Kamis, 23 Mei 2013

4K (Kisah Kaus Kaki Ku)



Aku adalah anak yang berada dalam lingkungan islami. Keluarga yang kental dengan nilai keislaman, dan tetangga se komplek insyaAllah yang juga menjaga penuh nilai-nilai islami.
Tapi walau berada dalam lingkungan islami, aku masih kurang dalam nilai-nilai islami.
Pakaian si oke islami cuma satu biji yaitu aku tak pakai kaus kaki. Pas masih kecil dulu memang diingatkan terus untuk dipakai. Pas semakin beranjak besar agak mulai “membandel” dengan hal kecil diujung bagian tubuh sana…
SMA tahun 1, aku sudah mulai ikut berbagai macam les. Ingat hari itu ahad pagi, aku bersama sahabatku, yang juga teman ngaji kelompok kecilku jg anak teman ummiku yang tetangga juga dengan ku juga teman satu SD serta satu SMA and satu tempat les… (agak panjang ya perkenalannya ^^”). Pagi itu, aku menjemput ke rumah nya untuk pergi les. Pas kami mau berangkat, beliau berkata “loh lo ga pake kaos kaki?”, “kagak  males ah” itu jawabanku, daan kemudian beliau bilang “ish anak kampung mana si lo ga pake kaos kaki”. Iii woooww aku ga bisa berkata apa-apa dan memang agak mencucuk kata-katanya. Alhasil selama pergi les, di tempat les, dan pulang les, aku bersibuk ria menutupi kaki ku (oke hanya tapak kaki yang sedikit terlihat krna bajuku sampai mata kaki dan pakai sandal yang lumayan tertutup). Tapi itu cukup membuat aku risiiih. Dan sampai sekarang, tanpa kaus kaki rasanya ada yang kurang… Risiiihh bangett..
Dan ala bisa karna biasa memang.
Suatu kali pernah di tahun ketiga kuliah, ketika sedang di masjid, kaus kaki aku hilang entah kemana padahal masjid sepi, kalo ketuker si masi gapapa, masi bisa pake yg ditemukan #eh dengan catatan pakai dan segerraa cuss beli kaus kaki baru.. laah ini? Padahal saat itu aku ada tutorial (salah satu cara kuliahnya anak FK dengan berdiskusi) daan ketat masalah absensi… alhasil saya terkurung di masjid tak bisa kemana-mana… sempat ada yang mengusulkan untuk gapapa ga pakai kaos kaki.. whaatt? Pertama dalil menutup aurat yang kedua ga bisa aku… (disinilah ala bisa karna biasa berlaku) beneran mau disuruh keluar selangkahpun rasanya ga bisa bangeet risiiihhh banget… pokoknya ga bisa aja… biarinlah ga ada datang tutorial.. yang penting aku akan keluar dari masjid ini dengan pakai kaos kaki.. itu aja yang ada difikiran aku.
Dan Alhamdulillah ada seorang senior yang membantu…beliau membelikan kaus kaki yang baru untukku..  Alhamdulillah^^ pertolongan Allah SWT memang dimana saja…
Tapi bukaan ini baru background nya aja hehe
Intinya adalah ketika kita sudah membiasakan sesuatu hal apalagi dari kecil itu akan menjadi kebiasaan… jadi mulailah ajarkan kebiasaan kebiasaan baik sehingga aka nada hal baik yang biasa dilakukan^^
-Tamat ceritanyaJ-

Selasa, 14 Mei 2013

Iman tak dapat diwarisi dari seorang ayah yang bertaqwa………


Bissmillahirrahmanirrahim

Sedih, kecewa, kesal rasanya ketika seseorang mengeluarkan “kata-kata negative” terhadap anak kader karna sikap atau perilaku nya tidak sama dengan orang tua nya…. Apalagi ketika itu di depan umum, atau di depan banyak orang yang mendengar…
Saya harap tulisan ini tidak menggambarkan kemarahan hanya ingin  berharap semoga sedikit dapat membukakan mata dan hati orang-orang…
Ingin kubuka dengan sebuah ayat:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al-Qasas: 56)

Ketika itu, paman Nabi Muhammad SAW tetap tidak mengucapkan syahadat sampai akhir hayatnya. Walaupun paman nabi, Abu Thalib banyak membantu dan mendukung Rasulullsah SAW tapi tetap semua kehendak Allah SWT.

Begitu beriman orang tua, memiliki sejarah berdakwah yang sudah banyak, orang tua kader dan tidak kader pun tetap berdakwah dan mengajarkan anak-anaknya ke arah kebaikan… orang tua akan terus berusaha tapi semua urusan diserahkan kepada Allah SWT..

Di sisi lain, saya pun berpendapat… walaupun ‘segajlukan’nya anak kader tapi saya merasa anak kader dijaga dalam kebaikan-kebaikan… memang ada anak kader yang perbuatan atau sikapnya jauh dari norma-norma yang kita pahami tapi banyak juga loh anak kader yang baik dan berprestasi… penghafal Al-Qur’an juga banyak anak kader… Yang jadi kader lagi juga bejibun banyak… terkadang kita melihat hanya dari sudut pandang berbeda… anak-anak kader yang banyak dibilang ‘gajlukan’ atau tidak sesuai sama norma kader yg ada (loh? Ada ga ya?) itu juga masih tarbiyah kok walau masih bolong-bolong… masih ada perbuatan baik yang mereka lakukan… jangan di anggap anak kader harus kaya orang tua atau kaya ikhwan akhwat lain yang jilbabnya harus lebaaarrr, yang pakai celana bahan atau tanda sujudnya atau apalah yang menandakan ikhwan akhwat… tak perlu jauh-jauh, adik saya pun (semoga rahmat, berkah rezeki selalu dilapangkan untuknya dan kuburnya meruapakan sepotong taman syurga) pernah gondrong, kaya preman, malah sampai bergabung ke kelompok yang bersisihan dengan tarbiyah, buat disuruh liqo puun susaahnyaa… tapi ketika aku tanya kepadanya “kenapa  kamu ga liqo? Kenapa kamu gabung sama kelompok yang jelas-jelas bersisihan dengan keluarga kita, partai kita?” kemudian adikku menjawab “kak, kalau misalnya kita temennya sama yang kaya gitu, siapa yang mau berdakwah n ngajakin ke yang preman-preman? Kita juga bisa melebarkan sayap dakwah ke preman-preman itu kak.. dan bisa terbentuk kelompok liqo barengan sama mereka…” aku hanya terbengong. Kadang aku ber negative thinking dan tak melihat dari sisi lain… tak harus semua anak kader mainnya sama akhwat ikhwan juga bisa ke preman… sama juga kaya ikhwan akhwat ga harus ngumpul nya sama ikhan akhwat juga… cukup berkumpul nya dibelakang layar ajaJ

Dan kita juga tidak bisa menjudge seseorang baik atau buruk malah sampai bilang ke orang-orang…  kita benar-benar bisa tahu seseorang adalah baik atau buruk malah ketika seseorang tersebut wafat…. Apakah wafatnya husnul khatimah atau tidak… apakah wajahnya ketika wafat begitu ketakutan atau dalam keadaan teduh…. Itulah kita benar-benar baru tahu dia seseorang yang baik lagi benar atau tidak….
Anak kader oh anak kader… nasipp terkadang karena memang diri nya tak pernah lepas dari bayang  orang tua nya…

Tapi satu hal jangan pernah karna kelakuan anak kader jadi orang tua kami yang kena… sungguh aku begitu sedih ketika seorang berkata di sebuah dauroh “saking sibuknya orang tua nya sampai anak nya tak tersentuh…”

Tolong jangan salahkan orang tua, karena orang tua pasti berusaha mengajarkan kebaikan kepada anak-anaknya… sungguh jangan berkata seperti itu apalagi untuk seseorang yang belum menjadi orang tua… tidak pantas rasanya kita menjudge ketidakberhasilan orang tua dalam mendidik anak sementara kita belum pernah berada di posisi itu… kalau misalnya anakmu sudah baik, sudah jadi penghafal Al-Qur’an semua, atau jadi ikhwan akhwat semua, kalau misalnya  suatu saat kamu sudah seperti itu pun, saya rasa sebagai orang tua yang baik tak kan berkata hal tersebut… seperti menjelek-jelekkan saudara sendiri… jika memang itu pelajaran bagimu cukup pelajaran bagimu… jangan disebarkan ke orang-orang apalagi pakai merk “anak nya abi itu, anaknya ummi ini…”

Saya berkata seperti ini karna saya pun pernah berada di posisi tersebut, ketika saya pernah sekali berlaku tidak jujur, wakil kepala sekolah memanggilku dan berkata “saya kecewa dengan kamu… kamu anaknya ini itu dll tapi kenapa kamu bisa seperti ini…” sungguh aku rasa nya seperti menjatuhkan sendiri kedua orang tua ku walaupun tidak pernah jadi bicaraan orang, hanya berdua dan Allah yang tau… tapi itu saja cukup membuat saya terpukul apalagi dibicarakan luas oleh orang-orang, apakah pernah merasakan posisi sebagai anak kader tersebut?

Aku memang anak Ummi Abi ku… tapi inilah Aku.
Karena taukah? Masa akan berubah….
Sebagai anak kader pasti terus berjuang untuk melakukan yang terbaik bagi Ummi Abi nya… dan Ummi abi nya pasti berjuang yang terbaik untuk putra-putri shalih wa shalihat nya…

Wallahu a’lam bish shawab
Ini hanya tulisan ku dari sisi anak kader biasa seperti ku….

Selasa, 07 Mei 2013

kejadian di masjid


Padang, 281010.
Shalat ashar di masjid biasa, masjid dekat rumah. Seperti biasa pula banyak anak-anak yang akan mengaji juga orang-orang tua, orang-orang-orang lanjut usia yang biasa ke masjid tersebut. Selaesai shalat di masjid biasa, dengan keadaan biasa, saat melihat seorang ibu kira-kira berumur  50 thn dgn ditutupi make up, jarang sekali aku bertemu ibu ini dimasjid, aku menoleh, nenek yang ramah seperti biasa sedang berdoa sambil menangis, “mungkinkah beliau memikirrkan kakek pemilik rumah saya yang baru saja kemarin meninggal” (ajal begitu dekat, maut ta dapat di tolak, mau muda atau tua, kita harus sadar allah SWT telah menetapkan kematian kita dalam keadaan siap atau tidak. Saya sempat terfikir, nanti di alam kubur akan diapain ya ? apakah hal-hal yang saya perbuat akan menolong saya meringankan siksa kubur saya atau malah memperberat siksa kubur saya nanti?)

kembali ke awal.
Saya jadi berpikir, betapa menjadi tua itu menakutkan. Keriput-keriput itu, entah kenapa saya menjadi ketakutan jk memikirkan hal itu. Huff, saya ga bs membayangkan kalau nanti saya juga akan tua dan keriput. Apakah kamu sudah membayangkan bagaimana kamu tua nanti ? apakah penuh dengan kebahagian atau setres belaka? Apakah organ-organ tubuhmu masih bisa diajak kompromi atau sudah tidak bisa? Apakah orang-orang yang kamu sayang ada didekatmu saat kamu tua? apakah saat tua nanti, kita adalah para orang tua aka lanjut usia yang bahagia sehat damai atau sebaliknya?
apakah umur mu bisa sampai tua ataukah dimatikan sebelum itu ?
aku menoleh kearah yang berlawanan, anak-anak. Mereka berlari kesana kemari, tertawa, mungkin belum ada masalah-masalah rumit yang harus di fikirkan. Enak ya masa kecil itu ? Tapi ada yang aneh, janggal, atau lucu. Ada beberapa anak laki-laki dan perempuan yang saling mengintip, hijab antara perempuan dan laki-laki pun dibuka-buka... yaa seperti itulah, susah dijelaskan tapi inikah yang nama nya anak lg ‘puber’? masa anak SD udah suka-sukaan ? umm,, tapi kalau diinget pas saya lg SD juga ky gitu lah.... saling ‘ceng-cengan’, malah pas saya kelas 4 SD ada temen saya yg udah pacaran.
Hmmm,, andai aku boleh jadi anak kecil lagi.... ga pengen rasa nya pas SD udah main suka-sukaan. Kalau boleh SD lg,, aku ingin bisa menikmati dengan se bahagi-bahagianya, senikmat-nikmatnya. Saat liat anak SD yang lg ‘puber-puber’ itu lah (ckck, blok perkembangan anak saya gmn sih ? percuma aja saya punya ilmu kesehatan anak nelson.ckck.knpbs ga tau umur berapa sampai umur berapa seorag anak mengalami puber-puber itu. Tapi kalau saya liat terkadang teori ga pernah sesuai bgd sama kenyataan), pengen deh bilang, “dek dek, janganlah kamu ky gitu dulu, nanti ajalah pas SmP sMa itu,, {tapi kalau dari pengalaman saya, andai pas jaman ini ga kepikiran ky gitu juga, andai bisa lbh nikmatin masa remaja, punya banyak temen, ikut kegiatan-kegiatan, yaa yg hanya bisa dilakukan pas remaja deh... ikut lomba-lomba, nambah banyakin kemampuan, keterampilan, teman, pengetahuan, pengalaman,,,,,,,,,,,,,kaya kabur cabut madol? Ikut ajang kreativitas yg memang rata-rata dimulai pas jaman remaja ini ni! Slek sama guru? Blajar dari guru ala asgur aka asisten guru! Masuk ruang BP atau diapanggil ke ruang KepSEk? Cari link untuk kedepannnya! PaCARan ????? (setelah dipikir-pikir ini pengalaman jg, biar pas tua ga nyesel-nyesel amad...tapi menurut kamu????) ikut kegiatan-kegiatan agar kita bisa dewasa kedepannya agar kita bisa ngadepin sgala hal dgn baik!}.
                Kembali lagi ke awal.
                Yahh,, intinya pengen deh pas jaman SD, bisa bener-benr nikmatin masa kecil kita, berharap ga ada ngerasain suka-sukaan (cintamonyetcintamonyet getoohhh) tapi kalo diinget masa kecil saya cukup bahagia dan bermakna walau terkadang ngerasa kurang kasih sayang orang tua karna ayah ibu sibukkk T.T tapi aku sekarang bahagia kok, aku dulu selalu diajak main adik yg cowo buad main bola, main layang-layangan, pulang pergi sekolah bareng teman sambil cerita film kartun, terus tetap tidak lupa les-les n tahfidz (bersyukur bgd buad yg ini karna ‘paksaan’ ayah ibu jadi nya sekarang bisa bangga pas kecil udah punya hafalan qur’an lebih dari 3 juz, terimakasih ayah ibu^^)
Oia balik lagi ke awal .... sebenernya pengen deh bilang ke adek-adek itu,, ‘dek dek,, nikmatilah masa kecilmu janganlah tertarik2 dulu sama cowocowo itu...’. hmm.... knp ya sudah dari kecil pun, kebanyakan orang lebih tertarik pada lawan jenis nya dari pada yang sejenis? Apa emang udah takdir na kaya gitu ?? dulu, pas SmP, seorang guru perempuan bilang “ibu berharap kalian(cewecewe seangkatan) kalau ada apa-apa lebih memilih cerita ke ibu daripada ke yang laki-laki, karna seperti sebuah magnet kutub utara lebih suka mendekat ke kutub selatan daripada ke kutub utara juga”. Kenapa ya seperti itu ? ada yang bisa kasih masukan ??????????????

Kamis, 23 Mei 2013

4K (Kisah Kaus Kaki Ku)



Aku adalah anak yang berada dalam lingkungan islami. Keluarga yang kental dengan nilai keislaman, dan tetangga se komplek insyaAllah yang juga menjaga penuh nilai-nilai islami.
Tapi walau berada dalam lingkungan islami, aku masih kurang dalam nilai-nilai islami.
Pakaian si oke islami cuma satu biji yaitu aku tak pakai kaus kaki. Pas masih kecil dulu memang diingatkan terus untuk dipakai. Pas semakin beranjak besar agak mulai “membandel” dengan hal kecil diujung bagian tubuh sana…
SMA tahun 1, aku sudah mulai ikut berbagai macam les. Ingat hari itu ahad pagi, aku bersama sahabatku, yang juga teman ngaji kelompok kecilku jg anak teman ummiku yang tetangga juga dengan ku juga teman satu SD serta satu SMA and satu tempat les… (agak panjang ya perkenalannya ^^”). Pagi itu, aku menjemput ke rumah nya untuk pergi les. Pas kami mau berangkat, beliau berkata “loh lo ga pake kaos kaki?”, “kagak  males ah” itu jawabanku, daan kemudian beliau bilang “ish anak kampung mana si lo ga pake kaos kaki”. Iii woooww aku ga bisa berkata apa-apa dan memang agak mencucuk kata-katanya. Alhasil selama pergi les, di tempat les, dan pulang les, aku bersibuk ria menutupi kaki ku (oke hanya tapak kaki yang sedikit terlihat krna bajuku sampai mata kaki dan pakai sandal yang lumayan tertutup). Tapi itu cukup membuat aku risiiih. Dan sampai sekarang, tanpa kaus kaki rasanya ada yang kurang… Risiiihh bangett..
Dan ala bisa karna biasa memang.
Suatu kali pernah di tahun ketiga kuliah, ketika sedang di masjid, kaus kaki aku hilang entah kemana padahal masjid sepi, kalo ketuker si masi gapapa, masi bisa pake yg ditemukan #eh dengan catatan pakai dan segerraa cuss beli kaus kaki baru.. laah ini? Padahal saat itu aku ada tutorial (salah satu cara kuliahnya anak FK dengan berdiskusi) daan ketat masalah absensi… alhasil saya terkurung di masjid tak bisa kemana-mana… sempat ada yang mengusulkan untuk gapapa ga pakai kaos kaki.. whaatt? Pertama dalil menutup aurat yang kedua ga bisa aku… (disinilah ala bisa karna biasa berlaku) beneran mau disuruh keluar selangkahpun rasanya ga bisa bangeet risiiihhh banget… pokoknya ga bisa aja… biarinlah ga ada datang tutorial.. yang penting aku akan keluar dari masjid ini dengan pakai kaos kaki.. itu aja yang ada difikiran aku.
Dan Alhamdulillah ada seorang senior yang membantu…beliau membelikan kaus kaki yang baru untukku..  Alhamdulillah^^ pertolongan Allah SWT memang dimana saja…
Tapi bukaan ini baru background nya aja hehe
Intinya adalah ketika kita sudah membiasakan sesuatu hal apalagi dari kecil itu akan menjadi kebiasaan… jadi mulailah ajarkan kebiasaan kebiasaan baik sehingga aka nada hal baik yang biasa dilakukan^^
-Tamat ceritanyaJ-

Selasa, 14 Mei 2013

Iman tak dapat diwarisi dari seorang ayah yang bertaqwa………


Bissmillahirrahmanirrahim

Sedih, kecewa, kesal rasanya ketika seseorang mengeluarkan “kata-kata negative” terhadap anak kader karna sikap atau perilaku nya tidak sama dengan orang tua nya…. Apalagi ketika itu di depan umum, atau di depan banyak orang yang mendengar…
Saya harap tulisan ini tidak menggambarkan kemarahan hanya ingin  berharap semoga sedikit dapat membukakan mata dan hati orang-orang…
Ingin kubuka dengan sebuah ayat:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al-Qasas: 56)

Ketika itu, paman Nabi Muhammad SAW tetap tidak mengucapkan syahadat sampai akhir hayatnya. Walaupun paman nabi, Abu Thalib banyak membantu dan mendukung Rasulullsah SAW tapi tetap semua kehendak Allah SWT.

Begitu beriman orang tua, memiliki sejarah berdakwah yang sudah banyak, orang tua kader dan tidak kader pun tetap berdakwah dan mengajarkan anak-anaknya ke arah kebaikan… orang tua akan terus berusaha tapi semua urusan diserahkan kepada Allah SWT..

Di sisi lain, saya pun berpendapat… walaupun ‘segajlukan’nya anak kader tapi saya merasa anak kader dijaga dalam kebaikan-kebaikan… memang ada anak kader yang perbuatan atau sikapnya jauh dari norma-norma yang kita pahami tapi banyak juga loh anak kader yang baik dan berprestasi… penghafal Al-Qur’an juga banyak anak kader… Yang jadi kader lagi juga bejibun banyak… terkadang kita melihat hanya dari sudut pandang berbeda… anak-anak kader yang banyak dibilang ‘gajlukan’ atau tidak sesuai sama norma kader yg ada (loh? Ada ga ya?) itu juga masih tarbiyah kok walau masih bolong-bolong… masih ada perbuatan baik yang mereka lakukan… jangan di anggap anak kader harus kaya orang tua atau kaya ikhwan akhwat lain yang jilbabnya harus lebaaarrr, yang pakai celana bahan atau tanda sujudnya atau apalah yang menandakan ikhwan akhwat… tak perlu jauh-jauh, adik saya pun (semoga rahmat, berkah rezeki selalu dilapangkan untuknya dan kuburnya meruapakan sepotong taman syurga) pernah gondrong, kaya preman, malah sampai bergabung ke kelompok yang bersisihan dengan tarbiyah, buat disuruh liqo puun susaahnyaa… tapi ketika aku tanya kepadanya “kenapa  kamu ga liqo? Kenapa kamu gabung sama kelompok yang jelas-jelas bersisihan dengan keluarga kita, partai kita?” kemudian adikku menjawab “kak, kalau misalnya kita temennya sama yang kaya gitu, siapa yang mau berdakwah n ngajakin ke yang preman-preman? Kita juga bisa melebarkan sayap dakwah ke preman-preman itu kak.. dan bisa terbentuk kelompok liqo barengan sama mereka…” aku hanya terbengong. Kadang aku ber negative thinking dan tak melihat dari sisi lain… tak harus semua anak kader mainnya sama akhwat ikhwan juga bisa ke preman… sama juga kaya ikhwan akhwat ga harus ngumpul nya sama ikhan akhwat juga… cukup berkumpul nya dibelakang layar ajaJ

Dan kita juga tidak bisa menjudge seseorang baik atau buruk malah sampai bilang ke orang-orang…  kita benar-benar bisa tahu seseorang adalah baik atau buruk malah ketika seseorang tersebut wafat…. Apakah wafatnya husnul khatimah atau tidak… apakah wajahnya ketika wafat begitu ketakutan atau dalam keadaan teduh…. Itulah kita benar-benar baru tahu dia seseorang yang baik lagi benar atau tidak….
Anak kader oh anak kader… nasipp terkadang karena memang diri nya tak pernah lepas dari bayang  orang tua nya…

Tapi satu hal jangan pernah karna kelakuan anak kader jadi orang tua kami yang kena… sungguh aku begitu sedih ketika seorang berkata di sebuah dauroh “saking sibuknya orang tua nya sampai anak nya tak tersentuh…”

Tolong jangan salahkan orang tua, karena orang tua pasti berusaha mengajarkan kebaikan kepada anak-anaknya… sungguh jangan berkata seperti itu apalagi untuk seseorang yang belum menjadi orang tua… tidak pantas rasanya kita menjudge ketidakberhasilan orang tua dalam mendidik anak sementara kita belum pernah berada di posisi itu… kalau misalnya anakmu sudah baik, sudah jadi penghafal Al-Qur’an semua, atau jadi ikhwan akhwat semua, kalau misalnya  suatu saat kamu sudah seperti itu pun, saya rasa sebagai orang tua yang baik tak kan berkata hal tersebut… seperti menjelek-jelekkan saudara sendiri… jika memang itu pelajaran bagimu cukup pelajaran bagimu… jangan disebarkan ke orang-orang apalagi pakai merk “anak nya abi itu, anaknya ummi ini…”

Saya berkata seperti ini karna saya pun pernah berada di posisi tersebut, ketika saya pernah sekali berlaku tidak jujur, wakil kepala sekolah memanggilku dan berkata “saya kecewa dengan kamu… kamu anaknya ini itu dll tapi kenapa kamu bisa seperti ini…” sungguh aku rasa nya seperti menjatuhkan sendiri kedua orang tua ku walaupun tidak pernah jadi bicaraan orang, hanya berdua dan Allah yang tau… tapi itu saja cukup membuat saya terpukul apalagi dibicarakan luas oleh orang-orang, apakah pernah merasakan posisi sebagai anak kader tersebut?

Aku memang anak Ummi Abi ku… tapi inilah Aku.
Karena taukah? Masa akan berubah….
Sebagai anak kader pasti terus berjuang untuk melakukan yang terbaik bagi Ummi Abi nya… dan Ummi abi nya pasti berjuang yang terbaik untuk putra-putri shalih wa shalihat nya…

Wallahu a’lam bish shawab
Ini hanya tulisan ku dari sisi anak kader biasa seperti ku….

Selasa, 07 Mei 2013

kejadian di masjid


Padang, 281010.
Shalat ashar di masjid biasa, masjid dekat rumah. Seperti biasa pula banyak anak-anak yang akan mengaji juga orang-orang tua, orang-orang-orang lanjut usia yang biasa ke masjid tersebut. Selaesai shalat di masjid biasa, dengan keadaan biasa, saat melihat seorang ibu kira-kira berumur  50 thn dgn ditutupi make up, jarang sekali aku bertemu ibu ini dimasjid, aku menoleh, nenek yang ramah seperti biasa sedang berdoa sambil menangis, “mungkinkah beliau memikirrkan kakek pemilik rumah saya yang baru saja kemarin meninggal” (ajal begitu dekat, maut ta dapat di tolak, mau muda atau tua, kita harus sadar allah SWT telah menetapkan kematian kita dalam keadaan siap atau tidak. Saya sempat terfikir, nanti di alam kubur akan diapain ya ? apakah hal-hal yang saya perbuat akan menolong saya meringankan siksa kubur saya atau malah memperberat siksa kubur saya nanti?)

kembali ke awal.
Saya jadi berpikir, betapa menjadi tua itu menakutkan. Keriput-keriput itu, entah kenapa saya menjadi ketakutan jk memikirkan hal itu. Huff, saya ga bs membayangkan kalau nanti saya juga akan tua dan keriput. Apakah kamu sudah membayangkan bagaimana kamu tua nanti ? apakah penuh dengan kebahagian atau setres belaka? Apakah organ-organ tubuhmu masih bisa diajak kompromi atau sudah tidak bisa? Apakah orang-orang yang kamu sayang ada didekatmu saat kamu tua? apakah saat tua nanti, kita adalah para orang tua aka lanjut usia yang bahagia sehat damai atau sebaliknya?
apakah umur mu bisa sampai tua ataukah dimatikan sebelum itu ?
aku menoleh kearah yang berlawanan, anak-anak. Mereka berlari kesana kemari, tertawa, mungkin belum ada masalah-masalah rumit yang harus di fikirkan. Enak ya masa kecil itu ? Tapi ada yang aneh, janggal, atau lucu. Ada beberapa anak laki-laki dan perempuan yang saling mengintip, hijab antara perempuan dan laki-laki pun dibuka-buka... yaa seperti itulah, susah dijelaskan tapi inikah yang nama nya anak lg ‘puber’? masa anak SD udah suka-sukaan ? umm,, tapi kalau diinget pas saya lg SD juga ky gitu lah.... saling ‘ceng-cengan’, malah pas saya kelas 4 SD ada temen saya yg udah pacaran.
Hmmm,, andai aku boleh jadi anak kecil lagi.... ga pengen rasa nya pas SD udah main suka-sukaan. Kalau boleh SD lg,, aku ingin bisa menikmati dengan se bahagi-bahagianya, senikmat-nikmatnya. Saat liat anak SD yang lg ‘puber-puber’ itu lah (ckck, blok perkembangan anak saya gmn sih ? percuma aja saya punya ilmu kesehatan anak nelson.ckck.knpbs ga tau umur berapa sampai umur berapa seorag anak mengalami puber-puber itu. Tapi kalau saya liat terkadang teori ga pernah sesuai bgd sama kenyataan), pengen deh bilang, “dek dek, janganlah kamu ky gitu dulu, nanti ajalah pas SmP sMa itu,, {tapi kalau dari pengalaman saya, andai pas jaman ini ga kepikiran ky gitu juga, andai bisa lbh nikmatin masa remaja, punya banyak temen, ikut kegiatan-kegiatan, yaa yg hanya bisa dilakukan pas remaja deh... ikut lomba-lomba, nambah banyakin kemampuan, keterampilan, teman, pengetahuan, pengalaman,,,,,,,,,,,,,kaya kabur cabut madol? Ikut ajang kreativitas yg memang rata-rata dimulai pas jaman remaja ini ni! Slek sama guru? Blajar dari guru ala asgur aka asisten guru! Masuk ruang BP atau diapanggil ke ruang KepSEk? Cari link untuk kedepannnya! PaCARan ????? (setelah dipikir-pikir ini pengalaman jg, biar pas tua ga nyesel-nyesel amad...tapi menurut kamu????) ikut kegiatan-kegiatan agar kita bisa dewasa kedepannya agar kita bisa ngadepin sgala hal dgn baik!}.
                Kembali lagi ke awal.
                Yahh,, intinya pengen deh pas jaman SD, bisa bener-benr nikmatin masa kecil kita, berharap ga ada ngerasain suka-sukaan (cintamonyetcintamonyet getoohhh) tapi kalo diinget masa kecil saya cukup bahagia dan bermakna walau terkadang ngerasa kurang kasih sayang orang tua karna ayah ibu sibukkk T.T tapi aku sekarang bahagia kok, aku dulu selalu diajak main adik yg cowo buad main bola, main layang-layangan, pulang pergi sekolah bareng teman sambil cerita film kartun, terus tetap tidak lupa les-les n tahfidz (bersyukur bgd buad yg ini karna ‘paksaan’ ayah ibu jadi nya sekarang bisa bangga pas kecil udah punya hafalan qur’an lebih dari 3 juz, terimakasih ayah ibu^^)
Oia balik lagi ke awal .... sebenernya pengen deh bilang ke adek-adek itu,, ‘dek dek,, nikmatilah masa kecilmu janganlah tertarik2 dulu sama cowocowo itu...’. hmm.... knp ya sudah dari kecil pun, kebanyakan orang lebih tertarik pada lawan jenis nya dari pada yang sejenis? Apa emang udah takdir na kaya gitu ?? dulu, pas SmP, seorang guru perempuan bilang “ibu berharap kalian(cewecewe seangkatan) kalau ada apa-apa lebih memilih cerita ke ibu daripada ke yang laki-laki, karna seperti sebuah magnet kutub utara lebih suka mendekat ke kutub selatan daripada ke kutub utara juga”. Kenapa ya seperti itu ? ada yang bisa kasih masukan ??????????????