Selasa, 14 Mei 2013

Iman tak dapat diwarisi dari seorang ayah yang bertaqwa………


Bissmillahirrahmanirrahim

Sedih, kecewa, kesal rasanya ketika seseorang mengeluarkan “kata-kata negative” terhadap anak kader karna sikap atau perilaku nya tidak sama dengan orang tua nya…. Apalagi ketika itu di depan umum, atau di depan banyak orang yang mendengar…
Saya harap tulisan ini tidak menggambarkan kemarahan hanya ingin  berharap semoga sedikit dapat membukakan mata dan hati orang-orang…
Ingin kubuka dengan sebuah ayat:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al-Qasas: 56)

Ketika itu, paman Nabi Muhammad SAW tetap tidak mengucapkan syahadat sampai akhir hayatnya. Walaupun paman nabi, Abu Thalib banyak membantu dan mendukung Rasulullsah SAW tapi tetap semua kehendak Allah SWT.

Begitu beriman orang tua, memiliki sejarah berdakwah yang sudah banyak, orang tua kader dan tidak kader pun tetap berdakwah dan mengajarkan anak-anaknya ke arah kebaikan… orang tua akan terus berusaha tapi semua urusan diserahkan kepada Allah SWT..

Di sisi lain, saya pun berpendapat… walaupun ‘segajlukan’nya anak kader tapi saya merasa anak kader dijaga dalam kebaikan-kebaikan… memang ada anak kader yang perbuatan atau sikapnya jauh dari norma-norma yang kita pahami tapi banyak juga loh anak kader yang baik dan berprestasi… penghafal Al-Qur’an juga banyak anak kader… Yang jadi kader lagi juga bejibun banyak… terkadang kita melihat hanya dari sudut pandang berbeda… anak-anak kader yang banyak dibilang ‘gajlukan’ atau tidak sesuai sama norma kader yg ada (loh? Ada ga ya?) itu juga masih tarbiyah kok walau masih bolong-bolong… masih ada perbuatan baik yang mereka lakukan… jangan di anggap anak kader harus kaya orang tua atau kaya ikhwan akhwat lain yang jilbabnya harus lebaaarrr, yang pakai celana bahan atau tanda sujudnya atau apalah yang menandakan ikhwan akhwat… tak perlu jauh-jauh, adik saya pun (semoga rahmat, berkah rezeki selalu dilapangkan untuknya dan kuburnya meruapakan sepotong taman syurga) pernah gondrong, kaya preman, malah sampai bergabung ke kelompok yang bersisihan dengan tarbiyah, buat disuruh liqo puun susaahnyaa… tapi ketika aku tanya kepadanya “kenapa  kamu ga liqo? Kenapa kamu gabung sama kelompok yang jelas-jelas bersisihan dengan keluarga kita, partai kita?” kemudian adikku menjawab “kak, kalau misalnya kita temennya sama yang kaya gitu, siapa yang mau berdakwah n ngajakin ke yang preman-preman? Kita juga bisa melebarkan sayap dakwah ke preman-preman itu kak.. dan bisa terbentuk kelompok liqo barengan sama mereka…” aku hanya terbengong. Kadang aku ber negative thinking dan tak melihat dari sisi lain… tak harus semua anak kader mainnya sama akhwat ikhwan juga bisa ke preman… sama juga kaya ikhwan akhwat ga harus ngumpul nya sama ikhan akhwat juga… cukup berkumpul nya dibelakang layar ajaJ

Dan kita juga tidak bisa menjudge seseorang baik atau buruk malah sampai bilang ke orang-orang…  kita benar-benar bisa tahu seseorang adalah baik atau buruk malah ketika seseorang tersebut wafat…. Apakah wafatnya husnul khatimah atau tidak… apakah wajahnya ketika wafat begitu ketakutan atau dalam keadaan teduh…. Itulah kita benar-benar baru tahu dia seseorang yang baik lagi benar atau tidak….
Anak kader oh anak kader… nasipp terkadang karena memang diri nya tak pernah lepas dari bayang  orang tua nya…

Tapi satu hal jangan pernah karna kelakuan anak kader jadi orang tua kami yang kena… sungguh aku begitu sedih ketika seorang berkata di sebuah dauroh “saking sibuknya orang tua nya sampai anak nya tak tersentuh…”

Tolong jangan salahkan orang tua, karena orang tua pasti berusaha mengajarkan kebaikan kepada anak-anaknya… sungguh jangan berkata seperti itu apalagi untuk seseorang yang belum menjadi orang tua… tidak pantas rasanya kita menjudge ketidakberhasilan orang tua dalam mendidik anak sementara kita belum pernah berada di posisi itu… kalau misalnya anakmu sudah baik, sudah jadi penghafal Al-Qur’an semua, atau jadi ikhwan akhwat semua, kalau misalnya  suatu saat kamu sudah seperti itu pun, saya rasa sebagai orang tua yang baik tak kan berkata hal tersebut… seperti menjelek-jelekkan saudara sendiri… jika memang itu pelajaran bagimu cukup pelajaran bagimu… jangan disebarkan ke orang-orang apalagi pakai merk “anak nya abi itu, anaknya ummi ini…”

Saya berkata seperti ini karna saya pun pernah berada di posisi tersebut, ketika saya pernah sekali berlaku tidak jujur, wakil kepala sekolah memanggilku dan berkata “saya kecewa dengan kamu… kamu anaknya ini itu dll tapi kenapa kamu bisa seperti ini…” sungguh aku rasa nya seperti menjatuhkan sendiri kedua orang tua ku walaupun tidak pernah jadi bicaraan orang, hanya berdua dan Allah yang tau… tapi itu saja cukup membuat saya terpukul apalagi dibicarakan luas oleh orang-orang, apakah pernah merasakan posisi sebagai anak kader tersebut?

Aku memang anak Ummi Abi ku… tapi inilah Aku.
Karena taukah? Masa akan berubah….
Sebagai anak kader pasti terus berjuang untuk melakukan yang terbaik bagi Ummi Abi nya… dan Ummi abi nya pasti berjuang yang terbaik untuk putra-putri shalih wa shalihat nya…

Wallahu a’lam bish shawab
Ini hanya tulisan ku dari sisi anak kader biasa seperti ku….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 14 Mei 2013

Iman tak dapat diwarisi dari seorang ayah yang bertaqwa………


Bissmillahirrahmanirrahim

Sedih, kecewa, kesal rasanya ketika seseorang mengeluarkan “kata-kata negative” terhadap anak kader karna sikap atau perilaku nya tidak sama dengan orang tua nya…. Apalagi ketika itu di depan umum, atau di depan banyak orang yang mendengar…
Saya harap tulisan ini tidak menggambarkan kemarahan hanya ingin  berharap semoga sedikit dapat membukakan mata dan hati orang-orang…
Ingin kubuka dengan sebuah ayat:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al-Qasas: 56)

Ketika itu, paman Nabi Muhammad SAW tetap tidak mengucapkan syahadat sampai akhir hayatnya. Walaupun paman nabi, Abu Thalib banyak membantu dan mendukung Rasulullsah SAW tapi tetap semua kehendak Allah SWT.

Begitu beriman orang tua, memiliki sejarah berdakwah yang sudah banyak, orang tua kader dan tidak kader pun tetap berdakwah dan mengajarkan anak-anaknya ke arah kebaikan… orang tua akan terus berusaha tapi semua urusan diserahkan kepada Allah SWT..

Di sisi lain, saya pun berpendapat… walaupun ‘segajlukan’nya anak kader tapi saya merasa anak kader dijaga dalam kebaikan-kebaikan… memang ada anak kader yang perbuatan atau sikapnya jauh dari norma-norma yang kita pahami tapi banyak juga loh anak kader yang baik dan berprestasi… penghafal Al-Qur’an juga banyak anak kader… Yang jadi kader lagi juga bejibun banyak… terkadang kita melihat hanya dari sudut pandang berbeda… anak-anak kader yang banyak dibilang ‘gajlukan’ atau tidak sesuai sama norma kader yg ada (loh? Ada ga ya?) itu juga masih tarbiyah kok walau masih bolong-bolong… masih ada perbuatan baik yang mereka lakukan… jangan di anggap anak kader harus kaya orang tua atau kaya ikhwan akhwat lain yang jilbabnya harus lebaaarrr, yang pakai celana bahan atau tanda sujudnya atau apalah yang menandakan ikhwan akhwat… tak perlu jauh-jauh, adik saya pun (semoga rahmat, berkah rezeki selalu dilapangkan untuknya dan kuburnya meruapakan sepotong taman syurga) pernah gondrong, kaya preman, malah sampai bergabung ke kelompok yang bersisihan dengan tarbiyah, buat disuruh liqo puun susaahnyaa… tapi ketika aku tanya kepadanya “kenapa  kamu ga liqo? Kenapa kamu gabung sama kelompok yang jelas-jelas bersisihan dengan keluarga kita, partai kita?” kemudian adikku menjawab “kak, kalau misalnya kita temennya sama yang kaya gitu, siapa yang mau berdakwah n ngajakin ke yang preman-preman? Kita juga bisa melebarkan sayap dakwah ke preman-preman itu kak.. dan bisa terbentuk kelompok liqo barengan sama mereka…” aku hanya terbengong. Kadang aku ber negative thinking dan tak melihat dari sisi lain… tak harus semua anak kader mainnya sama akhwat ikhwan juga bisa ke preman… sama juga kaya ikhwan akhwat ga harus ngumpul nya sama ikhan akhwat juga… cukup berkumpul nya dibelakang layar ajaJ

Dan kita juga tidak bisa menjudge seseorang baik atau buruk malah sampai bilang ke orang-orang…  kita benar-benar bisa tahu seseorang adalah baik atau buruk malah ketika seseorang tersebut wafat…. Apakah wafatnya husnul khatimah atau tidak… apakah wajahnya ketika wafat begitu ketakutan atau dalam keadaan teduh…. Itulah kita benar-benar baru tahu dia seseorang yang baik lagi benar atau tidak….
Anak kader oh anak kader… nasipp terkadang karena memang diri nya tak pernah lepas dari bayang  orang tua nya…

Tapi satu hal jangan pernah karna kelakuan anak kader jadi orang tua kami yang kena… sungguh aku begitu sedih ketika seorang berkata di sebuah dauroh “saking sibuknya orang tua nya sampai anak nya tak tersentuh…”

Tolong jangan salahkan orang tua, karena orang tua pasti berusaha mengajarkan kebaikan kepada anak-anaknya… sungguh jangan berkata seperti itu apalagi untuk seseorang yang belum menjadi orang tua… tidak pantas rasanya kita menjudge ketidakberhasilan orang tua dalam mendidik anak sementara kita belum pernah berada di posisi itu… kalau misalnya anakmu sudah baik, sudah jadi penghafal Al-Qur’an semua, atau jadi ikhwan akhwat semua, kalau misalnya  suatu saat kamu sudah seperti itu pun, saya rasa sebagai orang tua yang baik tak kan berkata hal tersebut… seperti menjelek-jelekkan saudara sendiri… jika memang itu pelajaran bagimu cukup pelajaran bagimu… jangan disebarkan ke orang-orang apalagi pakai merk “anak nya abi itu, anaknya ummi ini…”

Saya berkata seperti ini karna saya pun pernah berada di posisi tersebut, ketika saya pernah sekali berlaku tidak jujur, wakil kepala sekolah memanggilku dan berkata “saya kecewa dengan kamu… kamu anaknya ini itu dll tapi kenapa kamu bisa seperti ini…” sungguh aku rasa nya seperti menjatuhkan sendiri kedua orang tua ku walaupun tidak pernah jadi bicaraan orang, hanya berdua dan Allah yang tau… tapi itu saja cukup membuat saya terpukul apalagi dibicarakan luas oleh orang-orang, apakah pernah merasakan posisi sebagai anak kader tersebut?

Aku memang anak Ummi Abi ku… tapi inilah Aku.
Karena taukah? Masa akan berubah….
Sebagai anak kader pasti terus berjuang untuk melakukan yang terbaik bagi Ummi Abi nya… dan Ummi abi nya pasti berjuang yang terbaik untuk putra-putri shalih wa shalihat nya…

Wallahu a’lam bish shawab
Ini hanya tulisan ku dari sisi anak kader biasa seperti ku….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar