sementara za n jul berada di satu SMP yang sama yaitu CHV. Saat SMA aku n za masuk SMAN X, jul n ndy di SMA DS n wy di SMA PS. Ribet kan? Tapi intinya saat SMP cowo cewe pas di SMA cewe dengan cewe, yang cowo dengan yang cowo. SMA PS dan DS sangat dekat sehingga wy sering berangkat sekolah bareng ndy. Sehingga kami bisa dekat. Tapi saat berteman lagi, aku merasa persahabatan beda gender ini tak apa. Kenapa ya? Entahlah, tapi memang saya rasa, suka saya pada mereka tak akan pernah lebih, hanya suka sebagai teman. Tapi memang persahabatan kami sepertinya hanya diisi ceng-cengan diantara kami. Aku bermula mengetahui nya dari teman sekelasku yang satu tempat les dengan siswa di SMA DS. Sungguh ku sadari sepertinya ceng-cengan itu sangat parah. Sampai pas kuliah pun masi ada anak SMA DS kalau kenalan dengan anak SMA ku pasti menanyakan kenal ma sa(aku) n za ga? Sampai ada anak DS yang mau ‘pedekate’ sama anak SMA ku dengan bawa-bawa nama aku padahal aku ga kenal... ya ammpuunn - -“. Entahlah separah apa mereka saling ngecengin. Saat naik ke kelas tiga mereka masuk ke tempat les yang sama denganku dan za. Jadilah kami semakin dekat. Di kelas tiga ini, kami sebenarnya sudah mempunyai pacar masing-masing. Tapi ‘ceng-cengan’ diantara kami dengan kami tetap berlanjut.

Masuk kuliah, aku dan za kuliah di luar kota. Sementara mereka kuliah masih di jabodetabek. Wy n zul pun berada di universitas yang sama.  Entahlah keadaan mereka saat kuliah masih sedekat apa tapi wy, ndy n jul sepertinya masih sering bersama. Aku sadari hal itu  saat aku berulang tahun, mereka bertiga memberikan aku surprise. Malah semakin kesini sepertinya mereka semakin dekat sepertinya sampai rasanya setiap kumpul, aku tak pernah bisa nyambung diantara mereka.

Ya. Persahabatan beda gender ini mulai merasuk ke fikirku dan merasa sungguh hal ini tak mungkin. Berawal dari libur semester kemarin aku pulang kerumah, wy, ndy, jul ngajak main dari jauh-jauh hari malah sebulan sebelum kepulanganku ke jakarta. Aku sungguh menantikannya. Sungguh. Tapi saat sampai dirumah. Benar-benar berat aku untuk bertemu mereka. Dan alhamdulillah aku tak perlu banyak alasan untuk tidak menemui mereka lantaran jadwal liburku bentrok dengan jadwal semester pendek mereka... alhasil liburan yang kami rencanakan bersama tak berhasil dan aku kembali ke luar kota tanpa bertemu mereka. Aku sungguh menyesal tak bertemu mereka sungguh. Tapi saat pulang kemarin entak kenapa berat sekali aku bertemu mereka. Sempat hari-hari sebelum aku kembali keluar kota, aku bertemu za (karna rumahku n za sangat dekat). Saat itu aku beralasan  dengan keadaanku yang sekarang (‘akhwat’) tak mungkin aku bertemu mereka dan mungkin aku juga takut sedikit terpengaruh oleh mereka.

Ya saat kuliah aku berubah menjadi lebih baik... aku benar-benar ingin menerapkan kaidah kaidah keislaman dihidupku. Saat hari itu mereka memberikan aku surprise karna ulang tahun, aturan keislamanku luntur. Kusadari hal itu. Aku takut. Entahlah aku jadi takut terlalu dekat dengan mereka. Mungkin hal itulah yang membuat saat liburan setelah itu, aku tak ingin bertemu mereka... mungkin karna hal-hal yang telah serius ku dalami sehingga aku takut, takut jadi jauh sama Allah. Liburan sekarang, dengan agak berat hati aku bertemu mereka karna wy,sahabat dekatku, berulang tahun jadi aku ingin memberikan mereka surprise sekalian permintaan maaf gara-gara udah buat mereka marah pas liburan kemaren karna ga bisa ketemu aku. Tapi karna aku nya yang berat, aku telat 2 jam sampai tempat janjian. Maaf. Maaf. Tapi saat ngumpul berempat, aku sungguh merasa ga nyambung. Terlebih aku merasa sangat sangat tidak nyaman bersama mereka. Entahlah. Aku malu, akhwat dikelilingi cowo cowo. Sungguh malu. Buat apa jilbab lebarku tapi aku masih ga jaga diri?

Hari ini kami janjian akan ke taman matahari bersama. Awalnya seperti biasa aku sangat sangat menantikannya. Tapi semakin dekat ke hari H aku semakin resah. Akhirnya karna tak ada kabar dariku, kami memutuskan untuk ke kota tua dengan motor. Aku tersentak. Kemarin sudah kubisikkan kepada wy saat wy menyuruh jul mengantarku ketempat yang sangat sangat dekat lalu aku bilang kalau aku tak ingin boncengan motor dengan cowo. Tapi hari ini sungguh membuat aku kecewa dan aku sadar kenapa aku tak nyaman berada diantara mereka. Aku bilang ke wy kalo aku bener2 tak bisa boncengan tapi dia menjawab dengan meremehkan dan merasa seperti aku membuat ribet,,, seakan-akan dia mengatakan ‘gara-gara itu doang kita ga jadi.ribet ah lo’ dan berkhir dengan dia marah. Sungguh hal ini membuat aku terperanjat dan kecewa. Rasanya ‘akhwat’ku sekarang diremehkan. Dia membujuk seakan gampang sekali bertaubat dari dosa. Mungkin hal itu seperti naik motor bareng cowo adalah biasa bagi lo tapi tidak bagi gue. Sungguh rasanya aku ingin menangis. Entahlah aku merasa dilecehkan. Padahal wy, ndy, jul harusnya ngerti. Waktu di SD dan SMP walau kami berbeda2 tapi kami berada di sekolah islam. Kenapa hal ini ga bisa mereka ngerti? Kenapa? Ndy mencoba membujukku. Tapi aku benerbenar kecewa. Terbuka mataku dan terjawab sudah resah hatiku. Karna mereka sama sekali ga menerapkan nilai-nilai keislaman padahal mereka mengerti. Tapi aku maklumi karna itu pilihan individu. Aku resah bersama mereka mungkin aku ngerasa aku sudah berbuat dosa dan juga mungkin karna telah jadi kebiasaanku dikampus tidak terlalu sering berkumpul dan harus sumpek-sumpek ngobrol dekatan dengan cowo. Sehingga aku merasa tak enak dekat mereka. Aku merasa aku munafik. Hanya dikampus saja aku seperti itu tapi giliran balik ke rumah, nilai-nilai islamku tak ada, munafik sekali aku. Dan yang paling membuat aku risih dengan mereka lantaran ereka terlalu berorientasi terhadap cinta. Cinta cinta cinta.  Baru putus sama pacar aja, rewel minta carikan pacar lagi. Aku mencoba memberikan solusi agar banyaknya waktu kosong temanku dipakai untuk kegiatan-kegiatan positif sehingga tidak terlalu terikat dengan cinta dan selalu terpaut dengan pacaran. Karna kusadari saat aku pacaran mungkin karna waktuku lapang tapi saat kuliah dengan kegiatan seabrek tak pernah terfikir tentang cinta apalgi pacaran. Aku tidak suka. Sungguh tak suka. Kenapa terus berorientasi terhadap cinta? Menjadikan cinta sebagai dewa. Seakan cinta adalah segalanya. Padalal cinta bukan segalanya tapi segalanya butuh cinta. Mungkin itu yang membuat aku resah. Apalagi setiap kami berempat kumpul bersama, pasti ada saja yang dilakukan yang menurutku melanggar syariat islam. Dan aku terpengaruh. Aku tahu. Aku tak pantas. Sama sekali tak pantas mengatakan ini. Tapi karna aku tahu, aku terkadang gampang terpengaruh teman dekat jadi aku takut. Takut terpengaruh hal-hal yang tak positif. Saat aku bersama mereka, aku berusaha untuk tak terwarnai tapi aku bisa mewarnai mereka. Tapi sepertinya nasihatku untuk mereka hanya sekedar angin lalu untuk mereka. Dan aku sungguh merasa, mereka sangat kuat untuk terus mewarnaiku. Dari hal hal kecil yang mungkin mereka tak sadar tapi itu sungguh resah besar didiriku.

Maaf maaf maaf. Tak henti hentinya aku ingin minta maaf kepadamu wy, ndy, jul... karna terlalu banyak salahku padamu semua. Tapi ku mohon mengertilah dan hargailah aku yang seperti ini.

Aku tahu mungkin ini semua salahku karna aku yang berubah. Tapi aku tak ingin menyalahkan diriku atau jalan yang telah kupilih. Karna aku lebih nyaman tenang dan bahagia seperti ini.

Aku mohon maaf. Sungguh beribu maaf.

Aku mungkin benarbenar tak sanggup lagi menjalani persahabatan seperti ini.

Kamis, 02 Juni 2011

Kumohon. Aku tak ingin melecehkan aqidahku atau meremehkan keislamanku hanya karna psahabatan ini. Mengertilah sobat! Kumohon mengertilah...

Apa itu persahabatan? Mengertikah kamu kawan, apa itu persahabatan?

Mengertikah kamu tentang persahabatan berbeda gender?

Aku sempat merasa itu hal menarik. Tapi pada akhirnya aku merasa itu hal yang tidak mungkin. Karna pada akhirnya saat aku mempunyai seorang sahabat cowok dan aku menyukainya lebih dari sekedar menyukai sebagai teman. Tapi saat itu sahabatku pun ya pacar. Sungguh aku merasa bodoh. Tapi cinta (itu yang kusebut dulu. Yahh saat ini ku sadari mungkin itu hanyalah cinta monyet. HahaJ) ternyata memang telah hadir dipersahabatan kami. Setelah beberapa hari aku merasa bodoh, sahabatku putus dengan pacarnya dan aku menjadi orang pertama yang ingin dia beritahu. Tapi mungkin sudah terlambat karna aku sudah mencoba menyukai orang lain. Tapi bermula dari aku yang telah menyukai orang lain itulah, aku malah akhirnya pacaran dengan sahabatku. Satu tahun lebih kami bersama akhirnya berakhir dan sampai sekarang kami menjadi seperti orang yang tidak saling kenal. Padahal kami telah bersama selama tiga tahun. Saling mendukung dan memberikan semangat. Saling mengingatkan. Berdiskusi. Meminta saran. Saling mengajari pelajaran yang tak mengerti. Tapi tertawa dan marah bersama. Tapi setelah putus, itu semua seperti hanya sebuah mimpi kalau kami pernah kenal apalagi pernah dekat.

Oleh karna itu, aku merasa persahabatan berbeda gender adalah hal yang ga mungkin. Pasti akan muncul cinta didalamnya.

Sampai pada suatu saat, aku disatukan dengan sahabat-sahabatku sekarang.
Sejak itulah aku merasa persahabatan beda gender adalah mungkin.
Entahlah sebenarnya kami ini bisa dikatakan sahabat atau apa. Karna dalam membina hubungan persahabatan kami adalah dengan saling ‘ceng-cengan’. Anggap saja inisialnya wy n za (cewe), ndy n jul (cowo). Aku, za, ndy adalah teman satu SD. Lalu saat SMP aku, wy n ndy satu SMP IABS sementara za n jul berada di satu SMP yang sama yaitu CHV. Saat SMA aku n za masuk SMAN X, jul n ndy di SMA DS n wy di SMA PS. Ribet kan? Tapi intinya saat SMP cowo cewe pas di SMA cewe dengan cewe, yang cowo dengan yang cowo. SMA PS dan DS sangat dekat sehingga wy sering berangkat sekolah bareng ndy. Sehingga kami bisa dekat. Tapi saat berteman lagi, aku merasa persahabatan beda gender ini tak apa. Kenapa ya? Entahlah, tapi memang saya rasa, suka saya pada mereka tak akan pernah lebih, hanya suka sebagai teman. Tapi memang persahabatan kami sepertinya hanya diisi ceng-cengan diantara kami. Aku bermula mengetahui nya dari teman sekelasku yang satu tempat les dengan siswa di SMA DS. Sungguh ku sadari sepertinya ceng-cengan itu sangat parah. Sampai pas kuliah pun masi ada anak SMA DS kalau kenalan dengan anak SMA ku pasti menanyakan kenal ma sa(aku) n za ga? Sampai ada anak DS yang mau ‘pedekate’ sama anak SMA ku dengan bawa-bawa nama aku padahal aku ga kenal... ya ammpuunn - -“. Entahlah separah apa mereka saling ngecengin. Saat naik ke kelas tiga mereka masuk ke tempat les yang sama denganku dan za. Jadilah kami semakin dekat. Di kelas tiga ini, kami sebenarnya sudah mempunyai pacar masing-masing. Tapi ‘ceng-cengan’ diantara kami dengan kami tetap berlanjut.

Masuk kuliah, aku dan za kuliah di luar kota. Sementara mereka kuliah masih di jabodetabek. Wy n zul pun berada di universitas yang sama.  Entahlah keadaan mereka saat kuliah masih sedekat apa tapi wy, ndy n jul sepertinya masih sering bersama. Aku sadari hal itu  saat aku berulang tahun, mereka bertiga memberikan aku surprise. Malah semakin kesini sepertinya mereka semakin dekat sepertinya sampai rasanya setiap kumpul, aku tak pernah bisa nyambung diantara mereka.

Ya. Persahabatan beda gender ini mulai merasuk ke fikirku dan merasa sungguh hal ini tak mungkin. Berawal dari libur semester kemarin aku pulang kerumah, wy, ndy, jul ngajak main dari jauh-jauh hari malah sebulan sebelum kepulanganku ke jakarta. Aku sungguh menantikannya. Sungguh. Tapi saat sampai dirumah. Benar-benar berat aku untuk bertemu mereka. Dan alhamdulillah aku tak perlu banyak alasan untuk tidak menemui mereka lantaran jadwal liburku bentrok dengan jadwal semester pendek mereka... alhasil liburan yang kami rencanakan bersama tak berhasil dan aku kembali ke luar kota tanpa bertemu mereka. Aku sungguh menyesal tak bertemu mereka sungguh. Tapi saat pulang kemarin entak kenapa berat sekali aku bertemu mereka. Sempat hari-hari sebelum aku kembali keluar kota, aku bertemu za (karna rumahku n za sangat dekat). Saat itu aku beralasan  dengan keadaanku yang sekarang (‘akhwat’) tak mungkin aku bertemu mereka dan mungkin aku juga takut sedikit terpengaruh oleh mereka.

Ya saat kuliah aku berubah menjadi lebih baik... aku benar-benar ingin menerapkan kaidah kaidah keislaman dihidupku. Saat hari itu mereka memberikan aku surprise karna ulang tahun, aturan keislamanku luntur. Kusadari hal itu. Aku takut. Entahlah aku jadi takut terlalu dekat dengan mereka. Mungkin hal itulah yang membuat saat liburan setelah itu, aku tak ingin bertemu mereka... mungkin karna hal-hal yang telah serius ku dalami sehingga aku takut, takut jadi jauh sama Allah. Liburan sekarang, dengan agak berat hati aku bertemu mereka karna wy,sahabat dekatku, berulang tahun jadi aku ingin memberikan mereka surprise sekalian permintaan maaf gara-gara udah buat mereka marah pas liburan kemaren karna ga bisa ketemu aku. Tapi karna aku nya yang berat, aku telat 2 jam sampai tempat janjian. Maaf. Maaf. Tapi saat ngumpul berempat, aku sungguh merasa ga nyambung. Terlebih aku merasa sangat sangat tidak nyaman bersama mereka. Entahlah. Aku malu, akhwat dikelilingi cowo cowo. Sungguh malu. Buat apa jilbab lebarku tapi aku masih ga jaga diri?

Hari ini kami janjian akan ke taman matahari bersama. Awalnya seperti biasa aku sangat sangat menantikannya. Tapi semakin dekat ke hari H aku semakin resah. Akhirnya karna tak ada kabar dariku, kami memutuskan untuk ke kota tua dengan motor. Aku tersentak. Kemarin sudah kubisikkan kepada wy saat wy menyuruh jul mengantarku ketempat yang sangat sangat dekat lalu aku bilang kalau aku tak ingin boncengan motor dengan cowo. Tapi hari ini sungguh membuat aku kecewa dan aku sadar kenapa aku tak nyaman berada diantara mereka. Aku bilang ke wy kalo aku bener2 tak bisa boncengan tapi dia menjawab dengan meremehkan dan merasa seperti aku membuat ribet,,, seakan-akan dia mengatakan ‘gara-gara itu doang kita ga jadi.ribet ah lo’ dan berkhir dengan dia marah. Sungguh hal ini membuat aku terperanjat dan kecewa. Rasanya ‘akhwat’ku sekarang diremehkan. Dia membujuk seakan gampang sekali bertaubat dari dosa. Mungkin hal itu seperti naik motor bareng cowo adalah biasa bagi lo tapi tidak bagi gue. Sungguh rasanya aku ingin menangis. Entahlah aku merasa dilecehkan. Padahal wy, ndy, jul harusnya ngerti. Waktu di SD dan SMP walau kami berbeda2 tapi kami berada di sekolah islam. Kenapa hal ini ga bisa mereka ngerti? Kenapa? Ndy mencoba membujukku. Tapi aku benerbenar kecewa. Terbuka mataku dan terjawab sudah resah hatiku. Karna mereka sama sekali ga menerapkan nilai-nilai keislaman padahal mereka mengerti. Tapi aku maklumi karna itu pilihan individu. Aku resah bersama mereka mungkin aku ngerasa aku sudah berbuat dosa dan juga mungkin karna telah jadi kebiasaanku dikampus tidak terlalu sering berkumpul dan harus sumpek-sumpek ngobrol dekatan dengan cowo. Sehingga aku merasa tak enak dekat mereka. Aku merasa aku munafik. Hanya dikampus saja aku seperti itu tapi giliran balik ke rumah, nilai-nilai islamku tak ada, munafik sekali aku. Dan yang paling membuat aku risih dengan mereka lantaran ereka terlalu berorientasi terhadap cinta. Cinta cinta cinta.  Baru putus sama pacar aja, rewel minta carikan pacar lagi. Aku mencoba memberikan solusi agar banyaknya waktu kosong temanku dipakai untuk kegiatan-kegiatan positif sehingga tidak terlalu terikat dengan cinta dan selalu terpaut dengan pacaran. Karna kusadari saat aku pacaran mungkin karna waktuku lapang tapi saat kuliah dengan kegiatan seabrek tak pernah terfikir tentang cinta apalgi pacaran. Aku tidak suka. Sungguh tak suka. Kenapa terus berorientasi terhadap cinta? Menjadikan cinta sebagai dewa. Seakan cinta adalah segalanya. Padalal cinta bukan segalanya tapi segalanya butuh cinta. Mungkin itu yang membuat aku resah. Apalagi setiap kami berempat kumpul bersama, pasti ada saja yang dilakukan yang menurutku melanggar syariat islam. Dan aku terpengaruh. Aku tahu. Aku tak pantas. Sama sekali tak pantas mengatakan ini. Tapi karna aku tahu, aku terkadang gampang terpengaruh teman dekat jadi aku takut. Takut terpengaruh hal-hal yang tak positif. Saat aku bersama mereka, aku berusaha untuk tak terwarnai tapi aku bisa mewarnai mereka. Tapi sepertinya nasihatku untuk mereka hanya sekedar angin lalu untuk mereka. Dan aku sungguh merasa, mereka sangat kuat untuk terus mewarnaiku. Dari hal hal kecil yang mungkin mereka tak sadar tapi itu sungguh resah besar didiriku.

Maaf maaf maaf. Tak henti hentinya aku ingin minta maaf kepadamu wy, ndy, jul... karna terlalu banyak salahku padamu semua. Tapi ku mohon mengertilah dan hargailah aku yang seperti ini.

Aku tahu mungkin ini semua salahku karna aku yang berubah. Tapi aku tak ingin menyalahkan diriku atau jalan yang telah kupilih. Karna aku lebih nyaman tenang dan bahagia seperti ini.

Aku mohon maaf. Sungguh beribu maaf.

Aku mungkin benarbenar tak sanggup lagi menjalani persahabatan seperti ini.