Selasa, 10 Oktober 2017

Membina

Sore di akhir pekan memang paling enak jadi waktu bersama keluarga, dan waktu paling mager. Minggu lalu pertemuan dengan adik-adik liqo sudah diliburkan masa mau diliburkan lagi?. Akhirnya sore itu kegiatan melingkar bersama adik-adik dilaksanakan.

Ah, sungguh tertampar diri ini.
Ketika mereka dengan excited berusaha belajar membaca al-qur'an yang diagendakan sore itu.
Padahal aku begitu malas-malasan mengajarkannya.

Ah, sungguh lalai diri ini.
Ketika mereka bercerita kenyamanan mereka memakai rok dan jilbab panjang, sudah malu memakai celana panjang ketika keluar, sudah merasa tidak nyaman dengan pakaian olahraga anak SMA.

Ah, sungguh malu diri ini.
Ketika mereka dengan bangga berkata "kata kakak lebih baik dibilang sok suci, daripada sok kotor. Lebih baik dibilang sok alim, daripada sok penghuni neraka."
Padahal diri ini kadang masih belum mampu menunjukkan ke dunia tentang identitas muslimahnya.

Ah, sungguh lemah diri ini.
Ketika mereka yang menanyakan "kak hari ini kita ga setoran hafalan?" mereka yang masih belia begitu bersemangat mempersiapkan untuk agenda liqonya.
Sementara diri ini kadang masih suka menunda menghafal, masih tidak mempersiapkan setoran terbaik ketika agenda liqo kita sendiri.

Tapi sungguh dibalik rasa sesal itu ada kebahagian menyelip mendengar cerita mereka, melihat tingkah mereka mempraktekan huruf alif ba ta tsa.

Sungguh kita terkadang jenuh mengajarkan, terkadang kita jenuh dengan proses panjangnya.
Sungguh sering kita lalai terhadap amanah kita, ya, adik-adik itu amanah kita, dakwah kita.

*sebuah refleksi diri.
Sudahkah kamu membina? Bagaimana keadaan binaan-binaanmu masihkah dirimu tahu? Atau membina hanya sebuah rutinitas tanpa rasa, tanpa ruh?

Bergeraklah. Mengalirlah.
Karena air yang berdiam diri akan menjadi sumber penyakit. Air yang mengalir akan memberi kemanfaatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 10 Oktober 2017

Membina

Sore di akhir pekan memang paling enak jadi waktu bersama keluarga, dan waktu paling mager. Minggu lalu pertemuan dengan adik-adik liqo sudah diliburkan masa mau diliburkan lagi?. Akhirnya sore itu kegiatan melingkar bersama adik-adik dilaksanakan.

Ah, sungguh tertampar diri ini.
Ketika mereka dengan excited berusaha belajar membaca al-qur'an yang diagendakan sore itu.
Padahal aku begitu malas-malasan mengajarkannya.

Ah, sungguh lalai diri ini.
Ketika mereka bercerita kenyamanan mereka memakai rok dan jilbab panjang, sudah malu memakai celana panjang ketika keluar, sudah merasa tidak nyaman dengan pakaian olahraga anak SMA.

Ah, sungguh malu diri ini.
Ketika mereka dengan bangga berkata "kata kakak lebih baik dibilang sok suci, daripada sok kotor. Lebih baik dibilang sok alim, daripada sok penghuni neraka."
Padahal diri ini kadang masih belum mampu menunjukkan ke dunia tentang identitas muslimahnya.

Ah, sungguh lemah diri ini.
Ketika mereka yang menanyakan "kak hari ini kita ga setoran hafalan?" mereka yang masih belia begitu bersemangat mempersiapkan untuk agenda liqonya.
Sementara diri ini kadang masih suka menunda menghafal, masih tidak mempersiapkan setoran terbaik ketika agenda liqo kita sendiri.

Tapi sungguh dibalik rasa sesal itu ada kebahagian menyelip mendengar cerita mereka, melihat tingkah mereka mempraktekan huruf alif ba ta tsa.

Sungguh kita terkadang jenuh mengajarkan, terkadang kita jenuh dengan proses panjangnya.
Sungguh sering kita lalai terhadap amanah kita, ya, adik-adik itu amanah kita, dakwah kita.

*sebuah refleksi diri.
Sudahkah kamu membina? Bagaimana keadaan binaan-binaanmu masihkah dirimu tahu? Atau membina hanya sebuah rutinitas tanpa rasa, tanpa ruh?

Bergeraklah. Mengalirlah.
Karena air yang berdiam diri akan menjadi sumber penyakit. Air yang mengalir akan memberi kemanfaatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar