Sabtu, 27 Januari 2018

Mencintai sebuah ilmu

Ibu hanya berpesan "berdoalah nak, luruskan niatmu, karena jika itu baik untuk dirimu, duniamu, dan akhiratmu, Allah akan memudahkan urusanmu"

Setiap pilihan yang akan aku ambil, selalu ibu berpesan seperti itu termasuk ketika aku memilih menggambil kuliah jurusan kedokteran, jurasan yang aku cintai dan ingin terus aku tekuni, ingin terus dipelajari. Life long learning selalu menjadi prinsip ketika kamu menjadi dokter, belajar sepanjang hayat.

Aku menyukainya, jatuh cinta pada ilmunya. Awal mencintainya karena alasan demi keluarga, demi membantu banyak orang, nyatanya setelah tercebur di dalamnya, ada banyak hal yang aku ketahui, menjadi alasan betapa kita semestinya banyak bersyukur. Aku begitu terkaget dengan betapa luas ciptaan-Nya, betapa hebat kuasa-Nya, betapa tak perlu jauh kita mencari bukti hebatnya penciptaan Allah SWT ke luar sana, karena pada diri kita, sudah membuktikan betapa Allah Maha Pencipta, Maha Penguasa. Betapa ada proses kompleks dan detail pada setiap denyutan jantung kita, ada banyak kesyukuran pada penglihatan dan pendengaran kita. Ah, semuanya membuat aku makin mencintai ilmu kesehatan, karena semakin bertambah cintaku pada Rabbku.

Tapi kamu tahu? Menjadi dokter tak semudah itu. Aku mencoba berkali. Sampai ibu berpesan "berdoalah nak, luruskan niatmu, karena jika itu baik untuk dirimu, duniamu, dan akhiratmu, Allah akan memudahkan urusanmu". Ketika aku meluruskan niatku, untuk mendekat kepada Rabbku, ketika itu aku diterima di fakultas kedokteran. Kamu tahu tips jalani ujian ala teman-temanku mahasiswa kedokteran? Yaitu meminta doa kepada orang tua, meminta maaf pada orang tua, teman, guru. Saling berdiskusi, saling memberikan dan merima ilmu serta pendapat teman adalah strategi selanjutnya. Luruskan niatmu, tanamkan ikhlasmu, meminta doa pada orang tua, teman, dan guru, saling memberi dan menerima ilmu dengan hati terbuka.

Mempelajari sebuah ilmu tentu tak luput dari proses yang panjang, yang pertama kali dan selalu harus kuubah adalah niat. Kadang niat suka melenceng, sehingga berkali-kali aku harus meluruskan niatku dalam belajar sebuah ilmu. Proses belajarpun kita perlu melapangkan diri kita, melapangkan dada kita dalam belajar, melapangkan syukur kita karena masih banyak hal yang ga kamu ketahui, melapangkan diri kita kalau kita tuh masih belum ada apa-apa dibanding ilmu yang luas banget. Belajar itu juga butuh ridho, restu, keikhlasan engga cuma dari diri kita, tapi dari orang terdekat kita, pasangan kita, orang tua kita (orang tua sendiri plus mertua kalau sudah menikah), bahkan ridhonya guru kita yang sudah mengajarkan ilmu ke kita.

Jadi dalam belajar cintailah ilmu yang ingin kamu pelajari.. Luruskan selalu niatmu.. Semoga Allah membukakan hati dan fikiranmu dalam belajar sebuah ilmu.. Semoga kita mendapatkan keberkahannya dalam memperlajari sebuah ilmu 😊.

#NHW #1
#Day # 1
#Kuliah Matrikulasi Batch # 5
#Adab Menuntut Ilmu

Senin, 22 Januari 2018

Difteri apa ya?

Difteri merupakan salah satu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyakit ini menyerang infeksi selaput lendir tenggorokan serta hidung. Selain itu, bakteri tersebut menghasilkan eksotoksin yang mampu menganggu kerja jantung.

Penyebab :

Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyebaran bakteri ini dapat terjadi dengan mudah, terutama bagi orang yang tidak mendapatkan vaksin difteri. Ada sejumlah cara penularan yang perlu diwaspadai, seperti:

1. Terhirup percikan ludah penderita di udara saat penderita bersin atau batuk --> Ini merupakan cara penularan difteri yang paling umum.
2. Terkena barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, contohnya mainan atau handuk.
3. Sentuhan pada luka borok (ulkus) akibat difteri di kulit penderita --> Penularan ini umumnya terjadi pada penderita yang tinggal di lingkungan yang padat penduduk dan kebersihannya tidak terjaga.

Gejala:

1. Demam
2. Nyeri kepala
3. Nafsu makan menurun
4. Nyeri saat menelan
5. Tonsil terlihat tertutup bercak putih kotor makin lama makin meluas dengan membentuk membran yang dapat meluas ke faring dan laring sehingga dapat menyumbat saluran nafas. Membran ini sangat melekat dengan dasarnya, apabila di kelupas maka akan berdarah
6. Kelenjar getah bening dapat membengkak (Bull Neck sign atau Burgermeesters hals)
7. Menyerang saraf kranial, menyebabkan kelumpuhkan otot pernafasan, jantung.

☝Karena gejala awal dari difteri yang mirip dengan gejala flu, maka kebanyakan orang tak menyadari bahwa kondisi yang sedang dialami adalah difteri. Namun pada penderita difteri, ia juga akan berkemungkinan mengalami yang namanya gangguan pada kulit seperti bisul yang tidak ada pada gejala flu🙋

Diagnosis dan Pengobatan Difteri :

Untuk menegakkan diagnosis difteri, awalnya dokter akan menanyakan beberapa hal seputar gejala yang dialami pasien. Dokter juga dapat mengambil sampel dari lendir di tenggorokan, hidung, atau ulkus di kulit untuk diperiksa di laboratorium.

Apabila seseorang diduga kuat tertular difteri, dokter akan segera memulai pengobatan, bahkan sebelum ada hasil laboratorium. Dokter akan menganjurkannya untuk menjalani perawatan dalam ruang isolasi di rumah sakit. Lalu langkah pengobatan akan dilakukan dengan 2 jenis obat, yaitu antibiotik dan antitoksin.

Komplikasi Difteri

Pengobatan difteri harus segera dilakukan untuk mencegah penyebaran sekaligus komplikasi yang serius, terutama pada penderita anak-anak. Diperkirakan 1 dari 5 penderita balita dan lansia di atas 40 tahun meninggal dunia akibat komplikasi difteri.

Jika tidak diobati dengan cepat dan tepat, toksin dari bakteri difteri dapat memicu beberapa komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa. 

Jumat, 19 Januari 2018

Berkata dan Berdoa yang Baik Kepada Anak

Seorang pemuda baik berniat ingin merantau ke kota, mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan, agar keluarganya memiliki kehidupan yang lebih baik. Kemudian ia meminta izin kepada ayahnya untuk pergi. Namun, sang ayah tak mengizinkan, si pemuda tetap memaksa untuk pergi. Hari kepergian sudah diputuskan, segala persiapannya ke kota telah siap, gembalaannya pun telah dititipkan ke temannya. Pemuda tetap memaksa pergi tanpa izin ayahnya. Ayahnya merupakan orang yang sholeh. Kemudian ayahnya berdoa agar anaknya diberi pelajaran karena ayahnya tak mengikhlaskan kepergiannya.

Di perjalanan, sang pemuda tiba-tiba tidak dapat melihat apapun. Sesampainya di rumah saudara mereka, sang pemuda berkata, "sebelum ini saya bisa melihat, mumpuni untuk menjadi pekerja terbaik kesini. Namun sekarang aku buta sehingga aku tidak bisa berbuat apapun." keluarga pemuda akhirnya membawanya kembali pulang ke desa. Betapa kaget dan sedih sang ayah melihat keadaan anaknya. Anaknya kita tidak bisa bekerja membantu keluarga mereka.
(📝dari buku semua ada saatnya)

Dalam buku tersebut diambil hikmah bahwa orang tua janganlah mendoakan yang buruk kepada anak. Terlepas dari sang anak telah berbuat kesalahan. Kita sebagai orang tua tetap harus menjaga doa dan ucapan kita.

Terlalu banyak kisah tentang doa dan ucapan orang tua yang sangat berpengaruh kepada anaknya. Terdapat juga kisah yang sangat manis tentang Imam Sudais (salah satu imam masjidil haram) ketika masih kecil, beliau pernah menumpahkan dan mengacak-acak makanan yg telah dipersiapkan ibunya untuk para tamu. Namun, sang ibu mengubah rasa kesal dan marahnya pada Sudais kecil dgn doa, "pergilah ke masjidil haram, hapalkan alquran, dan jadilah imam masjidil haram". Dan, doa itupun dikabulkan.. 😊

Maka duhai ayah bunda, doakan dan katakan selalu hal-hal terbaik untuk anakmu. Sekalipun, sekalipun ia sangat menjengkelkanmu, sekalipun kamu sangat kesal. Karena sejatinya ia hanya sedang belajar.
Katakanlah yang baik, doakan yang baik.

Pun nama dan panggilan yang baik harus disertakan.
“Sesungguhnya diantara kewajiban orangtua terhadap anaknya adalah mengajarinya menulis, memberikan nama yang baik, dan menikahkannya bila telah dewasa.” (HR. Ibnu Najar)

Acapkali kita sudah memberikan nama terbaik, namun terkadang kita mengeluarkan perkataan atau panggilan yang tidak baik atau men judge yang tidak baik, contoh: "wah malas ini anaknya", "kolokan anaknya" dll kenapa tidak kita ubah dengan kata positif dan penyemangat untuk anak.

Salah satu kisah menginspirasi adalah kisah Thomas Alfa Edison, ketika masih kecil sepulang sekolah ia memberikan sepucuk surat kepada ibunya, kemudian sang ibu dengan berlinang air mata membacakan isi surat itu di hadapan sang Putra, “Putra anda adalah anak yang jenius, sekolah ini terlalu kecil dan tidak memiliki guru yang cakap. Jadi anda harus mendidiknya sendiri.” itulah perkataan positif penyemangat untuk sang anak dari ibunya karena sebenernya isi surat tersebut berbunyi, “Putra anda adalah anak yang bodoh, kami tidak mengijinkannya untuk bersekolah disini lagi.”

Maka berkatalah yang baik, panggil ia dengan panggilan terbaik, doakan ia selalu dalam kebaikan😊.

Selasa, 09 Januari 2018

Bukankah Allah yang Memberi Rezeki Anakmu Jadi Tenang Saja.

Sepasang suami istri dengan anak yang masih bayi memiliki sebuah kisah.

Di suatu bulan dimana pengeluaran begitu banyak, dan waktu gajian sang suami pun masih sangat lama. Bulan itu merupakan bulan yang berat bagi sang istri. Berat untuk fikir dan jiwanya.

Selama perjalanan menikah, berat suaminya tak bertambah signifikan, masih kurus-kurus wae. Sang istri yang masih menyusui bayinya merasa harus mengalah untuk suaminya (agar diakui orang-orang), istri berhasil mengurus suami dengan menggemukkannya. Tapi sungguh berat bagi sang istri ketika menyadari asi untuk anaknya semakin semakin berkurang, padahal bayinya semakin besar dan membutuhkan lebih banyak gizi. Itu hal yang memberatkan sang istri. Sementara uang untuk membeli protein lebih banyak dari biasanya tidak ada. Ah jangankan protein, untuk setidaknya agar bisa memasak di dapur pun tak bisa di keluarga itu.
Kedua keluarga orang tua mereka pun sedang banyak pengeluaran sehingga masak tidak terlalu banyak. Alhasil pasangan suami istri lebih sering makan 1 lauk, 1 piring berdua (kata orang si romantis, padahal karena keuangan menipis). Disitulah berat bagi sang istri untuk mengalah kepada suaminya atau harus makan lebih banyak untuk anaknya. Sang istri memilih suaminya.

Di bulan itu merupakan bulan yang panjang dan berat bagi sang istri. Ketika malam, sang anak menyusu banyak, asi tak banyak keluar. Untuk mencukupinya, di malam sampai pagi buta sang istri lebih sering minum dan menyemil madu dan kurma. Sebagai glukosa yang menunda rasa lapar, tapi tak kenyang, apalagi mencukupi asi, pikir sang istri.

Di bulan itu merupakan malam yang panjang bagi sang istri, ketika anaknya lapar, ia harus makan untuk mencukupi asinya, namun berkali-kali ia membuka lemari penyimpanan makanan, tak ada apa-apa.

Sampai semuanya begitu berat. Anaknya yang meminta menyusu padahal diri sang istri juga begitu lapar, dan sang suami juga tidur mungkin dalam keadaan masih lapar. Sang istri sangat merasa jika sudah beberapa hari ini asinya tak banyak, sangat terasa kosong, bismillah ia kembali mencoba menyusui anaknya dan walau rasanya tak ada yang keluar namun ketika melihat dari mulut bayinya keluar tetesan asi, sang ibu tersadar, bukankah Allah yang akan mencukupi asi untuk anaknya? Mencukupi makanan anaknya? Bukankah Allah sudah menentukan rezeki tiap manusia? Begitupun rezeki untuk suaminya. Mengapa engkau begitu khawatir pikir sang istri.

"Tidak ada satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi ini, melainkan dijamin Allah rezekinya." (QS Hud:6)

Ya, kita semua pasti pernah mengalami masa-masa sulit. Pernah mengalami rasa sempit rezeki seperti yang dialami keluarga kecil itu. Namun percayalah, Allah sudah menetapkan rezekinya. Bersabar, bertawakal, dan teruslah berusaha. Dekati Yang Maha Pemberi Rezeki, mintalah, berdoalah.

Sabtu, 27 Januari 2018

Mencintai sebuah ilmu

Ibu hanya berpesan "berdoalah nak, luruskan niatmu, karena jika itu baik untuk dirimu, duniamu, dan akhiratmu, Allah akan memudahkan urusanmu"

Setiap pilihan yang akan aku ambil, selalu ibu berpesan seperti itu termasuk ketika aku memilih menggambil kuliah jurusan kedokteran, jurasan yang aku cintai dan ingin terus aku tekuni, ingin terus dipelajari. Life long learning selalu menjadi prinsip ketika kamu menjadi dokter, belajar sepanjang hayat.

Aku menyukainya, jatuh cinta pada ilmunya. Awal mencintainya karena alasan demi keluarga, demi membantu banyak orang, nyatanya setelah tercebur di dalamnya, ada banyak hal yang aku ketahui, menjadi alasan betapa kita semestinya banyak bersyukur. Aku begitu terkaget dengan betapa luas ciptaan-Nya, betapa hebat kuasa-Nya, betapa tak perlu jauh kita mencari bukti hebatnya penciptaan Allah SWT ke luar sana, karena pada diri kita, sudah membuktikan betapa Allah Maha Pencipta, Maha Penguasa. Betapa ada proses kompleks dan detail pada setiap denyutan jantung kita, ada banyak kesyukuran pada penglihatan dan pendengaran kita. Ah, semuanya membuat aku makin mencintai ilmu kesehatan, karena semakin bertambah cintaku pada Rabbku.

Tapi kamu tahu? Menjadi dokter tak semudah itu. Aku mencoba berkali. Sampai ibu berpesan "berdoalah nak, luruskan niatmu, karena jika itu baik untuk dirimu, duniamu, dan akhiratmu, Allah akan memudahkan urusanmu". Ketika aku meluruskan niatku, untuk mendekat kepada Rabbku, ketika itu aku diterima di fakultas kedokteran. Kamu tahu tips jalani ujian ala teman-temanku mahasiswa kedokteran? Yaitu meminta doa kepada orang tua, meminta maaf pada orang tua, teman, guru. Saling berdiskusi, saling memberikan dan merima ilmu serta pendapat teman adalah strategi selanjutnya. Luruskan niatmu, tanamkan ikhlasmu, meminta doa pada orang tua, teman, dan guru, saling memberi dan menerima ilmu dengan hati terbuka.

Mempelajari sebuah ilmu tentu tak luput dari proses yang panjang, yang pertama kali dan selalu harus kuubah adalah niat. Kadang niat suka melenceng, sehingga berkali-kali aku harus meluruskan niatku dalam belajar sebuah ilmu. Proses belajarpun kita perlu melapangkan diri kita, melapangkan dada kita dalam belajar, melapangkan syukur kita karena masih banyak hal yang ga kamu ketahui, melapangkan diri kita kalau kita tuh masih belum ada apa-apa dibanding ilmu yang luas banget. Belajar itu juga butuh ridho, restu, keikhlasan engga cuma dari diri kita, tapi dari orang terdekat kita, pasangan kita, orang tua kita (orang tua sendiri plus mertua kalau sudah menikah), bahkan ridhonya guru kita yang sudah mengajarkan ilmu ke kita.

Jadi dalam belajar cintailah ilmu yang ingin kamu pelajari.. Luruskan selalu niatmu.. Semoga Allah membukakan hati dan fikiranmu dalam belajar sebuah ilmu.. Semoga kita mendapatkan keberkahannya dalam memperlajari sebuah ilmu 😊.

#NHW #1
#Day # 1
#Kuliah Matrikulasi Batch # 5
#Adab Menuntut Ilmu

Senin, 22 Januari 2018

Difteri apa ya?

Difteri merupakan salah satu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyakit ini menyerang infeksi selaput lendir tenggorokan serta hidung. Selain itu, bakteri tersebut menghasilkan eksotoksin yang mampu menganggu kerja jantung.

Penyebab :

Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyebaran bakteri ini dapat terjadi dengan mudah, terutama bagi orang yang tidak mendapatkan vaksin difteri. Ada sejumlah cara penularan yang perlu diwaspadai, seperti:

1. Terhirup percikan ludah penderita di udara saat penderita bersin atau batuk --> Ini merupakan cara penularan difteri yang paling umum.
2. Terkena barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, contohnya mainan atau handuk.
3. Sentuhan pada luka borok (ulkus) akibat difteri di kulit penderita --> Penularan ini umumnya terjadi pada penderita yang tinggal di lingkungan yang padat penduduk dan kebersihannya tidak terjaga.

Gejala:

1. Demam
2. Nyeri kepala
3. Nafsu makan menurun
4. Nyeri saat menelan
5. Tonsil terlihat tertutup bercak putih kotor makin lama makin meluas dengan membentuk membran yang dapat meluas ke faring dan laring sehingga dapat menyumbat saluran nafas. Membran ini sangat melekat dengan dasarnya, apabila di kelupas maka akan berdarah
6. Kelenjar getah bening dapat membengkak (Bull Neck sign atau Burgermeesters hals)
7. Menyerang saraf kranial, menyebabkan kelumpuhkan otot pernafasan, jantung.

☝Karena gejala awal dari difteri yang mirip dengan gejala flu, maka kebanyakan orang tak menyadari bahwa kondisi yang sedang dialami adalah difteri. Namun pada penderita difteri, ia juga akan berkemungkinan mengalami yang namanya gangguan pada kulit seperti bisul yang tidak ada pada gejala flu🙋

Diagnosis dan Pengobatan Difteri :

Untuk menegakkan diagnosis difteri, awalnya dokter akan menanyakan beberapa hal seputar gejala yang dialami pasien. Dokter juga dapat mengambil sampel dari lendir di tenggorokan, hidung, atau ulkus di kulit untuk diperiksa di laboratorium.

Apabila seseorang diduga kuat tertular difteri, dokter akan segera memulai pengobatan, bahkan sebelum ada hasil laboratorium. Dokter akan menganjurkannya untuk menjalani perawatan dalam ruang isolasi di rumah sakit. Lalu langkah pengobatan akan dilakukan dengan 2 jenis obat, yaitu antibiotik dan antitoksin.

Komplikasi Difteri

Pengobatan difteri harus segera dilakukan untuk mencegah penyebaran sekaligus komplikasi yang serius, terutama pada penderita anak-anak. Diperkirakan 1 dari 5 penderita balita dan lansia di atas 40 tahun meninggal dunia akibat komplikasi difteri.

Jika tidak diobati dengan cepat dan tepat, toksin dari bakteri difteri dapat memicu beberapa komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa. 

Jumat, 19 Januari 2018

Berkata dan Berdoa yang Baik Kepada Anak

Seorang pemuda baik berniat ingin merantau ke kota, mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan, agar keluarganya memiliki kehidupan yang lebih baik. Kemudian ia meminta izin kepada ayahnya untuk pergi. Namun, sang ayah tak mengizinkan, si pemuda tetap memaksa untuk pergi. Hari kepergian sudah diputuskan, segala persiapannya ke kota telah siap, gembalaannya pun telah dititipkan ke temannya. Pemuda tetap memaksa pergi tanpa izin ayahnya. Ayahnya merupakan orang yang sholeh. Kemudian ayahnya berdoa agar anaknya diberi pelajaran karena ayahnya tak mengikhlaskan kepergiannya.

Di perjalanan, sang pemuda tiba-tiba tidak dapat melihat apapun. Sesampainya di rumah saudara mereka, sang pemuda berkata, "sebelum ini saya bisa melihat, mumpuni untuk menjadi pekerja terbaik kesini. Namun sekarang aku buta sehingga aku tidak bisa berbuat apapun." keluarga pemuda akhirnya membawanya kembali pulang ke desa. Betapa kaget dan sedih sang ayah melihat keadaan anaknya. Anaknya kita tidak bisa bekerja membantu keluarga mereka.
(📝dari buku semua ada saatnya)

Dalam buku tersebut diambil hikmah bahwa orang tua janganlah mendoakan yang buruk kepada anak. Terlepas dari sang anak telah berbuat kesalahan. Kita sebagai orang tua tetap harus menjaga doa dan ucapan kita.

Terlalu banyak kisah tentang doa dan ucapan orang tua yang sangat berpengaruh kepada anaknya. Terdapat juga kisah yang sangat manis tentang Imam Sudais (salah satu imam masjidil haram) ketika masih kecil, beliau pernah menumpahkan dan mengacak-acak makanan yg telah dipersiapkan ibunya untuk para tamu. Namun, sang ibu mengubah rasa kesal dan marahnya pada Sudais kecil dgn doa, "pergilah ke masjidil haram, hapalkan alquran, dan jadilah imam masjidil haram". Dan, doa itupun dikabulkan.. 😊

Maka duhai ayah bunda, doakan dan katakan selalu hal-hal terbaik untuk anakmu. Sekalipun, sekalipun ia sangat menjengkelkanmu, sekalipun kamu sangat kesal. Karena sejatinya ia hanya sedang belajar.
Katakanlah yang baik, doakan yang baik.

Pun nama dan panggilan yang baik harus disertakan.
“Sesungguhnya diantara kewajiban orangtua terhadap anaknya adalah mengajarinya menulis, memberikan nama yang baik, dan menikahkannya bila telah dewasa.” (HR. Ibnu Najar)

Acapkali kita sudah memberikan nama terbaik, namun terkadang kita mengeluarkan perkataan atau panggilan yang tidak baik atau men judge yang tidak baik, contoh: "wah malas ini anaknya", "kolokan anaknya" dll kenapa tidak kita ubah dengan kata positif dan penyemangat untuk anak.

Salah satu kisah menginspirasi adalah kisah Thomas Alfa Edison, ketika masih kecil sepulang sekolah ia memberikan sepucuk surat kepada ibunya, kemudian sang ibu dengan berlinang air mata membacakan isi surat itu di hadapan sang Putra, “Putra anda adalah anak yang jenius, sekolah ini terlalu kecil dan tidak memiliki guru yang cakap. Jadi anda harus mendidiknya sendiri.” itulah perkataan positif penyemangat untuk sang anak dari ibunya karena sebenernya isi surat tersebut berbunyi, “Putra anda adalah anak yang bodoh, kami tidak mengijinkannya untuk bersekolah disini lagi.”

Maka berkatalah yang baik, panggil ia dengan panggilan terbaik, doakan ia selalu dalam kebaikan😊.

Selasa, 09 Januari 2018

Bukankah Allah yang Memberi Rezeki Anakmu Jadi Tenang Saja.

Sepasang suami istri dengan anak yang masih bayi memiliki sebuah kisah.

Di suatu bulan dimana pengeluaran begitu banyak, dan waktu gajian sang suami pun masih sangat lama. Bulan itu merupakan bulan yang berat bagi sang istri. Berat untuk fikir dan jiwanya.

Selama perjalanan menikah, berat suaminya tak bertambah signifikan, masih kurus-kurus wae. Sang istri yang masih menyusui bayinya merasa harus mengalah untuk suaminya (agar diakui orang-orang), istri berhasil mengurus suami dengan menggemukkannya. Tapi sungguh berat bagi sang istri ketika menyadari asi untuk anaknya semakin semakin berkurang, padahal bayinya semakin besar dan membutuhkan lebih banyak gizi. Itu hal yang memberatkan sang istri. Sementara uang untuk membeli protein lebih banyak dari biasanya tidak ada. Ah jangankan protein, untuk setidaknya agar bisa memasak di dapur pun tak bisa di keluarga itu.
Kedua keluarga orang tua mereka pun sedang banyak pengeluaran sehingga masak tidak terlalu banyak. Alhasil pasangan suami istri lebih sering makan 1 lauk, 1 piring berdua (kata orang si romantis, padahal karena keuangan menipis). Disitulah berat bagi sang istri untuk mengalah kepada suaminya atau harus makan lebih banyak untuk anaknya. Sang istri memilih suaminya.

Di bulan itu merupakan bulan yang panjang dan berat bagi sang istri. Ketika malam, sang anak menyusu banyak, asi tak banyak keluar. Untuk mencukupinya, di malam sampai pagi buta sang istri lebih sering minum dan menyemil madu dan kurma. Sebagai glukosa yang menunda rasa lapar, tapi tak kenyang, apalagi mencukupi asi, pikir sang istri.

Di bulan itu merupakan malam yang panjang bagi sang istri, ketika anaknya lapar, ia harus makan untuk mencukupi asinya, namun berkali-kali ia membuka lemari penyimpanan makanan, tak ada apa-apa.

Sampai semuanya begitu berat. Anaknya yang meminta menyusu padahal diri sang istri juga begitu lapar, dan sang suami juga tidur mungkin dalam keadaan masih lapar. Sang istri sangat merasa jika sudah beberapa hari ini asinya tak banyak, sangat terasa kosong, bismillah ia kembali mencoba menyusui anaknya dan walau rasanya tak ada yang keluar namun ketika melihat dari mulut bayinya keluar tetesan asi, sang ibu tersadar, bukankah Allah yang akan mencukupi asi untuk anaknya? Mencukupi makanan anaknya? Bukankah Allah sudah menentukan rezeki tiap manusia? Begitupun rezeki untuk suaminya. Mengapa engkau begitu khawatir pikir sang istri.

"Tidak ada satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi ini, melainkan dijamin Allah rezekinya." (QS Hud:6)

Ya, kita semua pasti pernah mengalami masa-masa sulit. Pernah mengalami rasa sempit rezeki seperti yang dialami keluarga kecil itu. Namun percayalah, Allah sudah menetapkan rezekinya. Bersabar, bertawakal, dan teruslah berusaha. Dekati Yang Maha Pemberi Rezeki, mintalah, berdoalah.