Sabtu, 10 Maret 2018

Emak Bekerja di Ranah Publik (Part 2)

Belajar di Institut Ibu Profesional semakin hari semakin meningkat. Bukan saja ilmunya yang meningkat tapi juga perenungan diri dan perencaan matang juga semakin meningkat makan waktunya. Tapi, tidak apa-apa yang penting pembenahan diri menjadi lebih baik. Sebenernya untuk mengerjakan Nice Home Work- nya alhamdulillah sudah terbayang. Ah, tapi merenungi materinya bisa sampai berhari-hari. Mojok sendiri di dalam gua terus.

Nice home work #7 ini juga sebenarnya sudah sangat terbayang apa yang akan dikerjakan. Tapi ternyata materinya lebih pas lagi nyentil banget ke diri ini. Membaca materinya pas banget setelah wawancara kerja di sebuah rumah sakit dan langsung dinyatakan diterima. Keinginan bekerja di ranah publik yang sudab lama, keinginan mengasah ilmu yang ingin ditekuni nyatanya tidak segampang itu setelah mempunyai anak. Selama ini suami dan keluarga selalu berkata "Coba   dulu, kalau keterima, ya baru dipikirin gimana-gimanany." Nyatanya tanpa persiapan matang, hanya mencoba, langsung diterima di sebuah rumah sakit besar. Kenyataannya ketika benar dibenturkan seperti itu, penyikapannya tidak segampang itu. Mulailah super galau anak sama siapa, walau sebelumnya sudah ada diskusi akan dititipkan di daycare atau cari pengasuh. Tapi kenyataannya tidak segampang itu, tidak semudah ucapannya. Termudah cari pengasuh karena pengasuh sudah stand by tidak perlu memikirkan siapa yang nganter dan jemput anak ke daycare , tidak bingung juga ketika harus dinas jaga malam. Tapi jika di pengasuh apakah nilai-nilai keilmuan dan segala macam ilmu parenting yang sudah aku terapkan ke anak, bisa diterapkan dengan baik oleh pengasuh. Mengingat beberapa materi parenting dimana bisa kita siasati dengan penyiapan kurikulum setiap harinya. Tapi apakah bisa sesuai keinginan saya? Kalau sesuai keinginan banget lebih baik ke daycare yang sudah dipercaya tapi nanti siapa yang antar jemput? Ini itu ternyata super bikin galau dan bingung.

Ibu lagi hanya berpesan "Jika itu memang baik untuk dunia dan akhiratmu, Maka Allah akan memudahkan urusanmu, urusan anak, suami." Membaca kembali materi minggu ini, membaca cerita-cerita teman ketika memilih bekerja. Rasanya makin galau. Rasanya terulang-ulang homework dari awal, apakah keilmuan yang ingin aku tekuni sudah benar. Sampai sekarang ini jujur masih PR diriku. Walaupun semua kelebihan, keinginan, kesukaan, keilmuan memang sesuai dengan hasil tes bakat, tapi anak gimana? Anakku adalah amanah yang Allah berikan, amanah yang aku berhari-hari berdoa untuk kehadirannya. Bagaimana aku akan pertanggung jawabkan amanah yang sudah Allah titipkan kepadaku?.

Tapi lagi, biarlah aku berikhtiar, dan berdoa, biar Allah saja yang memberikan keputusan terbaik.

| They plan, and Allah plans. Surely, Allah is the Best of Planners (QS 8:30) |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 10 Maret 2018

Emak Bekerja di Ranah Publik (Part 2)

Belajar di Institut Ibu Profesional semakin hari semakin meningkat. Bukan saja ilmunya yang meningkat tapi juga perenungan diri dan perencaan matang juga semakin meningkat makan waktunya. Tapi, tidak apa-apa yang penting pembenahan diri menjadi lebih baik. Sebenernya untuk mengerjakan Nice Home Work- nya alhamdulillah sudah terbayang. Ah, tapi merenungi materinya bisa sampai berhari-hari. Mojok sendiri di dalam gua terus.

Nice home work #7 ini juga sebenarnya sudah sangat terbayang apa yang akan dikerjakan. Tapi ternyata materinya lebih pas lagi nyentil banget ke diri ini. Membaca materinya pas banget setelah wawancara kerja di sebuah rumah sakit dan langsung dinyatakan diterima. Keinginan bekerja di ranah publik yang sudab lama, keinginan mengasah ilmu yang ingin ditekuni nyatanya tidak segampang itu setelah mempunyai anak. Selama ini suami dan keluarga selalu berkata "Coba   dulu, kalau keterima, ya baru dipikirin gimana-gimanany." Nyatanya tanpa persiapan matang, hanya mencoba, langsung diterima di sebuah rumah sakit besar. Kenyataannya ketika benar dibenturkan seperti itu, penyikapannya tidak segampang itu. Mulailah super galau anak sama siapa, walau sebelumnya sudah ada diskusi akan dititipkan di daycare atau cari pengasuh. Tapi kenyataannya tidak segampang itu, tidak semudah ucapannya. Termudah cari pengasuh karena pengasuh sudah stand by tidak perlu memikirkan siapa yang nganter dan jemput anak ke daycare , tidak bingung juga ketika harus dinas jaga malam. Tapi jika di pengasuh apakah nilai-nilai keilmuan dan segala macam ilmu parenting yang sudah aku terapkan ke anak, bisa diterapkan dengan baik oleh pengasuh. Mengingat beberapa materi parenting dimana bisa kita siasati dengan penyiapan kurikulum setiap harinya. Tapi apakah bisa sesuai keinginan saya? Kalau sesuai keinginan banget lebih baik ke daycare yang sudah dipercaya tapi nanti siapa yang antar jemput? Ini itu ternyata super bikin galau dan bingung.

Ibu lagi hanya berpesan "Jika itu memang baik untuk dunia dan akhiratmu, Maka Allah akan memudahkan urusanmu, urusan anak, suami." Membaca kembali materi minggu ini, membaca cerita-cerita teman ketika memilih bekerja. Rasanya makin galau. Rasanya terulang-ulang homework dari awal, apakah keilmuan yang ingin aku tekuni sudah benar. Sampai sekarang ini jujur masih PR diriku. Walaupun semua kelebihan, keinginan, kesukaan, keilmuan memang sesuai dengan hasil tes bakat, tapi anak gimana? Anakku adalah amanah yang Allah berikan, amanah yang aku berhari-hari berdoa untuk kehadirannya. Bagaimana aku akan pertanggung jawabkan amanah yang sudah Allah titipkan kepadaku?.

Tapi lagi, biarlah aku berikhtiar, dan berdoa, biar Allah saja yang memberikan keputusan terbaik.

| They plan, and Allah plans. Surely, Allah is the Best of Planners (QS 8:30) |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar