Rabu, 11 Mei 2011

Enak ga yaa jadi anak kader???


Kalau pengen di bilang enak memang enak tapi ada juga tidak enaknya..................

Suasana keluarga yang telah terkondisikan, tidak perlu memikirkan harus berdakwah pada keluaraga atau mengajak kakak atau adik tarbiyah,  kalau ada agenga-agenda dakwah bisa cerita dengan gampangnya ke orang tua tanpa perlu takut dilarang atau membuat keluarga jadi takut anaknya ikut hal-hal aneh dan banyak hal lainnya. Malah untuk lebih spesifik lagi, terkadang sudah bisa dapat hafalan Qur’an, hafalan hadits, bisa bahasa arab (malah ada yang bisa ngartiin kitab kuning.weww.) banyak yang bilang,,, enak yaa ga perlu susah berdakwah, ngajak adik atau kaka tarbiyah, tidak perlu. Malah kalau ada apa-apa bisa tinggal tanya atau diskusi sama orang tua.

Tapi kawan,,, kusadari enak nya ini baru setelah berada di kuliah...
Dulu, aku sangat sangat benci jadi anak kader. Aku malah berharap bisa dilahirkan oleh keluarga lain bukan dari kader yang kebanyakan banyak aturan islam. Dari kecil, aku harus pakai jilbab kawan. pakai jilbab. Tidak seperti anak seumurku yang bisa mengerai atau menguncir-nguncir rambutnya atau pakai baju yang lucu-lucu. Tapi aku? Aku sudah pakai gamis kawan, pakai jilbab, jangankan gitu, kalau pakai gamis (jubah muslim anak kecil) harus pakai celana panjang, ga bisa kaya anak kecil lain yang paaki rok-rok pendek. Setiap sore pergi mengaji dan menambah hafalan. Harus sesuai aturan islam. Dan tahukah kawan? yang lebih menyakitkan lagi, ayah ibu ku sering pergi-berdakwah- dan tak kurasakan kasih sayang orang tua seutuhnya, dulu yang ku hafal adalah jadwal pergi ayah ibu ku. Saking hafalnya, terkadang aku memanfaatkan ituJ aku pergi di jadwal-jadwal ayah ibu pergi dan pulang sebelum jadwal ayah ibu pulang... oiya. Kamu tahu kan kalau keluarga kader pasti anak nya banyak? Dulu, karna saking sibuknya ayah ibu, aku terkadang dititip dirumah tante atau rumah nenek.  Ingat sekali, aku yang masih SD menenteng adik-adik ku berderet (Cuma bertiga) terus naik angkot buat kerumah tante. Oiya bukan aku saja, saat naik angkot aku bertemu teman ku yang juga anak kader saat itu kami kelas 5 SD dan  temanku menenteng adik-adiknya yang lebih banyak dari aku, 5 orang adik berjejer dipinggir jalan mau naik angkot ke rumah nenek mereka.... begitulah. Begitulah anak kader....

Tapi setelah kuliah, aku banyak diajarkan oleh kaka kaka di wwisma sehingga aku begitu beruntung menjadi anak kader.... aku bisa berdiskusi dan nanya2 segala hal ke orang tua ku yang ga bisa dilakuakan oleh akhwat lain.... aku bisa bebas cerita kegiatan dakwah kampus n tentang partai kita semua dengan mudahnya... aku mendapat hafalan Al-Qur’an dan betapa baru aku tahu betapa berguna nya dan bangga nya aku punya banyak hafalan Al-Qur’an, kalau ada gosip-gosip tentang para pemimpin kami, aku tak perlu curiga tinggal tanya orang tua dll dan wwalau pun apapun aku percaya jalan ini jalan yang terbaik...... karna orang tua selalu memberikan yang terbaik buat ku.... jadi orang tua tak mungkin memilihkan jalan yang tidak baik buatku...

Tapi coba ku flash back ke sebelumnya.... sebenarnya banyak yang kudapatkan saat menjadi anak kader....  saat yang lain masih berkutak-katik pada masalah sekolah, aku sudah berkutak-katik masalah nasional... aku dapat kemudahan mengikuti berbbagai macam acara-acara besar... seperti dulu mengikuti acara BTPI yang diadakan MENPORA yang bayarna hampir 1 juta sementara saya gratis, ikut pembukaan hari anak nasional bersama presiden dan bertemu orang-orang penting lagi hebat, bersilaturahim ke DPR RI, makan dan halal bi halal bersama mentri dan banyak lagi... tapi kalau dengan mentri sebenarnya sama saja seperti makan dirumah teman (karna mentri tersebut adalah ayah teman saya heheJ)
Begitulah ada enak dan tidak enaknya jadi anak kader..... tapi yang jelas kita insyaAllah dituntun berada ditempat kebaikan^^ terimakasih ayah ibu (oiya. Aku tidak memanggil umi abi. Dulu pas mau dipanggil umi abi, aku sungguh-sungguh sangaaattttt menolak. Kesannya alim banget. Hehe)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rabu, 11 Mei 2011

Enak ga yaa jadi anak kader???


Kalau pengen di bilang enak memang enak tapi ada juga tidak enaknya..................

Suasana keluarga yang telah terkondisikan, tidak perlu memikirkan harus berdakwah pada keluaraga atau mengajak kakak atau adik tarbiyah,  kalau ada agenga-agenda dakwah bisa cerita dengan gampangnya ke orang tua tanpa perlu takut dilarang atau membuat keluarga jadi takut anaknya ikut hal-hal aneh dan banyak hal lainnya. Malah untuk lebih spesifik lagi, terkadang sudah bisa dapat hafalan Qur’an, hafalan hadits, bisa bahasa arab (malah ada yang bisa ngartiin kitab kuning.weww.) banyak yang bilang,,, enak yaa ga perlu susah berdakwah, ngajak adik atau kaka tarbiyah, tidak perlu. Malah kalau ada apa-apa bisa tinggal tanya atau diskusi sama orang tua.

Tapi kawan,,, kusadari enak nya ini baru setelah berada di kuliah...
Dulu, aku sangat sangat benci jadi anak kader. Aku malah berharap bisa dilahirkan oleh keluarga lain bukan dari kader yang kebanyakan banyak aturan islam. Dari kecil, aku harus pakai jilbab kawan. pakai jilbab. Tidak seperti anak seumurku yang bisa mengerai atau menguncir-nguncir rambutnya atau pakai baju yang lucu-lucu. Tapi aku? Aku sudah pakai gamis kawan, pakai jilbab, jangankan gitu, kalau pakai gamis (jubah muslim anak kecil) harus pakai celana panjang, ga bisa kaya anak kecil lain yang paaki rok-rok pendek. Setiap sore pergi mengaji dan menambah hafalan. Harus sesuai aturan islam. Dan tahukah kawan? yang lebih menyakitkan lagi, ayah ibu ku sering pergi-berdakwah- dan tak kurasakan kasih sayang orang tua seutuhnya, dulu yang ku hafal adalah jadwal pergi ayah ibu ku. Saking hafalnya, terkadang aku memanfaatkan ituJ aku pergi di jadwal-jadwal ayah ibu pergi dan pulang sebelum jadwal ayah ibu pulang... oiya. Kamu tahu kan kalau keluarga kader pasti anak nya banyak? Dulu, karna saking sibuknya ayah ibu, aku terkadang dititip dirumah tante atau rumah nenek.  Ingat sekali, aku yang masih SD menenteng adik-adik ku berderet (Cuma bertiga) terus naik angkot buat kerumah tante. Oiya bukan aku saja, saat naik angkot aku bertemu teman ku yang juga anak kader saat itu kami kelas 5 SD dan  temanku menenteng adik-adiknya yang lebih banyak dari aku, 5 orang adik berjejer dipinggir jalan mau naik angkot ke rumah nenek mereka.... begitulah. Begitulah anak kader....

Tapi setelah kuliah, aku banyak diajarkan oleh kaka kaka di wwisma sehingga aku begitu beruntung menjadi anak kader.... aku bisa berdiskusi dan nanya2 segala hal ke orang tua ku yang ga bisa dilakuakan oleh akhwat lain.... aku bisa bebas cerita kegiatan dakwah kampus n tentang partai kita semua dengan mudahnya... aku mendapat hafalan Al-Qur’an dan betapa baru aku tahu betapa berguna nya dan bangga nya aku punya banyak hafalan Al-Qur’an, kalau ada gosip-gosip tentang para pemimpin kami, aku tak perlu curiga tinggal tanya orang tua dll dan wwalau pun apapun aku percaya jalan ini jalan yang terbaik...... karna orang tua selalu memberikan yang terbaik buat ku.... jadi orang tua tak mungkin memilihkan jalan yang tidak baik buatku...

Tapi coba ku flash back ke sebelumnya.... sebenarnya banyak yang kudapatkan saat menjadi anak kader....  saat yang lain masih berkutak-katik pada masalah sekolah, aku sudah berkutak-katik masalah nasional... aku dapat kemudahan mengikuti berbbagai macam acara-acara besar... seperti dulu mengikuti acara BTPI yang diadakan MENPORA yang bayarna hampir 1 juta sementara saya gratis, ikut pembukaan hari anak nasional bersama presiden dan bertemu orang-orang penting lagi hebat, bersilaturahim ke DPR RI, makan dan halal bi halal bersama mentri dan banyak lagi... tapi kalau dengan mentri sebenarnya sama saja seperti makan dirumah teman (karna mentri tersebut adalah ayah teman saya heheJ)
Begitulah ada enak dan tidak enaknya jadi anak kader..... tapi yang jelas kita insyaAllah dituntun berada ditempat kebaikan^^ terimakasih ayah ibu (oiya. Aku tidak memanggil umi abi. Dulu pas mau dipanggil umi abi, aku sungguh-sungguh sangaaattttt menolak. Kesannya alim banget. Hehe)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar