Selasa, 09 Januari 2018

Bukankah Allah yang Memberi Rezeki Anakmu Jadi Tenang Saja.

Sepasang suami istri dengan anak yang masih bayi memiliki sebuah kisah.

Di suatu bulan dimana pengeluaran begitu banyak, dan waktu gajian sang suami pun masih sangat lama. Bulan itu merupakan bulan yang berat bagi sang istri. Berat untuk fikir dan jiwanya.

Selama perjalanan menikah, berat suaminya tak bertambah signifikan, masih kurus-kurus wae. Sang istri yang masih menyusui bayinya merasa harus mengalah untuk suaminya (agar diakui orang-orang), istri berhasil mengurus suami dengan menggemukkannya. Tapi sungguh berat bagi sang istri ketika menyadari asi untuk anaknya semakin semakin berkurang, padahal bayinya semakin besar dan membutuhkan lebih banyak gizi. Itu hal yang memberatkan sang istri. Sementara uang untuk membeli protein lebih banyak dari biasanya tidak ada. Ah jangankan protein, untuk setidaknya agar bisa memasak di dapur pun tak bisa di keluarga itu.
Kedua keluarga orang tua mereka pun sedang banyak pengeluaran sehingga masak tidak terlalu banyak. Alhasil pasangan suami istri lebih sering makan 1 lauk, 1 piring berdua (kata orang si romantis, padahal karena keuangan menipis). Disitulah berat bagi sang istri untuk mengalah kepada suaminya atau harus makan lebih banyak untuk anaknya. Sang istri memilih suaminya.

Di bulan itu merupakan bulan yang panjang dan berat bagi sang istri. Ketika malam, sang anak menyusu banyak, asi tak banyak keluar. Untuk mencukupinya, di malam sampai pagi buta sang istri lebih sering minum dan menyemil madu dan kurma. Sebagai glukosa yang menunda rasa lapar, tapi tak kenyang, apalagi mencukupi asi, pikir sang istri.

Di bulan itu merupakan malam yang panjang bagi sang istri, ketika anaknya lapar, ia harus makan untuk mencukupi asinya, namun berkali-kali ia membuka lemari penyimpanan makanan, tak ada apa-apa.

Sampai semuanya begitu berat. Anaknya yang meminta menyusu padahal diri sang istri juga begitu lapar, dan sang suami juga tidur mungkin dalam keadaan masih lapar. Sang istri sangat merasa jika sudah beberapa hari ini asinya tak banyak, sangat terasa kosong, bismillah ia kembali mencoba menyusui anaknya dan walau rasanya tak ada yang keluar namun ketika melihat dari mulut bayinya keluar tetesan asi, sang ibu tersadar, bukankah Allah yang akan mencukupi asi untuk anaknya? Mencukupi makanan anaknya? Bukankah Allah sudah menentukan rezeki tiap manusia? Begitupun rezeki untuk suaminya. Mengapa engkau begitu khawatir pikir sang istri.

"Tidak ada satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi ini, melainkan dijamin Allah rezekinya." (QS Hud:6)

Ya, kita semua pasti pernah mengalami masa-masa sulit. Pernah mengalami rasa sempit rezeki seperti yang dialami keluarga kecil itu. Namun percayalah, Allah sudah menetapkan rezekinya. Bersabar, bertawakal, dan teruslah berusaha. Dekati Yang Maha Pemberi Rezeki, mintalah, berdoalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 09 Januari 2018

Bukankah Allah yang Memberi Rezeki Anakmu Jadi Tenang Saja.

Sepasang suami istri dengan anak yang masih bayi memiliki sebuah kisah.

Di suatu bulan dimana pengeluaran begitu banyak, dan waktu gajian sang suami pun masih sangat lama. Bulan itu merupakan bulan yang berat bagi sang istri. Berat untuk fikir dan jiwanya.

Selama perjalanan menikah, berat suaminya tak bertambah signifikan, masih kurus-kurus wae. Sang istri yang masih menyusui bayinya merasa harus mengalah untuk suaminya (agar diakui orang-orang), istri berhasil mengurus suami dengan menggemukkannya. Tapi sungguh berat bagi sang istri ketika menyadari asi untuk anaknya semakin semakin berkurang, padahal bayinya semakin besar dan membutuhkan lebih banyak gizi. Itu hal yang memberatkan sang istri. Sementara uang untuk membeli protein lebih banyak dari biasanya tidak ada. Ah jangankan protein, untuk setidaknya agar bisa memasak di dapur pun tak bisa di keluarga itu.
Kedua keluarga orang tua mereka pun sedang banyak pengeluaran sehingga masak tidak terlalu banyak. Alhasil pasangan suami istri lebih sering makan 1 lauk, 1 piring berdua (kata orang si romantis, padahal karena keuangan menipis). Disitulah berat bagi sang istri untuk mengalah kepada suaminya atau harus makan lebih banyak untuk anaknya. Sang istri memilih suaminya.

Di bulan itu merupakan bulan yang panjang dan berat bagi sang istri. Ketika malam, sang anak menyusu banyak, asi tak banyak keluar. Untuk mencukupinya, di malam sampai pagi buta sang istri lebih sering minum dan menyemil madu dan kurma. Sebagai glukosa yang menunda rasa lapar, tapi tak kenyang, apalagi mencukupi asi, pikir sang istri.

Di bulan itu merupakan malam yang panjang bagi sang istri, ketika anaknya lapar, ia harus makan untuk mencukupi asinya, namun berkali-kali ia membuka lemari penyimpanan makanan, tak ada apa-apa.

Sampai semuanya begitu berat. Anaknya yang meminta menyusu padahal diri sang istri juga begitu lapar, dan sang suami juga tidur mungkin dalam keadaan masih lapar. Sang istri sangat merasa jika sudah beberapa hari ini asinya tak banyak, sangat terasa kosong, bismillah ia kembali mencoba menyusui anaknya dan walau rasanya tak ada yang keluar namun ketika melihat dari mulut bayinya keluar tetesan asi, sang ibu tersadar, bukankah Allah yang akan mencukupi asi untuk anaknya? Mencukupi makanan anaknya? Bukankah Allah sudah menentukan rezeki tiap manusia? Begitupun rezeki untuk suaminya. Mengapa engkau begitu khawatir pikir sang istri.

"Tidak ada satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi ini, melainkan dijamin Allah rezekinya." (QS Hud:6)

Ya, kita semua pasti pernah mengalami masa-masa sulit. Pernah mengalami rasa sempit rezeki seperti yang dialami keluarga kecil itu. Namun percayalah, Allah sudah menetapkan rezekinya. Bersabar, bertawakal, dan teruslah berusaha. Dekati Yang Maha Pemberi Rezeki, mintalah, berdoalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar