Senin, 30 Oktober 2017

Atasi depresi ketika jadi ibu baru

~Detik-detik kebahagian menyambut kehadiran si kecil,  bukan hanya tentang menyiapkan pakaian bayi, milih stroller atau boks bayi. Kita perlu siapkan fisik prima dan yang terpenting adalah siapkan jiwa, siapakan mental, siap diri jadi ibu baru.~

Berdasarkan penelitian, perempuan berpeluang dua kali  lebih besar menderita depresi dibanding laki-laki. Faktor  genetik, sosial, anatomi serta hormonal  biasanya paling sering memicu depresi pada perempuan. Terutama pada wanita paska melahirkan akibat perubahan drastis hormon. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa sepanjang masa setelah melahirkan hampir 85% wanita mengalami gangguan emosi. Namun gangguan ini ada yang gejalanya hanya sementara dan ringan yang disebut dengan baby blues, ada pula yang mengalami gangguan emosi yang berkelanjutan atau dikenal dengan Depresi pasca melahirkan ini adalah sebuah kelainan yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, oleh karena itu secara diagnostiknya bisa dibedakan dengan penyakit gangguan jiwa lainnya.

Para ibu kerap mengabaikan perasaan buruknya karena khawatir terlihat tidak bahagia setelah menjadi ibu hingga tanpa disadari berujung mengalami depresi paska melahirkan.

Oleh karena itu, mengenali gejala depresi ini tidak hanya penting bagi calon ibu, tetapi juga bagi para kerabat dan sahabat dekat. Beberapa tanda dan gejalan yaitu:

1.Perasaan sedih terus menerus dan menangis tanpa alasan jelas atau tidak bersemangat yang menetap
2. Sulit untuk dekat dan akrab dengan bayi
3. Mengabaikan diri sendiri, misalnya tidak mau makan, tidak mengganti baju atau mandi
4. Kehilangan rasa humor dan minat pada hal yang selama ini disukai
5. Terus-menerus merasa khawatir bahwa ada sesuatu yang salah pada bayi
6. Gelisah atau suasana hati cepat berubah dan mudah tersinggung
7. Kerap merasa kelelahan dan tidak bertenaga.
8. Tidak percaya diri, merasa bersalah, ingin menyakiti diri sendiri, atau bahkan timbul keinginan untuk bunuh diri
9. Pada kasus yang sangat parah, sebagian ibu berpikir untuk menyakiti bayi mereka.

Bersyukurlah ibu jika dirimu telah mengetahui gejalanya sehingga kita bisa mencoba mengatasinya dan mencegahnya dengan cara:
 
1. Dekatlah, mendekatlah, dekatkanlah diri kepada Sang Maha Pencipta.
Klise tapi dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT kita semakin tenang. Ruh yang semakin terisi keimanan, semakin sabar, semakin kuat, semakin bersyukur, semakin positif.
Bukankah ketika semua urusan berantakan, ketika itu hubungan kita pada Rabb kita sedang berantakan?

2. Bicarakan dan minta bantuan dari orang yang dicintai atau orang terdekat.
Katakan apa yang kamu rasakan untuk mengurangi beban jiwamu. Minta bantuan ketika rasanya kamu mulai lelah menjaga bayimu. Biacarakan dan minta bantuan pasangan dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang tidak bisa kamu lakukan.

3. Cobalah untuk tidur atau istirahat sebanyak mungkin.
Dengan beristirahat maka akan lebih menstabilkan emosimu. Ketika bayi kita tertidur, berusahalah agar kita juga tidur. Hindari ketika bayi tertidur, kita ber medsos ria. Tidak perlu memikirkan pekerjaan rumah tangga, cucian yang menggunung. Itulah mengapa kamu harus meminta bantuan, namun, jika istirahatmu cukup, kamu akan bisa mengerjakan itu semua.

4. Jangan memaksakan diri untuk menjadi sempurna atau melakakukan hal yang melebihi kemampuan.
Untuk menjaga jiwamu, demi sehat jiwa raga bayimu, jangan memaksakan dirimu.

5. Hindari membuat perubahan hidup yang signifikan saat anda sedang hamil atau sesudah melahirkan.

6. Bergabung dengan komunitas ibu-ibu lainnya untuk bisa saling sharing dan berbagi pengalaman dalam melalui masa-masa paska melahirkan.

7. Menulis
James W. Pennebaker, psikolog yang menekuni studi terapi menulis, menemukan bahwa menulis ekspresif berdampak positif pada perbaikan kekebalan tubuh dan kualitas emosional.

8. Bicarakan dengan dokter jika Anda memerlukan pengobatan atau terapi psikologis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senin, 30 Oktober 2017

Atasi depresi ketika jadi ibu baru

~Detik-detik kebahagian menyambut kehadiran si kecil,  bukan hanya tentang menyiapkan pakaian bayi, milih stroller atau boks bayi. Kita perlu siapkan fisik prima dan yang terpenting adalah siapkan jiwa, siapakan mental, siap diri jadi ibu baru.~

Berdasarkan penelitian, perempuan berpeluang dua kali  lebih besar menderita depresi dibanding laki-laki. Faktor  genetik, sosial, anatomi serta hormonal  biasanya paling sering memicu depresi pada perempuan. Terutama pada wanita paska melahirkan akibat perubahan drastis hormon. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa sepanjang masa setelah melahirkan hampir 85% wanita mengalami gangguan emosi. Namun gangguan ini ada yang gejalanya hanya sementara dan ringan yang disebut dengan baby blues, ada pula yang mengalami gangguan emosi yang berkelanjutan atau dikenal dengan Depresi pasca melahirkan ini adalah sebuah kelainan yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, oleh karena itu secara diagnostiknya bisa dibedakan dengan penyakit gangguan jiwa lainnya.

Para ibu kerap mengabaikan perasaan buruknya karena khawatir terlihat tidak bahagia setelah menjadi ibu hingga tanpa disadari berujung mengalami depresi paska melahirkan.

Oleh karena itu, mengenali gejala depresi ini tidak hanya penting bagi calon ibu, tetapi juga bagi para kerabat dan sahabat dekat. Beberapa tanda dan gejalan yaitu:

1.Perasaan sedih terus menerus dan menangis tanpa alasan jelas atau tidak bersemangat yang menetap
2. Sulit untuk dekat dan akrab dengan bayi
3. Mengabaikan diri sendiri, misalnya tidak mau makan, tidak mengganti baju atau mandi
4. Kehilangan rasa humor dan minat pada hal yang selama ini disukai
5. Terus-menerus merasa khawatir bahwa ada sesuatu yang salah pada bayi
6. Gelisah atau suasana hati cepat berubah dan mudah tersinggung
7. Kerap merasa kelelahan dan tidak bertenaga.
8. Tidak percaya diri, merasa bersalah, ingin menyakiti diri sendiri, atau bahkan timbul keinginan untuk bunuh diri
9. Pada kasus yang sangat parah, sebagian ibu berpikir untuk menyakiti bayi mereka.

Bersyukurlah ibu jika dirimu telah mengetahui gejalanya sehingga kita bisa mencoba mengatasinya dan mencegahnya dengan cara:
 
1. Dekatlah, mendekatlah, dekatkanlah diri kepada Sang Maha Pencipta.
Klise tapi dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT kita semakin tenang. Ruh yang semakin terisi keimanan, semakin sabar, semakin kuat, semakin bersyukur, semakin positif.
Bukankah ketika semua urusan berantakan, ketika itu hubungan kita pada Rabb kita sedang berantakan?

2. Bicarakan dan minta bantuan dari orang yang dicintai atau orang terdekat.
Katakan apa yang kamu rasakan untuk mengurangi beban jiwamu. Minta bantuan ketika rasanya kamu mulai lelah menjaga bayimu. Biacarakan dan minta bantuan pasangan dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang tidak bisa kamu lakukan.

3. Cobalah untuk tidur atau istirahat sebanyak mungkin.
Dengan beristirahat maka akan lebih menstabilkan emosimu. Ketika bayi kita tertidur, berusahalah agar kita juga tidur. Hindari ketika bayi tertidur, kita ber medsos ria. Tidak perlu memikirkan pekerjaan rumah tangga, cucian yang menggunung. Itulah mengapa kamu harus meminta bantuan, namun, jika istirahatmu cukup, kamu akan bisa mengerjakan itu semua.

4. Jangan memaksakan diri untuk menjadi sempurna atau melakakukan hal yang melebihi kemampuan.
Untuk menjaga jiwamu, demi sehat jiwa raga bayimu, jangan memaksakan dirimu.

5. Hindari membuat perubahan hidup yang signifikan saat anda sedang hamil atau sesudah melahirkan.

6. Bergabung dengan komunitas ibu-ibu lainnya untuk bisa saling sharing dan berbagi pengalaman dalam melalui masa-masa paska melahirkan.

7. Menulis
James W. Pennebaker, psikolog yang menekuni studi terapi menulis, menemukan bahwa menulis ekspresif berdampak positif pada perbaikan kekebalan tubuh dan kualitas emosional.

8. Bicarakan dengan dokter jika Anda memerlukan pengobatan atau terapi psikologis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar