Minggu, 06 Mei 2018

Untuk putra pertamaku, aid kecil

Kita bukan hanya pasangan tapi kini adalah orang tua
Tapi seringkali kita lupa akan makna dari titel orang tua yang kita emang
Ah, bukan kita tapi aku.
Kita masih bepergian seakan hanya berdua padahal kini kita bertiga.
Serasa masih berdua, seringkali diriku lalai menyiapkan pembekalan untuk kehadiran personil anggota keluarga kita.
Padahal bekal yang paling banyak adalah bekal untuk anggota baru kita ini, karena ia masih begitu sangat kecil.

Kitalah orang tua yang menyiapkan bekal terbaik untuk mereka.
Bentuk bekal bukan hanya untuk masa depan di dunia tapi juga bekal untuk akhiratnya.

Aku sering lupa menyiapkan pakaian ganti yang cukup untuknya, pelindung yang tebal untuknya, makanan yang bergizi untuknya..
Seringkali aku alpa, asal beli, asal kasih.
Ah terlebih lagi, tersering tujuan aku bukan karena Allah memberikan yang terbaik untuk anakku. Hanya untuk pujian manusia. Ah, betapa aku masih lemah sbg orang tua yang baik untukmu nak.

Untuk putra pertamaku di usiamu yang ke 9 bulan 7 hari.
Maafkan belum bisa jadi ibu yang baik untukmu.

Kamis, 22 Maret 2018

Smart Parents: Menyayangi Anak Sepenuh Hati

Penulis: Ida Nur Laila
Penerbit: Era Adicitra Intermedia
Tahun: 2016
Halaman: 188

Setiap orang tua ketika ditanya, sayangkah mereka kepada anaknya? Pasti semua akan menjawab sangat sayang. Namun, kenyataannya banyak orang tua yang salah mewujudkan bentuk kasih sayangnya kepada anak.

Bertanya-tanyalah kita dalam hati, apakah kita termasuk orang tua yang salah mewujudkan bentuk kasih sayang kita ke anak?

Di awal buku ini, kita diminta membayangkan jika kita berada di dunia raksasa atau memposisikan diri berjongkok diantara orang-orang yang sedang bejalan, bagaimana rasanya? Apa yang bisa kita lihat? Hanya punggung, perut atau bahkan hanya kaki yang terlihat. Bagaimana jika raksasa-raksasa itu tiba-tiba marah, menyeringai, membentak-bentak, membawa tongkat atau sapu?

Ya, tanpa sadar ketika diposisi orang tua, kita pernah melakukannya. Ketika anak di pagi hari tidak segera bangun, dimarahi. Setelah itu tidak segera shalat subuh, dimarahi. Tidak segera mandi atau mandi terlalu lama, dimarahi. Tidak mau menghabiskan sarapan, dimarahi. Lupa bikin PR, atau kaos kakinya cuma ketemu sebelah, dimarahi juga. Itu sudah lima kali memarahi baru di pagi hari. Apalagi ketika anak memecahkan atau merusak suatu barang kesayangan kita, tanpa sadar meledak amarah kita.

Ketika kesadaran hadir, kecerdasan apapun, intelektual, emosional, atau spritual, juga pasti hadir. Namun, ketika kita berada dalam posisi lelah, dalam kondisi banyak pikiran, banyak tekanan, seringkali membuat seseorang kehilangan kesadaran atau juga kehilangan kendali atas dirinya.
Dikutip dari buku ini mengenai upaya untuk tidak menjadi orang tua yang emosional, seorang teman berkomentar,
"Kalau pas inget, saya bisa menahan marah. Kalau pas nggak inget, ya marah lagi..."
Padahal sepertinya lebih banyak saat tidak ingat.

👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪

Dikutip dari buku ini, beberapa prinsip dalam menyayangi anak:

1. Bunda, Sayangi Aku Apa Adanya.
Rahasia membentuk keutuhan pribadi seorang anak adalah 'penerimaan'. Orang tua harus menerima dan menyayangi anak tanpa memandang jenis kelamin dan wujud fisik sang anak.

2. Sajikan yang Terbaik
Ketika hendak bertemu orang penting, apa yang kita persiapkan untuk menemuinya? Jika kita menghadapi saat penting seperti presentasi bisnis, promosi jabatan, dan lain-lain, tentu kita menyiapkan terbaik dari diri kita.
Maka jadikanlah anak adalah hal terpenting dalam hidup. Tidak hanya sebatas materi.

3. Temani ia Bertumbuh dan Berkembang
Tumbuh dan berkembangnya membutuhkan urusan materi, ruhani, dan akal.
Contoh ketika kita menyiapkan makan, berdzikir dan berdoalah kita dengan penuh kegembiraan, cinta, dan pengharapan. Semoga Allah berkenan melunakkan hati anak kita untuk menyantap makanannya, dan menjadikan makanan tersebut makanan yang barakah untuk kesehatan dan amalannya.

👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪

Lalu bagaimana caranya merealisasikan kasih sayang pada anak dengan bentuk yang menyenangkan? Karena tidak setiap orang tua dapat melakukannya begitu saja.

1. Anakku, Aku Temanmu!
Rasulullah mengatakan, "Barang siapa yang mempunyai anak, hendaklah ia bermain secara anak-anak dengannya."

2. Anak Belajar dari Sekolah Kehidupan
Anak belajar dari kehidupan sekitarnya, utamanya orang terdekatnya. Ada sifat imitatif (suka meniru) pada anak-anak yang bisa menjadi hal positif untuk mengembangkan keterampilannya.
"Ketika kita mengaku mencintai anak, jadikan suasana belajar bukan episode horor. Jadikan ia menjadi saat yang ditunggu-tunggu".

3. Belai Aku Bunda!
Sempatkan untuk menyentuh dan membelai anak setiap hari.

4. Berikan Arahan dan Nasihat.

5. Lakukan Dialog Hati.

6. Berikan selalu kata-kata terbaik

7. Menjadi teladan dan contoh yang baik

8. Berikan Hukuman Sayang
Di buku ini juga dibahas mengenai hukuman berbentuk kasih sayang. Kita seringkali mendengar hukuman malah menjadi trauma untuk anak. Jadi gimana baiknya memberi hukuman kepada anak?. Orang tua harus paham prinsip menghukum anak adalah sarana pendidikan bukan luapan kemarahan orang tua. Selain itu dijelaskan juga prinsip penting dalam pemberian hukuman pada anak, yaitu:
A. Menghukum sesuai tahapan usia anak
B. Menghukum sesuai bobot kesalahan
C. Tidak menghukum karena kesalahan anak lain
D. Aturan hukuman diterangkan pada anak
E. Menghukum tidak di depan orang lain

Minggu, 18 Maret 2018

Review Buku Rumah Main Anak

Judul Buku: Rumah Main Anak
Penulis : Julia Sarah Rangkuti
Tebal : 333 halaman

Dikutip dari Buku Rumah Main Anak, Ignacio Estrada mengatakan:

“If a child can’t learn the way we teach, maybe we shoud teach the way they learn“

Dan bagaimana cara anak-anak belajar? Ya, dengan bermain:)!

Ketika menjadi seorang ibu adalah sebuah fase hidup yang sangat berbeda, di fase kita sebagai ibu harus beradaptasi untuk diri sendiri namun kita harus segera berbuat untuk anak. Buku ini sangat membantu untuk para ibu menemani buah hatinya dalam setiap tahap perkembangannya karena dalam buku ini selain membahas ide-ide bermain bersama anak yang tentunya sebagai sarana stimulasi tumbuh kembang anak, terdapat juga tahapan perkembangan normal anak dari 0 bulan sampai 2 tahun.

Dalam setiap awal bab dibahas mengenai perkembangan normal tiap anak per 3 bulan, kemudian membahas permainan apa saja yang sudah dapat dilakukan oleh anak. Ide-ide permainannya sangat mudah diterapkan. Untuk bahan-bahan permainan merupakan bahan yang sudah tersedia di rumah, dan jikalau harus beli merupakan bahan yang mudah didapatkan. Cocok buat ibu-ibu yang ingin mencari ide kreatif bermain bersama anak namun ga pakai repot dan ga pakai mahal. Jika kita sudah membaca buku-buku montessori lainnya, jujur, beberapa bahan dasarnya membuat seorang ibu harus nambah daftar belanjaan dengan harga yang lumayan. Namun, jika belum kesampaian beli bahan montessori, bunda bisa baca buku ini sebagai bahan referensi lainnya bermain bersama buah hati.

Buku ini juga dilengkapi dengan bonus Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) yaitu sebuah instrumen yang digunaka untuk mengetahui perkembangan anak, apakah normal atau adanya keterlambatan.

Jadi ibu, tiap hari memikirkan masakan dan setumpuk kerjaan rumah tangga, sementara anak tidak mungkin kan kita diamkan? Atau kita hanya menyerah dengan memberikannya gadget? Hmm, itu pilihan setiap ibu. Namun alangkah lebih baiknya kita bisa memenuhi hak anak dengan menemani setiap tumbuh kembangnya, dengan memberikan permainan yang mengasah tumbuh kembangnya.

Sabtu, 10 Maret 2018

Emak Bekerja di Ranah Publik (Part 2)

Belajar di Institut Ibu Profesional semakin hari semakin meningkat. Bukan saja ilmunya yang meningkat tapi juga perenungan diri dan perencaan matang juga semakin meningkat makan waktunya. Tapi, tidak apa-apa yang penting pembenahan diri menjadi lebih baik. Sebenernya untuk mengerjakan Nice Home Work- nya alhamdulillah sudah terbayang. Ah, tapi merenungi materinya bisa sampai berhari-hari. Mojok sendiri di dalam gua terus.

Nice home work #7 ini juga sebenarnya sudah sangat terbayang apa yang akan dikerjakan. Tapi ternyata materinya lebih pas lagi nyentil banget ke diri ini. Membaca materinya pas banget setelah wawancara kerja di sebuah rumah sakit dan langsung dinyatakan diterima. Keinginan bekerja di ranah publik yang sudab lama, keinginan mengasah ilmu yang ingin ditekuni nyatanya tidak segampang itu setelah mempunyai anak. Selama ini suami dan keluarga selalu berkata "Coba   dulu, kalau keterima, ya baru dipikirin gimana-gimanany." Nyatanya tanpa persiapan matang, hanya mencoba, langsung diterima di sebuah rumah sakit besar. Kenyataannya ketika benar dibenturkan seperti itu, penyikapannya tidak segampang itu. Mulailah super galau anak sama siapa, walau sebelumnya sudah ada diskusi akan dititipkan di daycare atau cari pengasuh. Tapi kenyataannya tidak segampang itu, tidak semudah ucapannya. Termudah cari pengasuh karena pengasuh sudah stand by tidak perlu memikirkan siapa yang nganter dan jemput anak ke daycare , tidak bingung juga ketika harus dinas jaga malam. Tapi jika di pengasuh apakah nilai-nilai keilmuan dan segala macam ilmu parenting yang sudah aku terapkan ke anak, bisa diterapkan dengan baik oleh pengasuh. Mengingat beberapa materi parenting dimana bisa kita siasati dengan penyiapan kurikulum setiap harinya. Tapi apakah bisa sesuai keinginan saya? Kalau sesuai keinginan banget lebih baik ke daycare yang sudah dipercaya tapi nanti siapa yang antar jemput? Ini itu ternyata super bikin galau dan bingung.

Ibu lagi hanya berpesan "Jika itu memang baik untuk dunia dan akhiratmu, Maka Allah akan memudahkan urusanmu, urusan anak, suami." Membaca kembali materi minggu ini, membaca cerita-cerita teman ketika memilih bekerja. Rasanya makin galau. Rasanya terulang-ulang homework dari awal, apakah keilmuan yang ingin aku tekuni sudah benar. Sampai sekarang ini jujur masih PR diriku. Walaupun semua kelebihan, keinginan, kesukaan, keilmuan memang sesuai dengan hasil tes bakat, tapi anak gimana? Anakku adalah amanah yang Allah berikan, amanah yang aku berhari-hari berdoa untuk kehadirannya. Bagaimana aku akan pertanggung jawabkan amanah yang sudah Allah titipkan kepadaku?.

Tapi lagi, biarlah aku berikhtiar, dan berdoa, biar Allah saja yang memberikan keputusan terbaik.

| They plan, and Allah plans. Surely, Allah is the Best of Planners (QS 8:30) |

Kamis, 08 Maret 2018

Emak Bekerja di Ranah Publik (Part I)

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Sebuah percakapan kecil antara ibu-ibu muda,

Ibu A: "Harusnya mulai kerja ketika anak masih 2 bulan dulu, jadi dia sudah terbiasa ditinggal. Kalau udah umur 12 bulan gini sudah ngerti dan maunya nempel mulu sama ibunya."

Ibu B: "Ah, malah pas masih 2 bulan dulu berat ninggalinnya. Masih kecil. Masih harus ASI eksklusif. Enakan itu pas sudah selesai ASI eksklusif 6 bulan, udah mulai makan."

Ibu C: "Wah malah umur 6 bulan itu umur nanggung. Sudah mulai mengerti tapi belum mau ditinggal. Masih takut sama orang baru kalau harus ditinggal sama pengasuh atau daycare. Aku kira enakan umur 12 bulan ke atas jadi udah bisa disuruh mengerti dan sudah bisa."

Ibu A: "Engaa.. Malahan karena udah ngerti jadinya susah ditinggal ibunya."

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Sejatinya tidak ada waktu yang benar tepat ketika seorang ibu mulai kembali bekerja di ranah publik.

Ketika sudah memiliki anak rasanya sama. Mau mulai ketika anak usia 2 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan seterusnya. Rasa seorang ibu ketika pergi bekerja di ranah publik, rasanya sama. Rasa haru biru meninggalkan anak. Rasanya begitu berat meninggalkannya namun karya dan pengabdianmu ditunggu dan dibutuhkan banyak orang.

Ah. Memang pembahasan ibu bekerja di ranah publik atau domestik itu sangat panjang dan sangat tak mudah.

Minggu, 04 Maret 2018

Ibu Manajer Keluarga

Belajar di Institut Ibu Profesional membuat Aku selalu merefresh niatku, meluruskan tujuan hidupku. Dan selalu saja, Aku tersentil dengan pelajaran-pelajarannya. Ketika Aku membaca motivasi bekerja ibu sempat Aku harus masuk ke gua berhari-hari, merenung, berpikir ulang.

Aku merenungi kembali pekerjaanku di nice home work #1 sampai #6 . Apakah Aku bekerja, menjadi Dokter, adalah sebuah pelarianku karena ketidamampuan diriku menjadi ibu di keluargaku, di ranah domestikku?. Berhari-hari, Aku tidak membuka handphone, tidak ber media sosial. Setelah membaca materi minggu ini, Aku hanya memaksimalkan diri menjadi manajer keluargaku sembari meluruskan niatku, menemukan jawaban diriku.

Alhamdulillah walau belum menemukan titik terang, masih ragu dan bingung, namun Aku bisa meluruskan tujuanku. Aku bekerja sebagai dokter bukan untuk pelarianku, Aku menjadi dokter untuk keluargaku, untuk Ibuku. Ketika Aku memilih menjadi dokter, aku tidak hanya sudah selesai namun juga sudah selesai dengan maksimal untuk keluargaku, ranah domestikku. Walau titik terang yang Aku temukan baru sampai disitu. Tapi Aku sangat bersyukur.

Rabu, 14 Februari 2018

Suntikan Semangat dan Niat #JumatKulwapODOP

Aku mengikuti group one Day one post (ODOP) awalnya ingin membiasakan kembali curhat lewat tulisan apalagi sejak punya anak. Cuma benar-benar pengen bisa tetap waras jadi ibu. Tiap minggu mencoba mencicil menulis sedikit demi sedikit, yang awalnya berat jadi asyik, yang awalnya cuma curhat malah jadi bisa menemukan hikmah dari setiap kejadian yang dialami. Bergabung di group ini akhirnya jadi hal yang 'nagih' buat aku konsisten menulis, jadi saranaku buat menulis lebih baik lagi, jadi wadahku buat niat nulis bukan cuma curhat tapi bisa berbagi informasi dan pengalaman.

Ketika akhirnya bergabung di group whatsapp nyatanya group ini bukan cuma bikin 'nagih' tapi jadi 'candu' ke diri saya agar lebih baik lagi, karena selain belajar konsisten menulis, aku belajar juga konsisten membaca di thread rabu baca buku.

Tapi kali ini rasanya ada sentilan keras pas ikut jumat kulwap minggu ini oleh Mba Monik. Teringat kembali impian untuk sekolah lagi, impian yang hampir berdebu tak pernah terlintas di fikiran ketika sudah memiliki anak. Jujur memang belum pernah baca bukunya mba monik, Groningen Mom's Journal, namun merasakan sebuah semangat perjuangan untuk sekolah lagi sebagai seorang ibu, perjuangan seorang ibu untuk berbagi kisah dan pengalamannya, perjuangan seorang ibu menuliskan ceritanya kemudian membukukannya, sebuah perjuangan memenej waktu, berbagi peran sebagai penulis yang ingin berbagi, ibu, istri, dan siswa.

Ada sebuah pelajaran yang aku ambil yaitu tentang keinginan berbagi, berdakwah dengan media apapun, tentang tujuan menulis dan membukukan tulisannya.
Insyaallah jika niat kita baik, niat kita lurus, Allah yang akan memudahkan jalannya. Baik dalam menulis, menerbitkan buku, dan bersekolah lagi. Terimakasih Mba Monik suntikan semangat, bekas suntikannya terasa banget. 💓💓

| Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya..................... |

#JumatKulwapODOP

Bedah Buku Diary Pintar Menyusui dan MPASI (Part 1)

Ketika anak telah hadir, kita sebagai orang tua sangat banyak butuh persiapan, terutama persiapan ilmu. Buku ini reccomended sebagai bahan rujukan buat para ibu dan calon ibu untuk belajar mengenai asi dan mpasi. Buku ini terdiri dari dua bab, bab pertama mengenai menyusui dan bab kedua mengenai MPASI (Makanan pendamping asi). Cocok banget buat ibu-ibu baru jaman now (😅😂) yang banyak sekali terpaan perlengkapan bayi yang kita ga tau sebenarnya kita butuhkan atau tidak.

Di bab pertama membahas asi eksklusif yaitu memberikan HANYA ASI kepada kepada bayi, tanpa makanan dan minum lain sampai 6 bulan pertama kehidupan bayi. Di buku juga diajarkan cara menyusui yang baik dan benar. Jangan buru-buru berikan susu formula ketika anak lahir, sementara asi belum keluar. Sejatinya bayi baru lahir masih memiliki cadangan gula dari ibunya sehingga kita sebagai ibu masih harus mengusahakan asi keluar dalam waktu 3 hari. Oiya, yang keluar di awal adalah kolostrum (cairan bewarna jernih) jika sudah 4 hari barulah keluar asi matur bewarna putih susu.

Di buku ini juga dibahas nutrisi untuk ibu menyusui, dibalik banyaknya "kata orang" ibu menyusui cuma boleh makan ini, makan itu tidak boleh, dll. Nyatanya ibu menyusui harus mendapat gizi seimbang terdiri dari 3 gizi zat utama yaitu:
1. Zat tenaga (karbohidrat, lemak)
2. Zat pembangun (protein)
3. Zat pengatur (vitamin, mineral)

Ketika menyusui salah satu hal terpenting lainnya yaitu let down reflex (LDR)/reflex oksitosin, sesuai namanya oksitosin sangat dipengaruhi oleh emosional si ibu menyusui, LDR berguna untuk mengalirkan asi terutama lemak asi. Jadi penting banget menjaga moodnya ibu menyusui ya ibu bapak.. Jaga perasaannya.. (Apalagi pas lagi berkunjung berkomentar ini itu negatif *banyak busui yang curhat begitu soalnya).. Buat ibu-ibu ketika menyusui buang jauh emosi negatif ya (Rasa sakit, kurang percaya diri, sedih, khawatir). Salah satu yang sering bikin rasa sakit karena posisi menyusui yanh belum tepat.

Ketika selesai menyusui penting kita lakukan sendawa (ada gambarnya di buku😅). Terus gimana ya kita bisa tahu asinya cukup bayi? Salah satu indikatornya adalah BAK minimal 6x/24 jam, bewarna jernih atau kuning muda.

Oiya di buku juga ada pembahasan mengenai cara memperbanyak asi, solusi untuk tetep memberikan ASI pada ibu bekerja, dan mitos menyusui sambil hamil lagi.

Bukunya padat, memang benar poin penting aja. Membahas banyak kegalauan ibu baru kala mau menyusui anaknya. Sampai mitos tentang tetap menyusui ketika hamil lagi. Jadi klo mau ngereview banyak banget 😅

Jumat, 09 Februari 2018

Bakat dan surat cinta

Minggu ini kembali mendapat PR yang mengejutkan dari kelas matrikulasi IIP.  Senang rasanya karena ditiap minggu pr tersebut membuat kita lebih mendalami diri kita, pasangan kita, dan keluarga kita. Dan PR tersebut kembali meluruskan tujuan hidupku, visi misi keluargaku, seperti PR minggu ini.

Diawali dengan membuat surat cinta untuk suami. Naah pas banget hari itu kita lagi berantem anak kecil (😅😌).   Rasanya buat bikin surat cinta itu lagi ogah banget (padahal kesehariannya istrinya suka usil ngegombal). Tapi PR kali ini rasanya berat banget karena lagi diem-dieman. Berkali-kali ngulang isi percakapan group matrikulasi biar menyadarkan diri, agar ego diri bisa menguap. Akhirnya sadar juga sepertinya kami sudah terlalu sibuk dengan pekerjaan kami, dengan target dan pencapaian hidup kami, yang sangat 'dunia'. Apalagi kami yang orang tua baru butuh waktu banyak belajar membesarkan anak kami. Aku tersadar kembali, ah, kami lebih tepatnya aku sebagian ibu dan istri sudah terlalu lupa visi misi awal keluarga kami.

Kemudian aku mencoba membuat nice Homewark itu. Pas suami pulang kerja, aku selipkan di handphone nya. Suami cuma menanggapi "ini apaan say kamu selipin di hp aku?", "baca saja" jawabku (ceritanya masih sisa ngambek kemarin 😅🙈). Besok paginya lantaran kita lagi fokus dengan 'kita mau apa, mau kerja seperti apa (salah satu pencetus bertengkar kemarin), akhirnya nyuruh suami ngisi temubakat.com abis ngisi itu, kita diskusi sama-sama. Walaupun udah bisa duga bakat terbesar suami. Kita berlanjut diskusi berdasarkan tes, mencoba mereview surat kemarin ke pak suami (karena berhubung isi suratnya ada tentang kelebihan bakat suami sampai kita dipersatukan dalam sebuah keluarga), visi misi keluarga kita yang mulai berdebu terlupa.

Pagi ini kami berdiskusi tentang potensi kami, diskusi hasil dari temubakat.com dengan baiknya bekerja di ranah seperti apa, Diskusi visi misi kami yang tak segampang itu nyatanya setelah beneran punya anak (😅). Bakat suami terbesar itu di networking sementara saya pada melayani dan memberi, sesuai banget sama profesi yang kami jalani alhamdulillah. Ah tapi terlepas dari kesesuaian bakat dengan profesi kehidupan di dunia kami, ada yang lebih dalam maknanya. Kebersamaan kami dalam ikatan, mitsaqaan ghaliza. Terlepas dari kekurangan dan kelebihan yang ada didiri kami, kebersamaan kami seperti prinsip kerja enzim dan substratnya, key and lock, cocok-pas-lengkap, dan hasil keterikatan itu bermanfaat  untuk seluruh tubuh. Kebersamaan kami membuat kami bisa saling berbagi ilmu ketika diantara kami ada yang belum tahu, pengingat kebaikan diantara kami, sarana belajar kami menjadi pribadi lebih baik lagi, wadah kesyukuran kami.

Kami dikarunia seorang anak laki-laki yang baru lewat 6 bulan setelah setengah tahun lebih kami menanti. Penantian menunggu anak ternyata masih juga rasa sabar diri ini ketika menghadapinya. Kehadiran anak kami, membuat kami belajar banyak hal, sebagai pribadi dan sebagai orang tua. Terutama pelajaran besar untuk diriku agar bisa semakin luas sabar dan syukurnya. Kehadiran anak pun membuat kita semakin memuliakan orang tua kita, karena realitanya pasti penuh perjuangan orang tua kami membesarkan kami. Hal terbesar yang aku perhatikan sebagai ibu adalah ketertarikan yang luar biasa anakku terhadap buku, mau buku pelajaran, novel, Al-Qur’an (belum melihat ketertarikan yang lebih besar selain ini), karena di kedua keluarga besar aku dan suami, keduanya sangat suka baca buku.

Alhamdulillah aku berada di lingkungan berislam sangat baik, kedua keluarga yang cukup kental keislamannya, lingkungan yang sudah terkondisikan dengan islam yang cukup kuat, sehingga kami sekeluarga sangat bisa berislam dengan baik, mencari ilmu agama dengan mudah.

Sebuah kesyukuran tak terhingga dapat bersama suami, anak, dan keluarga serta lingkungan berislam yang sangat bagus, sehingga aku bisa tetap berada di kereta kebaikan, berlomba menambah ketaatan teruntuk Rabbku, Yang Maha Pencipta.

Sabtu, 27 Januari 2018

Mencintai sebuah ilmu

Ibu hanya berpesan "berdoalah nak, luruskan niatmu, karena jika itu baik untuk dirimu, duniamu, dan akhiratmu, Allah akan memudahkan urusanmu"

Setiap pilihan yang akan aku ambil, selalu ibu berpesan seperti itu termasuk ketika aku memilih menggambil kuliah jurusan kedokteran, jurasan yang aku cintai dan ingin terus aku tekuni, ingin terus dipelajari. Life long learning selalu menjadi prinsip ketika kamu menjadi dokter, belajar sepanjang hayat.

Aku menyukainya, jatuh cinta pada ilmunya. Awal mencintainya karena alasan demi keluarga, demi membantu banyak orang, nyatanya setelah tercebur di dalamnya, ada banyak hal yang aku ketahui, menjadi alasan betapa kita semestinya banyak bersyukur. Aku begitu terkaget dengan betapa luas ciptaan-Nya, betapa hebat kuasa-Nya, betapa tak perlu jauh kita mencari bukti hebatnya penciptaan Allah SWT ke luar sana, karena pada diri kita, sudah membuktikan betapa Allah Maha Pencipta, Maha Penguasa. Betapa ada proses kompleks dan detail pada setiap denyutan jantung kita, ada banyak kesyukuran pada penglihatan dan pendengaran kita. Ah, semuanya membuat aku makin mencintai ilmu kesehatan, karena semakin bertambah cintaku pada Rabbku.

Tapi kamu tahu? Menjadi dokter tak semudah itu. Aku mencoba berkali. Sampai ibu berpesan "berdoalah nak, luruskan niatmu, karena jika itu baik untuk dirimu, duniamu, dan akhiratmu, Allah akan memudahkan urusanmu". Ketika aku meluruskan niatku, untuk mendekat kepada Rabbku, ketika itu aku diterima di fakultas kedokteran. Kamu tahu tips jalani ujian ala teman-temanku mahasiswa kedokteran? Yaitu meminta doa kepada orang tua, meminta maaf pada orang tua, teman, guru. Saling berdiskusi, saling memberikan dan merima ilmu serta pendapat teman adalah strategi selanjutnya. Luruskan niatmu, tanamkan ikhlasmu, meminta doa pada orang tua, teman, dan guru, saling memberi dan menerima ilmu dengan hati terbuka.

Mempelajari sebuah ilmu tentu tak luput dari proses yang panjang, yang pertama kali dan selalu harus kuubah adalah niat. Kadang niat suka melenceng, sehingga berkali-kali aku harus meluruskan niatku dalam belajar sebuah ilmu. Proses belajarpun kita perlu melapangkan diri kita, melapangkan dada kita dalam belajar, melapangkan syukur kita karena masih banyak hal yang ga kamu ketahui, melapangkan diri kita kalau kita tuh masih belum ada apa-apa dibanding ilmu yang luas banget. Belajar itu juga butuh ridho, restu, keikhlasan engga cuma dari diri kita, tapi dari orang terdekat kita, pasangan kita, orang tua kita (orang tua sendiri plus mertua kalau sudah menikah), bahkan ridhonya guru kita yang sudah mengajarkan ilmu ke kita.

Jadi dalam belajar cintailah ilmu yang ingin kamu pelajari.. Luruskan selalu niatmu.. Semoga Allah membukakan hati dan fikiranmu dalam belajar sebuah ilmu.. Semoga kita mendapatkan keberkahannya dalam memperlajari sebuah ilmu 😊.

#NHW #1
#Day # 1
#Kuliah Matrikulasi Batch # 5
#Adab Menuntut Ilmu

Senin, 22 Januari 2018

Difteri apa ya?

Difteri merupakan salah satu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyakit ini menyerang infeksi selaput lendir tenggorokan serta hidung. Selain itu, bakteri tersebut menghasilkan eksotoksin yang mampu menganggu kerja jantung.

Penyebab :

Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyebaran bakteri ini dapat terjadi dengan mudah, terutama bagi orang yang tidak mendapatkan vaksin difteri. Ada sejumlah cara penularan yang perlu diwaspadai, seperti:

1. Terhirup percikan ludah penderita di udara saat penderita bersin atau batuk --> Ini merupakan cara penularan difteri yang paling umum.
2. Terkena barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, contohnya mainan atau handuk.
3. Sentuhan pada luka borok (ulkus) akibat difteri di kulit penderita --> Penularan ini umumnya terjadi pada penderita yang tinggal di lingkungan yang padat penduduk dan kebersihannya tidak terjaga.

Gejala:

1. Demam
2. Nyeri kepala
3. Nafsu makan menurun
4. Nyeri saat menelan
5. Tonsil terlihat tertutup bercak putih kotor makin lama makin meluas dengan membentuk membran yang dapat meluas ke faring dan laring sehingga dapat menyumbat saluran nafas. Membran ini sangat melekat dengan dasarnya, apabila di kelupas maka akan berdarah
6. Kelenjar getah bening dapat membengkak (Bull Neck sign atau Burgermeesters hals)
7. Menyerang saraf kranial, menyebabkan kelumpuhkan otot pernafasan, jantung.

☝Karena gejala awal dari difteri yang mirip dengan gejala flu, maka kebanyakan orang tak menyadari bahwa kondisi yang sedang dialami adalah difteri. Namun pada penderita difteri, ia juga akan berkemungkinan mengalami yang namanya gangguan pada kulit seperti bisul yang tidak ada pada gejala flu🙋

Diagnosis dan Pengobatan Difteri :

Untuk menegakkan diagnosis difteri, awalnya dokter akan menanyakan beberapa hal seputar gejala yang dialami pasien. Dokter juga dapat mengambil sampel dari lendir di tenggorokan, hidung, atau ulkus di kulit untuk diperiksa di laboratorium.

Apabila seseorang diduga kuat tertular difteri, dokter akan segera memulai pengobatan, bahkan sebelum ada hasil laboratorium. Dokter akan menganjurkannya untuk menjalani perawatan dalam ruang isolasi di rumah sakit. Lalu langkah pengobatan akan dilakukan dengan 2 jenis obat, yaitu antibiotik dan antitoksin.

Komplikasi Difteri

Pengobatan difteri harus segera dilakukan untuk mencegah penyebaran sekaligus komplikasi yang serius, terutama pada penderita anak-anak. Diperkirakan 1 dari 5 penderita balita dan lansia di atas 40 tahun meninggal dunia akibat komplikasi difteri.

Jika tidak diobati dengan cepat dan tepat, toksin dari bakteri difteri dapat memicu beberapa komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa. 

Jumat, 19 Januari 2018

Berkata dan Berdoa yang Baik Kepada Anak

Seorang pemuda baik berniat ingin merantau ke kota, mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan, agar keluarganya memiliki kehidupan yang lebih baik. Kemudian ia meminta izin kepada ayahnya untuk pergi. Namun, sang ayah tak mengizinkan, si pemuda tetap memaksa untuk pergi. Hari kepergian sudah diputuskan, segala persiapannya ke kota telah siap, gembalaannya pun telah dititipkan ke temannya. Pemuda tetap memaksa pergi tanpa izin ayahnya. Ayahnya merupakan orang yang sholeh. Kemudian ayahnya berdoa agar anaknya diberi pelajaran karena ayahnya tak mengikhlaskan kepergiannya.

Di perjalanan, sang pemuda tiba-tiba tidak dapat melihat apapun. Sesampainya di rumah saudara mereka, sang pemuda berkata, "sebelum ini saya bisa melihat, mumpuni untuk menjadi pekerja terbaik kesini. Namun sekarang aku buta sehingga aku tidak bisa berbuat apapun." keluarga pemuda akhirnya membawanya kembali pulang ke desa. Betapa kaget dan sedih sang ayah melihat keadaan anaknya. Anaknya kita tidak bisa bekerja membantu keluarga mereka.
(📝dari buku semua ada saatnya)

Dalam buku tersebut diambil hikmah bahwa orang tua janganlah mendoakan yang buruk kepada anak. Terlepas dari sang anak telah berbuat kesalahan. Kita sebagai orang tua tetap harus menjaga doa dan ucapan kita.

Terlalu banyak kisah tentang doa dan ucapan orang tua yang sangat berpengaruh kepada anaknya. Terdapat juga kisah yang sangat manis tentang Imam Sudais (salah satu imam masjidil haram) ketika masih kecil, beliau pernah menumpahkan dan mengacak-acak makanan yg telah dipersiapkan ibunya untuk para tamu. Namun, sang ibu mengubah rasa kesal dan marahnya pada Sudais kecil dgn doa, "pergilah ke masjidil haram, hapalkan alquran, dan jadilah imam masjidil haram". Dan, doa itupun dikabulkan.. 😊

Maka duhai ayah bunda, doakan dan katakan selalu hal-hal terbaik untuk anakmu. Sekalipun, sekalipun ia sangat menjengkelkanmu, sekalipun kamu sangat kesal. Karena sejatinya ia hanya sedang belajar.
Katakanlah yang baik, doakan yang baik.

Pun nama dan panggilan yang baik harus disertakan.
“Sesungguhnya diantara kewajiban orangtua terhadap anaknya adalah mengajarinya menulis, memberikan nama yang baik, dan menikahkannya bila telah dewasa.” (HR. Ibnu Najar)

Acapkali kita sudah memberikan nama terbaik, namun terkadang kita mengeluarkan perkataan atau panggilan yang tidak baik atau men judge yang tidak baik, contoh: "wah malas ini anaknya", "kolokan anaknya" dll kenapa tidak kita ubah dengan kata positif dan penyemangat untuk anak.

Salah satu kisah menginspirasi adalah kisah Thomas Alfa Edison, ketika masih kecil sepulang sekolah ia memberikan sepucuk surat kepada ibunya, kemudian sang ibu dengan berlinang air mata membacakan isi surat itu di hadapan sang Putra, “Putra anda adalah anak yang jenius, sekolah ini terlalu kecil dan tidak memiliki guru yang cakap. Jadi anda harus mendidiknya sendiri.” itulah perkataan positif penyemangat untuk sang anak dari ibunya karena sebenernya isi surat tersebut berbunyi, “Putra anda adalah anak yang bodoh, kami tidak mengijinkannya untuk bersekolah disini lagi.”

Maka berkatalah yang baik, panggil ia dengan panggilan terbaik, doakan ia selalu dalam kebaikan😊.

Selasa, 09 Januari 2018

Bukankah Allah yang Memberi Rezeki Anakmu Jadi Tenang Saja.

Sepasang suami istri dengan anak yang masih bayi memiliki sebuah kisah.

Di suatu bulan dimana pengeluaran begitu banyak, dan waktu gajian sang suami pun masih sangat lama. Bulan itu merupakan bulan yang berat bagi sang istri. Berat untuk fikir dan jiwanya.

Selama perjalanan menikah, berat suaminya tak bertambah signifikan, masih kurus-kurus wae. Sang istri yang masih menyusui bayinya merasa harus mengalah untuk suaminya (agar diakui orang-orang), istri berhasil mengurus suami dengan menggemukkannya. Tapi sungguh berat bagi sang istri ketika menyadari asi untuk anaknya semakin semakin berkurang, padahal bayinya semakin besar dan membutuhkan lebih banyak gizi. Itu hal yang memberatkan sang istri. Sementara uang untuk membeli protein lebih banyak dari biasanya tidak ada. Ah jangankan protein, untuk setidaknya agar bisa memasak di dapur pun tak bisa di keluarga itu.
Kedua keluarga orang tua mereka pun sedang banyak pengeluaran sehingga masak tidak terlalu banyak. Alhasil pasangan suami istri lebih sering makan 1 lauk, 1 piring berdua (kata orang si romantis, padahal karena keuangan menipis). Disitulah berat bagi sang istri untuk mengalah kepada suaminya atau harus makan lebih banyak untuk anaknya. Sang istri memilih suaminya.

Di bulan itu merupakan bulan yang panjang dan berat bagi sang istri. Ketika malam, sang anak menyusu banyak, asi tak banyak keluar. Untuk mencukupinya, di malam sampai pagi buta sang istri lebih sering minum dan menyemil madu dan kurma. Sebagai glukosa yang menunda rasa lapar, tapi tak kenyang, apalagi mencukupi asi, pikir sang istri.

Di bulan itu merupakan malam yang panjang bagi sang istri, ketika anaknya lapar, ia harus makan untuk mencukupi asinya, namun berkali-kali ia membuka lemari penyimpanan makanan, tak ada apa-apa.

Sampai semuanya begitu berat. Anaknya yang meminta menyusu padahal diri sang istri juga begitu lapar, dan sang suami juga tidur mungkin dalam keadaan masih lapar. Sang istri sangat merasa jika sudah beberapa hari ini asinya tak banyak, sangat terasa kosong, bismillah ia kembali mencoba menyusui anaknya dan walau rasanya tak ada yang keluar namun ketika melihat dari mulut bayinya keluar tetesan asi, sang ibu tersadar, bukankah Allah yang akan mencukupi asi untuk anaknya? Mencukupi makanan anaknya? Bukankah Allah sudah menentukan rezeki tiap manusia? Begitupun rezeki untuk suaminya. Mengapa engkau begitu khawatir pikir sang istri.

"Tidak ada satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi ini, melainkan dijamin Allah rezekinya." (QS Hud:6)

Ya, kita semua pasti pernah mengalami masa-masa sulit. Pernah mengalami rasa sempit rezeki seperti yang dialami keluarga kecil itu. Namun percayalah, Allah sudah menetapkan rezekinya. Bersabar, bertawakal, dan teruslah berusaha. Dekati Yang Maha Pemberi Rezeki, mintalah, berdoalah.

Minggu, 06 Mei 2018

Untuk putra pertamaku, aid kecil

Kita bukan hanya pasangan tapi kini adalah orang tua
Tapi seringkali kita lupa akan makna dari titel orang tua yang kita emang
Ah, bukan kita tapi aku.
Kita masih bepergian seakan hanya berdua padahal kini kita bertiga.
Serasa masih berdua, seringkali diriku lalai menyiapkan pembekalan untuk kehadiran personil anggota keluarga kita.
Padahal bekal yang paling banyak adalah bekal untuk anggota baru kita ini, karena ia masih begitu sangat kecil.

Kitalah orang tua yang menyiapkan bekal terbaik untuk mereka.
Bentuk bekal bukan hanya untuk masa depan di dunia tapi juga bekal untuk akhiratnya.

Aku sering lupa menyiapkan pakaian ganti yang cukup untuknya, pelindung yang tebal untuknya, makanan yang bergizi untuknya..
Seringkali aku alpa, asal beli, asal kasih.
Ah terlebih lagi, tersering tujuan aku bukan karena Allah memberikan yang terbaik untuk anakku. Hanya untuk pujian manusia. Ah, betapa aku masih lemah sbg orang tua yang baik untukmu nak.

Untuk putra pertamaku di usiamu yang ke 9 bulan 7 hari.
Maafkan belum bisa jadi ibu yang baik untukmu.

Kamis, 22 Maret 2018

Smart Parents: Menyayangi Anak Sepenuh Hati

Penulis: Ida Nur Laila
Penerbit: Era Adicitra Intermedia
Tahun: 2016
Halaman: 188

Setiap orang tua ketika ditanya, sayangkah mereka kepada anaknya? Pasti semua akan menjawab sangat sayang. Namun, kenyataannya banyak orang tua yang salah mewujudkan bentuk kasih sayangnya kepada anak.

Bertanya-tanyalah kita dalam hati, apakah kita termasuk orang tua yang salah mewujudkan bentuk kasih sayang kita ke anak?

Di awal buku ini, kita diminta membayangkan jika kita berada di dunia raksasa atau memposisikan diri berjongkok diantara orang-orang yang sedang bejalan, bagaimana rasanya? Apa yang bisa kita lihat? Hanya punggung, perut atau bahkan hanya kaki yang terlihat. Bagaimana jika raksasa-raksasa itu tiba-tiba marah, menyeringai, membentak-bentak, membawa tongkat atau sapu?

Ya, tanpa sadar ketika diposisi orang tua, kita pernah melakukannya. Ketika anak di pagi hari tidak segera bangun, dimarahi. Setelah itu tidak segera shalat subuh, dimarahi. Tidak segera mandi atau mandi terlalu lama, dimarahi. Tidak mau menghabiskan sarapan, dimarahi. Lupa bikin PR, atau kaos kakinya cuma ketemu sebelah, dimarahi juga. Itu sudah lima kali memarahi baru di pagi hari. Apalagi ketika anak memecahkan atau merusak suatu barang kesayangan kita, tanpa sadar meledak amarah kita.

Ketika kesadaran hadir, kecerdasan apapun, intelektual, emosional, atau spritual, juga pasti hadir. Namun, ketika kita berada dalam posisi lelah, dalam kondisi banyak pikiran, banyak tekanan, seringkali membuat seseorang kehilangan kesadaran atau juga kehilangan kendali atas dirinya.
Dikutip dari buku ini mengenai upaya untuk tidak menjadi orang tua yang emosional, seorang teman berkomentar,
"Kalau pas inget, saya bisa menahan marah. Kalau pas nggak inget, ya marah lagi..."
Padahal sepertinya lebih banyak saat tidak ingat.

👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪

Dikutip dari buku ini, beberapa prinsip dalam menyayangi anak:

1. Bunda, Sayangi Aku Apa Adanya.
Rahasia membentuk keutuhan pribadi seorang anak adalah 'penerimaan'. Orang tua harus menerima dan menyayangi anak tanpa memandang jenis kelamin dan wujud fisik sang anak.

2. Sajikan yang Terbaik
Ketika hendak bertemu orang penting, apa yang kita persiapkan untuk menemuinya? Jika kita menghadapi saat penting seperti presentasi bisnis, promosi jabatan, dan lain-lain, tentu kita menyiapkan terbaik dari diri kita.
Maka jadikanlah anak adalah hal terpenting dalam hidup. Tidak hanya sebatas materi.

3. Temani ia Bertumbuh dan Berkembang
Tumbuh dan berkembangnya membutuhkan urusan materi, ruhani, dan akal.
Contoh ketika kita menyiapkan makan, berdzikir dan berdoalah kita dengan penuh kegembiraan, cinta, dan pengharapan. Semoga Allah berkenan melunakkan hati anak kita untuk menyantap makanannya, dan menjadikan makanan tersebut makanan yang barakah untuk kesehatan dan amalannya.

👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪👪

Lalu bagaimana caranya merealisasikan kasih sayang pada anak dengan bentuk yang menyenangkan? Karena tidak setiap orang tua dapat melakukannya begitu saja.

1. Anakku, Aku Temanmu!
Rasulullah mengatakan, "Barang siapa yang mempunyai anak, hendaklah ia bermain secara anak-anak dengannya."

2. Anak Belajar dari Sekolah Kehidupan
Anak belajar dari kehidupan sekitarnya, utamanya orang terdekatnya. Ada sifat imitatif (suka meniru) pada anak-anak yang bisa menjadi hal positif untuk mengembangkan keterampilannya.
"Ketika kita mengaku mencintai anak, jadikan suasana belajar bukan episode horor. Jadikan ia menjadi saat yang ditunggu-tunggu".

3. Belai Aku Bunda!
Sempatkan untuk menyentuh dan membelai anak setiap hari.

4. Berikan Arahan dan Nasihat.

5. Lakukan Dialog Hati.

6. Berikan selalu kata-kata terbaik

7. Menjadi teladan dan contoh yang baik

8. Berikan Hukuman Sayang
Di buku ini juga dibahas mengenai hukuman berbentuk kasih sayang. Kita seringkali mendengar hukuman malah menjadi trauma untuk anak. Jadi gimana baiknya memberi hukuman kepada anak?. Orang tua harus paham prinsip menghukum anak adalah sarana pendidikan bukan luapan kemarahan orang tua. Selain itu dijelaskan juga prinsip penting dalam pemberian hukuman pada anak, yaitu:
A. Menghukum sesuai tahapan usia anak
B. Menghukum sesuai bobot kesalahan
C. Tidak menghukum karena kesalahan anak lain
D. Aturan hukuman diterangkan pada anak
E. Menghukum tidak di depan orang lain

Minggu, 18 Maret 2018

Review Buku Rumah Main Anak

Judul Buku: Rumah Main Anak
Penulis : Julia Sarah Rangkuti
Tebal : 333 halaman

Dikutip dari Buku Rumah Main Anak, Ignacio Estrada mengatakan:

“If a child can’t learn the way we teach, maybe we shoud teach the way they learn“

Dan bagaimana cara anak-anak belajar? Ya, dengan bermain:)!

Ketika menjadi seorang ibu adalah sebuah fase hidup yang sangat berbeda, di fase kita sebagai ibu harus beradaptasi untuk diri sendiri namun kita harus segera berbuat untuk anak. Buku ini sangat membantu untuk para ibu menemani buah hatinya dalam setiap tahap perkembangannya karena dalam buku ini selain membahas ide-ide bermain bersama anak yang tentunya sebagai sarana stimulasi tumbuh kembang anak, terdapat juga tahapan perkembangan normal anak dari 0 bulan sampai 2 tahun.

Dalam setiap awal bab dibahas mengenai perkembangan normal tiap anak per 3 bulan, kemudian membahas permainan apa saja yang sudah dapat dilakukan oleh anak. Ide-ide permainannya sangat mudah diterapkan. Untuk bahan-bahan permainan merupakan bahan yang sudah tersedia di rumah, dan jikalau harus beli merupakan bahan yang mudah didapatkan. Cocok buat ibu-ibu yang ingin mencari ide kreatif bermain bersama anak namun ga pakai repot dan ga pakai mahal. Jika kita sudah membaca buku-buku montessori lainnya, jujur, beberapa bahan dasarnya membuat seorang ibu harus nambah daftar belanjaan dengan harga yang lumayan. Namun, jika belum kesampaian beli bahan montessori, bunda bisa baca buku ini sebagai bahan referensi lainnya bermain bersama buah hati.

Buku ini juga dilengkapi dengan bonus Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) yaitu sebuah instrumen yang digunaka untuk mengetahui perkembangan anak, apakah normal atau adanya keterlambatan.

Jadi ibu, tiap hari memikirkan masakan dan setumpuk kerjaan rumah tangga, sementara anak tidak mungkin kan kita diamkan? Atau kita hanya menyerah dengan memberikannya gadget? Hmm, itu pilihan setiap ibu. Namun alangkah lebih baiknya kita bisa memenuhi hak anak dengan menemani setiap tumbuh kembangnya, dengan memberikan permainan yang mengasah tumbuh kembangnya.

Sabtu, 10 Maret 2018

Emak Bekerja di Ranah Publik (Part 2)

Belajar di Institut Ibu Profesional semakin hari semakin meningkat. Bukan saja ilmunya yang meningkat tapi juga perenungan diri dan perencaan matang juga semakin meningkat makan waktunya. Tapi, tidak apa-apa yang penting pembenahan diri menjadi lebih baik. Sebenernya untuk mengerjakan Nice Home Work- nya alhamdulillah sudah terbayang. Ah, tapi merenungi materinya bisa sampai berhari-hari. Mojok sendiri di dalam gua terus.

Nice home work #7 ini juga sebenarnya sudah sangat terbayang apa yang akan dikerjakan. Tapi ternyata materinya lebih pas lagi nyentil banget ke diri ini. Membaca materinya pas banget setelah wawancara kerja di sebuah rumah sakit dan langsung dinyatakan diterima. Keinginan bekerja di ranah publik yang sudab lama, keinginan mengasah ilmu yang ingin ditekuni nyatanya tidak segampang itu setelah mempunyai anak. Selama ini suami dan keluarga selalu berkata "Coba   dulu, kalau keterima, ya baru dipikirin gimana-gimanany." Nyatanya tanpa persiapan matang, hanya mencoba, langsung diterima di sebuah rumah sakit besar. Kenyataannya ketika benar dibenturkan seperti itu, penyikapannya tidak segampang itu. Mulailah super galau anak sama siapa, walau sebelumnya sudah ada diskusi akan dititipkan di daycare atau cari pengasuh. Tapi kenyataannya tidak segampang itu, tidak semudah ucapannya. Termudah cari pengasuh karena pengasuh sudah stand by tidak perlu memikirkan siapa yang nganter dan jemput anak ke daycare , tidak bingung juga ketika harus dinas jaga malam. Tapi jika di pengasuh apakah nilai-nilai keilmuan dan segala macam ilmu parenting yang sudah aku terapkan ke anak, bisa diterapkan dengan baik oleh pengasuh. Mengingat beberapa materi parenting dimana bisa kita siasati dengan penyiapan kurikulum setiap harinya. Tapi apakah bisa sesuai keinginan saya? Kalau sesuai keinginan banget lebih baik ke daycare yang sudah dipercaya tapi nanti siapa yang antar jemput? Ini itu ternyata super bikin galau dan bingung.

Ibu lagi hanya berpesan "Jika itu memang baik untuk dunia dan akhiratmu, Maka Allah akan memudahkan urusanmu, urusan anak, suami." Membaca kembali materi minggu ini, membaca cerita-cerita teman ketika memilih bekerja. Rasanya makin galau. Rasanya terulang-ulang homework dari awal, apakah keilmuan yang ingin aku tekuni sudah benar. Sampai sekarang ini jujur masih PR diriku. Walaupun semua kelebihan, keinginan, kesukaan, keilmuan memang sesuai dengan hasil tes bakat, tapi anak gimana? Anakku adalah amanah yang Allah berikan, amanah yang aku berhari-hari berdoa untuk kehadirannya. Bagaimana aku akan pertanggung jawabkan amanah yang sudah Allah titipkan kepadaku?.

Tapi lagi, biarlah aku berikhtiar, dan berdoa, biar Allah saja yang memberikan keputusan terbaik.

| They plan, and Allah plans. Surely, Allah is the Best of Planners (QS 8:30) |

Kamis, 08 Maret 2018

Emak Bekerja di Ranah Publik (Part I)

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Sebuah percakapan kecil antara ibu-ibu muda,

Ibu A: "Harusnya mulai kerja ketika anak masih 2 bulan dulu, jadi dia sudah terbiasa ditinggal. Kalau udah umur 12 bulan gini sudah ngerti dan maunya nempel mulu sama ibunya."

Ibu B: "Ah, malah pas masih 2 bulan dulu berat ninggalinnya. Masih kecil. Masih harus ASI eksklusif. Enakan itu pas sudah selesai ASI eksklusif 6 bulan, udah mulai makan."

Ibu C: "Wah malah umur 6 bulan itu umur nanggung. Sudah mulai mengerti tapi belum mau ditinggal. Masih takut sama orang baru kalau harus ditinggal sama pengasuh atau daycare. Aku kira enakan umur 12 bulan ke atas jadi udah bisa disuruh mengerti dan sudah bisa."

Ibu A: "Engaa.. Malahan karena udah ngerti jadinya susah ditinggal ibunya."

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Sejatinya tidak ada waktu yang benar tepat ketika seorang ibu mulai kembali bekerja di ranah publik.

Ketika sudah memiliki anak rasanya sama. Mau mulai ketika anak usia 2 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan seterusnya. Rasa seorang ibu ketika pergi bekerja di ranah publik, rasanya sama. Rasa haru biru meninggalkan anak. Rasanya begitu berat meninggalkannya namun karya dan pengabdianmu ditunggu dan dibutuhkan banyak orang.

Ah. Memang pembahasan ibu bekerja di ranah publik atau domestik itu sangat panjang dan sangat tak mudah.

Minggu, 04 Maret 2018

Ibu Manajer Keluarga

Belajar di Institut Ibu Profesional membuat Aku selalu merefresh niatku, meluruskan tujuan hidupku. Dan selalu saja, Aku tersentil dengan pelajaran-pelajarannya. Ketika Aku membaca motivasi bekerja ibu sempat Aku harus masuk ke gua berhari-hari, merenung, berpikir ulang.

Aku merenungi kembali pekerjaanku di nice home work #1 sampai #6 . Apakah Aku bekerja, menjadi Dokter, adalah sebuah pelarianku karena ketidamampuan diriku menjadi ibu di keluargaku, di ranah domestikku?. Berhari-hari, Aku tidak membuka handphone, tidak ber media sosial. Setelah membaca materi minggu ini, Aku hanya memaksimalkan diri menjadi manajer keluargaku sembari meluruskan niatku, menemukan jawaban diriku.

Alhamdulillah walau belum menemukan titik terang, masih ragu dan bingung, namun Aku bisa meluruskan tujuanku. Aku bekerja sebagai dokter bukan untuk pelarianku, Aku menjadi dokter untuk keluargaku, untuk Ibuku. Ketika Aku memilih menjadi dokter, aku tidak hanya sudah selesai namun juga sudah selesai dengan maksimal untuk keluargaku, ranah domestikku. Walau titik terang yang Aku temukan baru sampai disitu. Tapi Aku sangat bersyukur.

Rabu, 14 Februari 2018

Suntikan Semangat dan Niat #JumatKulwapODOP

Aku mengikuti group one Day one post (ODOP) awalnya ingin membiasakan kembali curhat lewat tulisan apalagi sejak punya anak. Cuma benar-benar pengen bisa tetap waras jadi ibu. Tiap minggu mencoba mencicil menulis sedikit demi sedikit, yang awalnya berat jadi asyik, yang awalnya cuma curhat malah jadi bisa menemukan hikmah dari setiap kejadian yang dialami. Bergabung di group ini akhirnya jadi hal yang 'nagih' buat aku konsisten menulis, jadi saranaku buat menulis lebih baik lagi, jadi wadahku buat niat nulis bukan cuma curhat tapi bisa berbagi informasi dan pengalaman.

Ketika akhirnya bergabung di group whatsapp nyatanya group ini bukan cuma bikin 'nagih' tapi jadi 'candu' ke diri saya agar lebih baik lagi, karena selain belajar konsisten menulis, aku belajar juga konsisten membaca di thread rabu baca buku.

Tapi kali ini rasanya ada sentilan keras pas ikut jumat kulwap minggu ini oleh Mba Monik. Teringat kembali impian untuk sekolah lagi, impian yang hampir berdebu tak pernah terlintas di fikiran ketika sudah memiliki anak. Jujur memang belum pernah baca bukunya mba monik, Groningen Mom's Journal, namun merasakan sebuah semangat perjuangan untuk sekolah lagi sebagai seorang ibu, perjuangan seorang ibu untuk berbagi kisah dan pengalamannya, perjuangan seorang ibu menuliskan ceritanya kemudian membukukannya, sebuah perjuangan memenej waktu, berbagi peran sebagai penulis yang ingin berbagi, ibu, istri, dan siswa.

Ada sebuah pelajaran yang aku ambil yaitu tentang keinginan berbagi, berdakwah dengan media apapun, tentang tujuan menulis dan membukukan tulisannya.
Insyaallah jika niat kita baik, niat kita lurus, Allah yang akan memudahkan jalannya. Baik dalam menulis, menerbitkan buku, dan bersekolah lagi. Terimakasih Mba Monik suntikan semangat, bekas suntikannya terasa banget. 💓💓

| Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya..................... |

#JumatKulwapODOP

Bedah Buku Diary Pintar Menyusui dan MPASI (Part 1)

Ketika anak telah hadir, kita sebagai orang tua sangat banyak butuh persiapan, terutama persiapan ilmu. Buku ini reccomended sebagai bahan rujukan buat para ibu dan calon ibu untuk belajar mengenai asi dan mpasi. Buku ini terdiri dari dua bab, bab pertama mengenai menyusui dan bab kedua mengenai MPASI (Makanan pendamping asi). Cocok banget buat ibu-ibu baru jaman now (😅😂) yang banyak sekali terpaan perlengkapan bayi yang kita ga tau sebenarnya kita butuhkan atau tidak.

Di bab pertama membahas asi eksklusif yaitu memberikan HANYA ASI kepada kepada bayi, tanpa makanan dan minum lain sampai 6 bulan pertama kehidupan bayi. Di buku juga diajarkan cara menyusui yang baik dan benar. Jangan buru-buru berikan susu formula ketika anak lahir, sementara asi belum keluar. Sejatinya bayi baru lahir masih memiliki cadangan gula dari ibunya sehingga kita sebagai ibu masih harus mengusahakan asi keluar dalam waktu 3 hari. Oiya, yang keluar di awal adalah kolostrum (cairan bewarna jernih) jika sudah 4 hari barulah keluar asi matur bewarna putih susu.

Di buku ini juga dibahas nutrisi untuk ibu menyusui, dibalik banyaknya "kata orang" ibu menyusui cuma boleh makan ini, makan itu tidak boleh, dll. Nyatanya ibu menyusui harus mendapat gizi seimbang terdiri dari 3 gizi zat utama yaitu:
1. Zat tenaga (karbohidrat, lemak)
2. Zat pembangun (protein)
3. Zat pengatur (vitamin, mineral)

Ketika menyusui salah satu hal terpenting lainnya yaitu let down reflex (LDR)/reflex oksitosin, sesuai namanya oksitosin sangat dipengaruhi oleh emosional si ibu menyusui, LDR berguna untuk mengalirkan asi terutama lemak asi. Jadi penting banget menjaga moodnya ibu menyusui ya ibu bapak.. Jaga perasaannya.. (Apalagi pas lagi berkunjung berkomentar ini itu negatif *banyak busui yang curhat begitu soalnya).. Buat ibu-ibu ketika menyusui buang jauh emosi negatif ya (Rasa sakit, kurang percaya diri, sedih, khawatir). Salah satu yang sering bikin rasa sakit karena posisi menyusui yanh belum tepat.

Ketika selesai menyusui penting kita lakukan sendawa (ada gambarnya di buku😅). Terus gimana ya kita bisa tahu asinya cukup bayi? Salah satu indikatornya adalah BAK minimal 6x/24 jam, bewarna jernih atau kuning muda.

Oiya di buku juga ada pembahasan mengenai cara memperbanyak asi, solusi untuk tetep memberikan ASI pada ibu bekerja, dan mitos menyusui sambil hamil lagi.

Bukunya padat, memang benar poin penting aja. Membahas banyak kegalauan ibu baru kala mau menyusui anaknya. Sampai mitos tentang tetap menyusui ketika hamil lagi. Jadi klo mau ngereview banyak banget 😅

Jumat, 09 Februari 2018

Bakat dan surat cinta

Minggu ini kembali mendapat PR yang mengejutkan dari kelas matrikulasi IIP.  Senang rasanya karena ditiap minggu pr tersebut membuat kita lebih mendalami diri kita, pasangan kita, dan keluarga kita. Dan PR tersebut kembali meluruskan tujuan hidupku, visi misi keluargaku, seperti PR minggu ini.

Diawali dengan membuat surat cinta untuk suami. Naah pas banget hari itu kita lagi berantem anak kecil (😅😌).   Rasanya buat bikin surat cinta itu lagi ogah banget (padahal kesehariannya istrinya suka usil ngegombal). Tapi PR kali ini rasanya berat banget karena lagi diem-dieman. Berkali-kali ngulang isi percakapan group matrikulasi biar menyadarkan diri, agar ego diri bisa menguap. Akhirnya sadar juga sepertinya kami sudah terlalu sibuk dengan pekerjaan kami, dengan target dan pencapaian hidup kami, yang sangat 'dunia'. Apalagi kami yang orang tua baru butuh waktu banyak belajar membesarkan anak kami. Aku tersadar kembali, ah, kami lebih tepatnya aku sebagian ibu dan istri sudah terlalu lupa visi misi awal keluarga kami.

Kemudian aku mencoba membuat nice Homewark itu. Pas suami pulang kerja, aku selipkan di handphone nya. Suami cuma menanggapi "ini apaan say kamu selipin di hp aku?", "baca saja" jawabku (ceritanya masih sisa ngambek kemarin 😅🙈). Besok paginya lantaran kita lagi fokus dengan 'kita mau apa, mau kerja seperti apa (salah satu pencetus bertengkar kemarin), akhirnya nyuruh suami ngisi temubakat.com abis ngisi itu, kita diskusi sama-sama. Walaupun udah bisa duga bakat terbesar suami. Kita berlanjut diskusi berdasarkan tes, mencoba mereview surat kemarin ke pak suami (karena berhubung isi suratnya ada tentang kelebihan bakat suami sampai kita dipersatukan dalam sebuah keluarga), visi misi keluarga kita yang mulai berdebu terlupa.

Pagi ini kami berdiskusi tentang potensi kami, diskusi hasil dari temubakat.com dengan baiknya bekerja di ranah seperti apa, Diskusi visi misi kami yang tak segampang itu nyatanya setelah beneran punya anak (😅). Bakat suami terbesar itu di networking sementara saya pada melayani dan memberi, sesuai banget sama profesi yang kami jalani alhamdulillah. Ah tapi terlepas dari kesesuaian bakat dengan profesi kehidupan di dunia kami, ada yang lebih dalam maknanya. Kebersamaan kami dalam ikatan, mitsaqaan ghaliza. Terlepas dari kekurangan dan kelebihan yang ada didiri kami, kebersamaan kami seperti prinsip kerja enzim dan substratnya, key and lock, cocok-pas-lengkap, dan hasil keterikatan itu bermanfaat  untuk seluruh tubuh. Kebersamaan kami membuat kami bisa saling berbagi ilmu ketika diantara kami ada yang belum tahu, pengingat kebaikan diantara kami, sarana belajar kami menjadi pribadi lebih baik lagi, wadah kesyukuran kami.

Kami dikarunia seorang anak laki-laki yang baru lewat 6 bulan setelah setengah tahun lebih kami menanti. Penantian menunggu anak ternyata masih juga rasa sabar diri ini ketika menghadapinya. Kehadiran anak kami, membuat kami belajar banyak hal, sebagai pribadi dan sebagai orang tua. Terutama pelajaran besar untuk diriku agar bisa semakin luas sabar dan syukurnya. Kehadiran anak pun membuat kita semakin memuliakan orang tua kita, karena realitanya pasti penuh perjuangan orang tua kami membesarkan kami. Hal terbesar yang aku perhatikan sebagai ibu adalah ketertarikan yang luar biasa anakku terhadap buku, mau buku pelajaran, novel, Al-Qur’an (belum melihat ketertarikan yang lebih besar selain ini), karena di kedua keluarga besar aku dan suami, keduanya sangat suka baca buku.

Alhamdulillah aku berada di lingkungan berislam sangat baik, kedua keluarga yang cukup kental keislamannya, lingkungan yang sudah terkondisikan dengan islam yang cukup kuat, sehingga kami sekeluarga sangat bisa berislam dengan baik, mencari ilmu agama dengan mudah.

Sebuah kesyukuran tak terhingga dapat bersama suami, anak, dan keluarga serta lingkungan berislam yang sangat bagus, sehingga aku bisa tetap berada di kereta kebaikan, berlomba menambah ketaatan teruntuk Rabbku, Yang Maha Pencipta.

Sabtu, 27 Januari 2018

Mencintai sebuah ilmu

Ibu hanya berpesan "berdoalah nak, luruskan niatmu, karena jika itu baik untuk dirimu, duniamu, dan akhiratmu, Allah akan memudahkan urusanmu"

Setiap pilihan yang akan aku ambil, selalu ibu berpesan seperti itu termasuk ketika aku memilih menggambil kuliah jurusan kedokteran, jurasan yang aku cintai dan ingin terus aku tekuni, ingin terus dipelajari. Life long learning selalu menjadi prinsip ketika kamu menjadi dokter, belajar sepanjang hayat.

Aku menyukainya, jatuh cinta pada ilmunya. Awal mencintainya karena alasan demi keluarga, demi membantu banyak orang, nyatanya setelah tercebur di dalamnya, ada banyak hal yang aku ketahui, menjadi alasan betapa kita semestinya banyak bersyukur. Aku begitu terkaget dengan betapa luas ciptaan-Nya, betapa hebat kuasa-Nya, betapa tak perlu jauh kita mencari bukti hebatnya penciptaan Allah SWT ke luar sana, karena pada diri kita, sudah membuktikan betapa Allah Maha Pencipta, Maha Penguasa. Betapa ada proses kompleks dan detail pada setiap denyutan jantung kita, ada banyak kesyukuran pada penglihatan dan pendengaran kita. Ah, semuanya membuat aku makin mencintai ilmu kesehatan, karena semakin bertambah cintaku pada Rabbku.

Tapi kamu tahu? Menjadi dokter tak semudah itu. Aku mencoba berkali. Sampai ibu berpesan "berdoalah nak, luruskan niatmu, karena jika itu baik untuk dirimu, duniamu, dan akhiratmu, Allah akan memudahkan urusanmu". Ketika aku meluruskan niatku, untuk mendekat kepada Rabbku, ketika itu aku diterima di fakultas kedokteran. Kamu tahu tips jalani ujian ala teman-temanku mahasiswa kedokteran? Yaitu meminta doa kepada orang tua, meminta maaf pada orang tua, teman, guru. Saling berdiskusi, saling memberikan dan merima ilmu serta pendapat teman adalah strategi selanjutnya. Luruskan niatmu, tanamkan ikhlasmu, meminta doa pada orang tua, teman, dan guru, saling memberi dan menerima ilmu dengan hati terbuka.

Mempelajari sebuah ilmu tentu tak luput dari proses yang panjang, yang pertama kali dan selalu harus kuubah adalah niat. Kadang niat suka melenceng, sehingga berkali-kali aku harus meluruskan niatku dalam belajar sebuah ilmu. Proses belajarpun kita perlu melapangkan diri kita, melapangkan dada kita dalam belajar, melapangkan syukur kita karena masih banyak hal yang ga kamu ketahui, melapangkan diri kita kalau kita tuh masih belum ada apa-apa dibanding ilmu yang luas banget. Belajar itu juga butuh ridho, restu, keikhlasan engga cuma dari diri kita, tapi dari orang terdekat kita, pasangan kita, orang tua kita (orang tua sendiri plus mertua kalau sudah menikah), bahkan ridhonya guru kita yang sudah mengajarkan ilmu ke kita.

Jadi dalam belajar cintailah ilmu yang ingin kamu pelajari.. Luruskan selalu niatmu.. Semoga Allah membukakan hati dan fikiranmu dalam belajar sebuah ilmu.. Semoga kita mendapatkan keberkahannya dalam memperlajari sebuah ilmu 😊.

#NHW #1
#Day # 1
#Kuliah Matrikulasi Batch # 5
#Adab Menuntut Ilmu

Senin, 22 Januari 2018

Difteri apa ya?

Difteri merupakan salah satu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyakit ini menyerang infeksi selaput lendir tenggorokan serta hidung. Selain itu, bakteri tersebut menghasilkan eksotoksin yang mampu menganggu kerja jantung.

Penyebab :

Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyebaran bakteri ini dapat terjadi dengan mudah, terutama bagi orang yang tidak mendapatkan vaksin difteri. Ada sejumlah cara penularan yang perlu diwaspadai, seperti:

1. Terhirup percikan ludah penderita di udara saat penderita bersin atau batuk --> Ini merupakan cara penularan difteri yang paling umum.
2. Terkena barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, contohnya mainan atau handuk.
3. Sentuhan pada luka borok (ulkus) akibat difteri di kulit penderita --> Penularan ini umumnya terjadi pada penderita yang tinggal di lingkungan yang padat penduduk dan kebersihannya tidak terjaga.

Gejala:

1. Demam
2. Nyeri kepala
3. Nafsu makan menurun
4. Nyeri saat menelan
5. Tonsil terlihat tertutup bercak putih kotor makin lama makin meluas dengan membentuk membran yang dapat meluas ke faring dan laring sehingga dapat menyumbat saluran nafas. Membran ini sangat melekat dengan dasarnya, apabila di kelupas maka akan berdarah
6. Kelenjar getah bening dapat membengkak (Bull Neck sign atau Burgermeesters hals)
7. Menyerang saraf kranial, menyebabkan kelumpuhkan otot pernafasan, jantung.

☝Karena gejala awal dari difteri yang mirip dengan gejala flu, maka kebanyakan orang tak menyadari bahwa kondisi yang sedang dialami adalah difteri. Namun pada penderita difteri, ia juga akan berkemungkinan mengalami yang namanya gangguan pada kulit seperti bisul yang tidak ada pada gejala flu🙋

Diagnosis dan Pengobatan Difteri :

Untuk menegakkan diagnosis difteri, awalnya dokter akan menanyakan beberapa hal seputar gejala yang dialami pasien. Dokter juga dapat mengambil sampel dari lendir di tenggorokan, hidung, atau ulkus di kulit untuk diperiksa di laboratorium.

Apabila seseorang diduga kuat tertular difteri, dokter akan segera memulai pengobatan, bahkan sebelum ada hasil laboratorium. Dokter akan menganjurkannya untuk menjalani perawatan dalam ruang isolasi di rumah sakit. Lalu langkah pengobatan akan dilakukan dengan 2 jenis obat, yaitu antibiotik dan antitoksin.

Komplikasi Difteri

Pengobatan difteri harus segera dilakukan untuk mencegah penyebaran sekaligus komplikasi yang serius, terutama pada penderita anak-anak. Diperkirakan 1 dari 5 penderita balita dan lansia di atas 40 tahun meninggal dunia akibat komplikasi difteri.

Jika tidak diobati dengan cepat dan tepat, toksin dari bakteri difteri dapat memicu beberapa komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa. 

Jumat, 19 Januari 2018

Berkata dan Berdoa yang Baik Kepada Anak

Seorang pemuda baik berniat ingin merantau ke kota, mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan, agar keluarganya memiliki kehidupan yang lebih baik. Kemudian ia meminta izin kepada ayahnya untuk pergi. Namun, sang ayah tak mengizinkan, si pemuda tetap memaksa untuk pergi. Hari kepergian sudah diputuskan, segala persiapannya ke kota telah siap, gembalaannya pun telah dititipkan ke temannya. Pemuda tetap memaksa pergi tanpa izin ayahnya. Ayahnya merupakan orang yang sholeh. Kemudian ayahnya berdoa agar anaknya diberi pelajaran karena ayahnya tak mengikhlaskan kepergiannya.

Di perjalanan, sang pemuda tiba-tiba tidak dapat melihat apapun. Sesampainya di rumah saudara mereka, sang pemuda berkata, "sebelum ini saya bisa melihat, mumpuni untuk menjadi pekerja terbaik kesini. Namun sekarang aku buta sehingga aku tidak bisa berbuat apapun." keluarga pemuda akhirnya membawanya kembali pulang ke desa. Betapa kaget dan sedih sang ayah melihat keadaan anaknya. Anaknya kita tidak bisa bekerja membantu keluarga mereka.
(📝dari buku semua ada saatnya)

Dalam buku tersebut diambil hikmah bahwa orang tua janganlah mendoakan yang buruk kepada anak. Terlepas dari sang anak telah berbuat kesalahan. Kita sebagai orang tua tetap harus menjaga doa dan ucapan kita.

Terlalu banyak kisah tentang doa dan ucapan orang tua yang sangat berpengaruh kepada anaknya. Terdapat juga kisah yang sangat manis tentang Imam Sudais (salah satu imam masjidil haram) ketika masih kecil, beliau pernah menumpahkan dan mengacak-acak makanan yg telah dipersiapkan ibunya untuk para tamu. Namun, sang ibu mengubah rasa kesal dan marahnya pada Sudais kecil dgn doa, "pergilah ke masjidil haram, hapalkan alquran, dan jadilah imam masjidil haram". Dan, doa itupun dikabulkan.. 😊

Maka duhai ayah bunda, doakan dan katakan selalu hal-hal terbaik untuk anakmu. Sekalipun, sekalipun ia sangat menjengkelkanmu, sekalipun kamu sangat kesal. Karena sejatinya ia hanya sedang belajar.
Katakanlah yang baik, doakan yang baik.

Pun nama dan panggilan yang baik harus disertakan.
“Sesungguhnya diantara kewajiban orangtua terhadap anaknya adalah mengajarinya menulis, memberikan nama yang baik, dan menikahkannya bila telah dewasa.” (HR. Ibnu Najar)

Acapkali kita sudah memberikan nama terbaik, namun terkadang kita mengeluarkan perkataan atau panggilan yang tidak baik atau men judge yang tidak baik, contoh: "wah malas ini anaknya", "kolokan anaknya" dll kenapa tidak kita ubah dengan kata positif dan penyemangat untuk anak.

Salah satu kisah menginspirasi adalah kisah Thomas Alfa Edison, ketika masih kecil sepulang sekolah ia memberikan sepucuk surat kepada ibunya, kemudian sang ibu dengan berlinang air mata membacakan isi surat itu di hadapan sang Putra, “Putra anda adalah anak yang jenius, sekolah ini terlalu kecil dan tidak memiliki guru yang cakap. Jadi anda harus mendidiknya sendiri.” itulah perkataan positif penyemangat untuk sang anak dari ibunya karena sebenernya isi surat tersebut berbunyi, “Putra anda adalah anak yang bodoh, kami tidak mengijinkannya untuk bersekolah disini lagi.”

Maka berkatalah yang baik, panggil ia dengan panggilan terbaik, doakan ia selalu dalam kebaikan😊.

Selasa, 09 Januari 2018

Bukankah Allah yang Memberi Rezeki Anakmu Jadi Tenang Saja.

Sepasang suami istri dengan anak yang masih bayi memiliki sebuah kisah.

Di suatu bulan dimana pengeluaran begitu banyak, dan waktu gajian sang suami pun masih sangat lama. Bulan itu merupakan bulan yang berat bagi sang istri. Berat untuk fikir dan jiwanya.

Selama perjalanan menikah, berat suaminya tak bertambah signifikan, masih kurus-kurus wae. Sang istri yang masih menyusui bayinya merasa harus mengalah untuk suaminya (agar diakui orang-orang), istri berhasil mengurus suami dengan menggemukkannya. Tapi sungguh berat bagi sang istri ketika menyadari asi untuk anaknya semakin semakin berkurang, padahal bayinya semakin besar dan membutuhkan lebih banyak gizi. Itu hal yang memberatkan sang istri. Sementara uang untuk membeli protein lebih banyak dari biasanya tidak ada. Ah jangankan protein, untuk setidaknya agar bisa memasak di dapur pun tak bisa di keluarga itu.
Kedua keluarga orang tua mereka pun sedang banyak pengeluaran sehingga masak tidak terlalu banyak. Alhasil pasangan suami istri lebih sering makan 1 lauk, 1 piring berdua (kata orang si romantis, padahal karena keuangan menipis). Disitulah berat bagi sang istri untuk mengalah kepada suaminya atau harus makan lebih banyak untuk anaknya. Sang istri memilih suaminya.

Di bulan itu merupakan bulan yang panjang dan berat bagi sang istri. Ketika malam, sang anak menyusu banyak, asi tak banyak keluar. Untuk mencukupinya, di malam sampai pagi buta sang istri lebih sering minum dan menyemil madu dan kurma. Sebagai glukosa yang menunda rasa lapar, tapi tak kenyang, apalagi mencukupi asi, pikir sang istri.

Di bulan itu merupakan malam yang panjang bagi sang istri, ketika anaknya lapar, ia harus makan untuk mencukupi asinya, namun berkali-kali ia membuka lemari penyimpanan makanan, tak ada apa-apa.

Sampai semuanya begitu berat. Anaknya yang meminta menyusu padahal diri sang istri juga begitu lapar, dan sang suami juga tidur mungkin dalam keadaan masih lapar. Sang istri sangat merasa jika sudah beberapa hari ini asinya tak banyak, sangat terasa kosong, bismillah ia kembali mencoba menyusui anaknya dan walau rasanya tak ada yang keluar namun ketika melihat dari mulut bayinya keluar tetesan asi, sang ibu tersadar, bukankah Allah yang akan mencukupi asi untuk anaknya? Mencukupi makanan anaknya? Bukankah Allah sudah menentukan rezeki tiap manusia? Begitupun rezeki untuk suaminya. Mengapa engkau begitu khawatir pikir sang istri.

"Tidak ada satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi ini, melainkan dijamin Allah rezekinya." (QS Hud:6)

Ya, kita semua pasti pernah mengalami masa-masa sulit. Pernah mengalami rasa sempit rezeki seperti yang dialami keluarga kecil itu. Namun percayalah, Allah sudah menetapkan rezekinya. Bersabar, bertawakal, dan teruslah berusaha. Dekati Yang Maha Pemberi Rezeki, mintalah, berdoalah.