Senin, 30 Mei 2011

di penghujung waktu di penghujung sesak

Ya Allah...
Aku hanya berserah diri kepadamu...
Ya Allah kuatkan aku...
Sungguh rasanya aku tak sanggup. Sungguh tak sanggup.
Dimataku Cuma ada kebohongan, penghianatan, kehancuran.
Aku tak bisa percaya siapapun lagi.
Kenapa semua orang tak ada yang memberi tahuku?
Kenapa semua orang menutupinya dariku?
Aku anak! Bukankah aku berhak tau? Aku bagian dari keluarga ini?
Ibu,,, berbagilah... apapun yang kau rasakan.... sungguh berbagilah.... walau mungkin akhirnya aku hanya akan menemanimu menangis... ibu berbagilah. Berbagi. Ku mohon. Aku benar-benar ingin mengurangi bebanmu walau sedikit.
 Ayah,,, kenapa? Kenapa tega melakuakan ini? Ayah kenapa? Ada seribu pertanyaan dibenakku ayah. Kenapa? Kenapa? Dimataku, engkau telah menghianati keluarga ini. Menghianati ibu. Menghianati keluarag. Menghianati aku sebagai anakmu! Apakah keluarga ini tidak cukup untuk membuatmu bahagia? Ayah ayah... kenapa?  Dua orang yang selalu kudamba dan dua orang tersebutlah yang berbohong kepadaku,  berkhianat kepadaku. Kenapa? Apa semua laki-laki di dunia ini sama saja?
Adik,,, apakah kamu tahu yang terjadi di kelaurga kita? Apakah kamu merasakan adikku? Apakah kamu tidak terfikirkan apa yang akan terjadi pada kita nanti? Apakah kamu sudah puas bisa memilik apa saja yang kamu inginkan? Sementara sebagai keluarga kita ak mendapat apa-apa? Adikku, aku akan selalu berusaha untukmu. Adikku.... adik-adikku...
Ya allah, aku tak mengerti.
Ya allah apa itu keluarga?
Ya allah sungguh aku tak mengerti sama sekali.
Apa itu pernikahan. Apa itu membangun sebuah keluarga. Apa itu talak. Apa itu perceraian. Apa itu nikah tanpa persetujuan. Aku tak mengerti. Sungguh aku tak mengerti. Kenapa dalam islam boleh seperti itu? Kenapa dalam islam boleh seperti ini? Aku tak mengerti. Tak mengerti.
Tapi, kumohon jangan biarkan aku mengerti karna keadaan ini.
Keadaan ini sungguh membuat hancur diriku.
Ayah ibu, tahukah? Dengan alasan agar tidak ingin menganggu konsentrasi belajarku. Ini semua malah membaniku. Tapi, bukan aku namanya kalau terus menghadapi ini. Aya ibu, aku sering lari dari masalah. Sering sekali, aku hanya lari bukan menghadapi. Tapi aku bertahap tak ingin melakuakan itu lagi ayah ibu. Tapi untuk masalah ini, biarlah aku berlari. Aku tak ingin tahu apa-apa jika kalian ingin aku pura-pura tidak tahu. Aku tak ingin tahu kenyataan pahit ini dan akan meninggalkan masalah ini. Mungkin aku yang salah. Lebih tepatnya mungkin aku tak siap. Saat aku tahu masalah ini, hari-hari liburku dirumah yang seharusnya kugunakan untuk refreshing hanya ada tangis. Setiap hari aku menangis, sampai aku sendiripun tak sanggup untuk memberhentikan tangis ini semua. Tak bisa kubayangkan aku akan jadi apa jika ada keluarga lain yang memiliki ayahku semuanya akan terbagi atau tak bisa kubayangkan akan jadi apa aku, apakah akan menjadi anak korban broken home? Dengan pemikiran yang kalut, aku hanya ingin segera balik kepadang. Hanya itu yang kuinginkan. Sampai akupun tak sadar aku harus menghadapi ujian perbaikan. Aku hanya ingin balik ke padang. Aku tak ingin berada disini. Disini Cuma menambah sesakku, menghabiskan air mataku. Menunggu. Menunggu tiga bulan mengenai kepastian talak. Aku kacau balau. Sungguh kacau. Tapi kusadari Ya allah semua malah mengena kepada amalan yaumiku. Bukannya aku semakin dekat kepadamu, aku malah semakin jauh. Aku sungguh sesali ini. Ya, setiba dipadang aku hanya ingin tersenyum. Aku tak ingin mengingat masalah apapun yang ada dirumah. Aku takut menghadapi kenyataan yang ada.  Ya, kuhabiskan waktuku bersenang-senang. Amalan yaumiku melorot jauh, aku hanya ingin pergi bersenang-senang bersama teman-teman, aku hanya ingin bahagia itulah fikirku, malah aku sampai menghabiskan waktu berjam-jam menonton film, inilah dampak terburuk kejadian ini. Yang kesukaan akan film ini membuat aku kecanduan sampai sekarang. Sungguh ku tahu, berlebih-lebiahn itu tidak baik. Tapi dalam menonton film sulit kulakukan hal itu.
Aku tak ingin meng-kambinghitam-kan masalah ini dengan amalan yaumiku yang melorot atau akademikku yang merosot. Tidak. Ini semua salahku. Aku tahu itu. Karna aku terlalu takut mengetahui kenyataan yang ada. Karna keinginanku hanya ingin bahagia. Itu yang membuat aku yang salah atas semua hal yang kini terjadi padaku. Tapi biarlah biarlah. Jika ayah ibu ingin agar semua ini tak menganggu konsentrasiku. Akan kulakukan itu. Aku akan menutup telingaku rapat-rapat walau hatiku bergejolak penuh seribu satu tanda tanya. Biarlah. Biarlah. Aku kuat. Aku kuat kan ya allah? Aku kuat. Bantu aku agar tetap kuat akan hal ini ya allah. Aku kuat. Sungguh kuat. Aku kuat. Aku tak akan menunjukkan tangis ini kepada siapapun terutama kepada ayah ibu ku... karna aku kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senin, 30 Mei 2011

di penghujung waktu di penghujung sesak

Ya Allah...
Aku hanya berserah diri kepadamu...
Ya Allah kuatkan aku...
Sungguh rasanya aku tak sanggup. Sungguh tak sanggup.
Dimataku Cuma ada kebohongan, penghianatan, kehancuran.
Aku tak bisa percaya siapapun lagi.
Kenapa semua orang tak ada yang memberi tahuku?
Kenapa semua orang menutupinya dariku?
Aku anak! Bukankah aku berhak tau? Aku bagian dari keluarga ini?
Ibu,,, berbagilah... apapun yang kau rasakan.... sungguh berbagilah.... walau mungkin akhirnya aku hanya akan menemanimu menangis... ibu berbagilah. Berbagi. Ku mohon. Aku benar-benar ingin mengurangi bebanmu walau sedikit.
 Ayah,,, kenapa? Kenapa tega melakuakan ini? Ayah kenapa? Ada seribu pertanyaan dibenakku ayah. Kenapa? Kenapa? Dimataku, engkau telah menghianati keluarga ini. Menghianati ibu. Menghianati keluarag. Menghianati aku sebagai anakmu! Apakah keluarga ini tidak cukup untuk membuatmu bahagia? Ayah ayah... kenapa?  Dua orang yang selalu kudamba dan dua orang tersebutlah yang berbohong kepadaku,  berkhianat kepadaku. Kenapa? Apa semua laki-laki di dunia ini sama saja?
Adik,,, apakah kamu tahu yang terjadi di kelaurga kita? Apakah kamu merasakan adikku? Apakah kamu tidak terfikirkan apa yang akan terjadi pada kita nanti? Apakah kamu sudah puas bisa memilik apa saja yang kamu inginkan? Sementara sebagai keluarga kita ak mendapat apa-apa? Adikku, aku akan selalu berusaha untukmu. Adikku.... adik-adikku...
Ya allah, aku tak mengerti.
Ya allah apa itu keluarga?
Ya allah sungguh aku tak mengerti sama sekali.
Apa itu pernikahan. Apa itu membangun sebuah keluarga. Apa itu talak. Apa itu perceraian. Apa itu nikah tanpa persetujuan. Aku tak mengerti. Sungguh aku tak mengerti. Kenapa dalam islam boleh seperti itu? Kenapa dalam islam boleh seperti ini? Aku tak mengerti. Tak mengerti.
Tapi, kumohon jangan biarkan aku mengerti karna keadaan ini.
Keadaan ini sungguh membuat hancur diriku.
Ayah ibu, tahukah? Dengan alasan agar tidak ingin menganggu konsentrasi belajarku. Ini semua malah membaniku. Tapi, bukan aku namanya kalau terus menghadapi ini. Aya ibu, aku sering lari dari masalah. Sering sekali, aku hanya lari bukan menghadapi. Tapi aku bertahap tak ingin melakuakan itu lagi ayah ibu. Tapi untuk masalah ini, biarlah aku berlari. Aku tak ingin tahu apa-apa jika kalian ingin aku pura-pura tidak tahu. Aku tak ingin tahu kenyataan pahit ini dan akan meninggalkan masalah ini. Mungkin aku yang salah. Lebih tepatnya mungkin aku tak siap. Saat aku tahu masalah ini, hari-hari liburku dirumah yang seharusnya kugunakan untuk refreshing hanya ada tangis. Setiap hari aku menangis, sampai aku sendiripun tak sanggup untuk memberhentikan tangis ini semua. Tak bisa kubayangkan aku akan jadi apa jika ada keluarga lain yang memiliki ayahku semuanya akan terbagi atau tak bisa kubayangkan akan jadi apa aku, apakah akan menjadi anak korban broken home? Dengan pemikiran yang kalut, aku hanya ingin segera balik kepadang. Hanya itu yang kuinginkan. Sampai akupun tak sadar aku harus menghadapi ujian perbaikan. Aku hanya ingin balik ke padang. Aku tak ingin berada disini. Disini Cuma menambah sesakku, menghabiskan air mataku. Menunggu. Menunggu tiga bulan mengenai kepastian talak. Aku kacau balau. Sungguh kacau. Tapi kusadari Ya allah semua malah mengena kepada amalan yaumiku. Bukannya aku semakin dekat kepadamu, aku malah semakin jauh. Aku sungguh sesali ini. Ya, setiba dipadang aku hanya ingin tersenyum. Aku tak ingin mengingat masalah apapun yang ada dirumah. Aku takut menghadapi kenyataan yang ada.  Ya, kuhabiskan waktuku bersenang-senang. Amalan yaumiku melorot jauh, aku hanya ingin pergi bersenang-senang bersama teman-teman, aku hanya ingin bahagia itulah fikirku, malah aku sampai menghabiskan waktu berjam-jam menonton film, inilah dampak terburuk kejadian ini. Yang kesukaan akan film ini membuat aku kecanduan sampai sekarang. Sungguh ku tahu, berlebih-lebiahn itu tidak baik. Tapi dalam menonton film sulit kulakukan hal itu.
Aku tak ingin meng-kambinghitam-kan masalah ini dengan amalan yaumiku yang melorot atau akademikku yang merosot. Tidak. Ini semua salahku. Aku tahu itu. Karna aku terlalu takut mengetahui kenyataan yang ada. Karna keinginanku hanya ingin bahagia. Itu yang membuat aku yang salah atas semua hal yang kini terjadi padaku. Tapi biarlah biarlah. Jika ayah ibu ingin agar semua ini tak menganggu konsentrasiku. Akan kulakukan itu. Aku akan menutup telingaku rapat-rapat walau hatiku bergejolak penuh seribu satu tanda tanya. Biarlah. Biarlah. Aku kuat. Aku kuat kan ya allah? Aku kuat. Bantu aku agar tetap kuat akan hal ini ya allah. Aku kuat. Sungguh kuat. Aku kuat. Aku tak akan menunjukkan tangis ini kepada siapapun terutama kepada ayah ibu ku... karna aku kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar